Presiden PKS Tumbang di Pilgub Jabar, Dikalahkan Dedi-Erwan

Bandung, IDN Times - Dominasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKS) di Pilkada serentak Jawa Barat (Jabar) 2024 mulai tumbang. Beberapa kader yang diusulkan maju di beberapa basis massa terbesar turut dikalahkan oleh pasangan calon yang diusung partai lainnya.
Seperti di Kota Bandung yang merupakan basis masa terbanyak PKS turut tumbang dalam hitungan sementara atau quick count, di mana PKS berkoalisi dengan Partai Gerindra mengusulkan Haru Suandharu-Dhani Wiriadinata dikalahkan oleh Farhan-Erwin yang diusung oleh Nasdem-PKB dan beberapa partai non-parlemen.
Padahal di legislatif sendiri partai berlambang dua bulan sabit dan padi ini mendapatkan kursi terbanyak bahkan kadernya menjadi ketua DPRD yaitu Asep Mulyadi.
1. Syaikhu sebelumnya dikalahkan oleh Ridwan Kamil

Kekalahan ini berlanjut di Pilgub Jabar ci mana sang presiden PKS, Ahmad Syaikhu yang berpasangan dengan putra dari mendiang mantan Presiden BJ Habibie tertinggal jauh dari pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Berdasarkan hitung cepat survei Litbang Kompas dengan total suara masuk 100 persen per Sabtu (30/11/2024), pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie hanya memperoleh suara 19.41 persen, sementara Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan 61.24 persen.
Kemudian Acep Adang-Gitalis Dwi Natarina 10.25 persen, dan Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja 9.10 persen.
Kekalahan ini bukan kali pertama dirasakan oleh Ahmad Syaikhu. Pada Pilgub Jabar sebelumnya di mana ia berpasangan dengan Sudrajat dari Partai Gerindra. Saat itu pemenangnya adalah Ridwan Kamil-Uu Rizhanul Ulum.
2. Figur jadi kunci utama Pilkada

Mengomentari hal ini, Pengamat Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan mengatakan, kekalahan dalam hitungan cepat ini terjadi karena figur yang diusulkan. Pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie tak mampu menyaingi Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan.
"Jadi meski Ahmad Syaikhu juga pernah maju di Pilgub kemarin di 2018, tetapi berbeda dengan Kang Dedi Mulyadi yang melakukan kerja-kerja politik sehingga ini popularitasnya meningkat," ujarnya.
Selain tingkat popularitas, faktor penyebab lainnya kata Firman yakni dari mesin partai. Menurutnya, pada Pilgub 2018 mesin PKS berhasil mengkonsolidasikan pemilih yang berada di luar partai.
"Bahkan di Pilkada kemarin (2018) angkanya bisa sampai di 29 persen. Nah sekarang kelihatannya ada problema (maslah) kalau kami bandingkan dengan keefektifan mesin PKS di Pilkada sebelumnya," ucapnya.
3. Berlaku juga untuk partai lainnya

Tak hanya pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie, Firma mengatakan hal serupa juga dialami oleh dua paslon lainnya yakin Acep Adang Ruhyat- Gitalis Dwi Natarina (Gita KDI) dan Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja.
Meski kedua paslon tersebut memiliki kandidat yang berlatar belakang artis atau publik figur, Firman menuturkan hal tersebut belum bisa mendongkrak khususnya dari segi popularitas.
"Kurang lebih sama (seperti Ahmad Syaikhu-Ilham). Jadi memang mereka ini (Gita KDI dan Ronal) punya background artis tetapi tidak bisa dibandingkan dengan yang terjadi di 2008 dan 2013 (Dedi Mizwar dan Dede Yusuf)," ucapnya
"Jadi problema utamanya ini menurut saya soal tingkat popularitas. Sehingga angka-angka kemarin itu (hasil quick count), menurut saya ada problema dari segi popularitas untuk paslon nomor satu, dua, dan tiga," kata dia.