Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Polda Jabar Instruksikan Polisi Aktif Pantau Wilayah Rawan Bencana

ilustrasi polisi (IDN Times/Irfan Fathurohman)
ilustrasi polisi (IDN Times/Irfan Fathurohman)
Intinya sih...
  • Polisi aktif pantau wilayah rawan bencana
  • Siap beri bantuan cepat di lapangan
  • Siaga puncak musim hujan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Kepolisian Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) kepolisian di tingkat Polres hingga Polsek telah diarahkan untuk aktif melakukan pemantauan wilayah rawan bencana serta berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, dan pemerintah daerah setempat guna memastikan kesiapsiagaan dan respon cepat bila terjadi bencana.

Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan yang dapat menghambat aliran air, serta menyiapkan kebutuhan darurat seperti senter, obat-obatan, dan dokumen penting di tempat yang mudah dijangkau.

“Kami berharap seluruh masyarakat Jawa Barat dapat bersama-sama menjaga kewaspadaan, saling membantu, dan tanggap terhadap situasi lingkungan di sekitarnya. Sinergi antara masyarakat dan aparat sangat penting untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam,” kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan, Selasa (4/11/2025).

1. Siap beri bantuan cepat di lapangan

ilustrasi bencana hidrometeorologi (IDN Times/Mardya Shakti)
ilustrasi bencana hidrometeorologi (IDN Times/Mardya Shakti)

Dari data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) , saat ini intensitas hujan di beberapa daerah cukup tinggi, sehingga masyarakat diharapkan untuk lebih berhati-hati dan selalu mengikuti informasi serta peringatan dini dari pihak berwenang.

“Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak panik. Segera evakuasi ke tempat yang lebih aman apabila terjadi tanda-tanda bencana seperti pergerakan tanah, air sungai meluap, atau angin kencang. Polri bersama instansi terkait terus bersiaga untuk memberikan bantuan dan penanganan cepat di lapangan,

2. Siaga puncak musim hujan

IMG_20250917_175629.jpg
Ilustrasi Banjir di Pondok Gede, Bekasi/ IDN Times Dini Suciatiningrum

Sebelumnya, BMKG mengingatkan semua pihak untuk siaga menghadapi puncak musim hujan yang diperkirakan berlangsung mulai November 2025 hingga Februari 2026. Hingga akhir Oktober, sebanyak 43,8 persen wilayah Indonesia atau setara 306 Zona Musim (ZOM) telah resmi memasuki musim hujan.

Peralihan musim ini membawa konsekuensi meningkatnya potensi cuaca ekstrem di berbagai daerah, mulai dari hujan lebat, angin kencang, hingga ancaman siklon tropis dari arah selatan Indonesia.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa hujan kini mulai meluas dari wilayah barat menuju timur Indonesia dan akan terus meningkat intensitasnya dalam beberapa pekan mendatang.

“Kita sedang memasuki periode transisi menuju puncak musim hujan. Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang dan petir, terutama di wilayah selatan Indonesia yang mulai terpengaruh sistem siklon tropis dari Samudra Hindia,” ujarnya.

Berdasarkan analisis BMKG, kata dia, curah hujan tinggi hingga sangat tinggi dengan kisaran di atas 150 milimeter per dasarian berpotensi terjadi di sejumlah wilayah, antara lain Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua Tengah.

Dalam sepekan terakhir, hujan dengan intensitas sangat lebat tercatat di beberapa daerah, seperti Tampa Padang, Sulawesi Barat dengan 152 milimeter per hari, Torea, Papua Barat 135,7 milimeter, serta Naha, Sulawesi Utara 105,8 milimeter. Selama periode 26 Oktober hingga 1 November 2025, BMKG juga mencatat 45 kejadian bencana cuaca ekstrem, didominasi hujan lebat dan angin kencang yang menyebabkan banjir, tanah longsor, serta kerusakan bangunan di berbagai daerah.

3. Masih ada daerah yang cuacanya panas

Ilustrasi panas terik
Ilustrasi panas terik (pexels.com/MarcTutorials)

Meski hujan mulai meningkat, lanjut Dwikorita, namun suhu maksimum harian masih cukup tinggi di sejumlah wilayah Indonesia, mencapai 37 derajat Celsius di Riau dan lebih dari 36 derajat Celsius di beberapa wilayah Sumatera dan Nusa Tenggara. Kondisi atmosfer yang belum stabil ini membuat potensi cuaca ekstrem dapat muncul sewaktu-waktu.

Dwikorita menjelaskan, dinamika atmosfer saat ini cukup aktif dengan pengaruh MJO, gelombang Rossby dan Kelvin, serta anomali suhu muka laut positif di perairan Indonesia yang memperkuat pembentukan awan hujan.

“Kombinasi faktor ini menyebabkan potensi hujan lebat dan badai meningkat di banyak wilayah. Oleh karena itu, masyarakat perlu terus memantau informasi peringatan dini dari BMKG,” tegasnya.

Dwikorita juga memperingatkan meningkatnya potensi siklon tropis selatan yang dapat membawa hujan ekstrem dan angin kencang di wilayah pesisir selatan Jawa hingga Nusa Tenggara. Ia menambahkan bahwa pada November ini, periode siklon tropis di wilayah selatan Indonesia mulai aktif, sehingga masyarakat perlu mewaspadai potensi terbentuknya sistem tekanan rendah di sekitar Samudra Hindia yang dapat berkembang menjadi siklon tropis.

“Siklon tropis yang berkembang di Samudra Hindia dapat memicu peningkatan curah hujan secara drastis dan menyebabkan banjir besar di wilayah pesisir. Kami mengimbau pemerintah daerah untuk memastikan kesiapsiagaan infrastruktur dan masyarakat terhadap kemungkinan dampak bencana,” tambah Dwikorita.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

17 Murid di Cirebon Tumbang Usai Santap MBG

04 Nov 2025, 15:24 WIBNews