Usai Santap Menu Hajatan, 98 Warga Cianjur Diduga Keracunan

Kabupaten Cianjur, IDN Times - Kasus keracunan massal lagi-lagi terjadi di Kabupaten Cianjur. Sebelumnya, keracunan massal juga menimpa puluhan siswa dari MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur setelah menyantap makanan bergizi gratis (MBG).
Tak hanya siswa, sebanyak 98 warga Kampung Pasirhalang, Desa Kademangan, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur juga mengalami keracunan massal. Gejala keracunan itu muncul setelah para warga menyantap makanan dari sebuah acara hajatan. Insiden ini terjadi pada Senin (21/4/2025) malam.
Kepala Dinas Kesehatan Cianjur, Yusman Faisal, mengatakan bahwa makanan yang dikonsumsi warga tersebut sudah dalam kondisi tidak layak konsumsi.
"Itu mah sudah jelas basi. Dimasak Jumat (18/4) dibagikan Minggu (20/4) disantapnya juga Minggu. Ada yang berlendir, sudah asam. Jadi itu sudah jelas basi dua hari," ungkapnya, Selasa (22/4/2025).
1. Semua korban dilarikan ke puskesmas

Seluruh korban yang mengalami gejala seperti mual, muntah, dan diare dirawat di Puskesmas setempat. Dari total 98 pasien, terdapat juga anak-anak yang ikut terdampak. Meski begitu, menurut Yusman, kondisi para pasien saat ini sudah tertangani dengan baik.
"Semua dilarikan ke puskesmas, dan kami pastikan penanganannya dilakukan secara komprehensif sampai sembuh," jelas Yusman.
2. Uji lab dipercepat, libatkan provinsi Jabar

Untuk memastikan penyebab pasti keracunan, Dinkes Kabupaten Cianjur telah meminta bantuan ke Dinkes Provinsi Jawa Barat untuk mempercepat proses uji laboratorium terhadap sampel makanan yang dikonsumsi korban.
"Biasanya hasil lab keluar sekitar dua minggu, tapi saya minta untuk dipercepat. Alhamdulillah provinsi merespons dan akan turun langsung ke Cianjur karena kasus ini menarik perhatian banyak pihak," tutur Yusman.
"Harapannya sih jangan terlalu lama, seminggu sudah keluar hasilnya. Ini penting agar bisa segera ditindaklanjuti secara tepat," sambungnya.
3. Dinkes tetapkan Kejadian Luar Biasa

Deretan kasus keracunan massal yang terjadi di Kabupaten Cianjur ini mendorong pemerintah untuk menetapkan kasus sebagai kejadian luar biasa (KLB). Penanganan intensif akan dilakukan mulai dari pengambilan sampel hingga wawancara.
"Kalau keracunan, sudah pasti KLB. Apalagi ini terjadi di dua tempat berbeda, dan jumlah korbannya cukup banyak," tutupnya.