Pengamat Politik: Survei Pilgub Jabar Kerap Beda dari Hasil di TPS

Bandung, IDN Times - Sejumlah lembaga survei telah melakukan pengukuran elektabilitas terkait pasangan mana yang diprediksi bisa meraih suara besar dalam pemilihan gubernur (Pilgub) di Jawa Barat. Meski demikian, hasil survei ini dinilai rentan berbeda dengan hasil pemilihan nantinya karena pemilih di Jabar sangat memungkinkan beralih suara.
Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan menuturkan, data yang disampaikan lembaga survei saat ini termasuk dari Voxpol Center mengenai elektabiltas pasangan Dedi Mulyadi-Erwan yang unggul tinggi dibandingkan dengan pasangan lainnya bisa berubah drastis. Kondisi ini melihat pengalaman saat Pilgub jaman Ahmad Heryawan menang dan ketika Ahmad Syaikhu hampir menyusul perolehan Ridwan Kamil pada Pilgub 2018.
"Jadi ada yang elektabilitasnya di bawah kemudian bisa menang, atau yang hampir menyusul. Ini memperlihatkan bahwa Pilgub di Jabar sangat kompetitif," kata Firman dalam diskusi bersama media, Jumat (25/10/2024).
1. Karakteristik pemilih di Jabar berbeda

Dia menuturkan karakteristik pemilih di Jawa Barat cukup unik dibandingkan dengan daerah lain. Karena daerah Jabar ini suaranya cukup tersebar baik itu yang masuk daerah Bodebek, Bandung Raya, Priangan, hingga kawasan Pantura. Perbedaan pemahaman dan keberadaan partai politik pendukung pasangan pun bisa menjadi penentu perubahan suara tersebut.
Bahkan banyak juga pemilih di Jabar yang menentukan siapa yang bakal dipilih ketika mereka tiba di tempat pemungutan suara (TPS). Artinya, mereka bisa berbicara pilih calon A ketika disurvei atau ditanya orang lain, tapi kemudian memilih calon B yang dianggap lebih cocok dengan pilihannya.
"Jadi kita harus hati-hati dalam membaca survei di Jabar ini karena berkaca dari pengalaman sebelumnya," ujar Firman.
2. Suara sekarang makin sulit dipastikan

Dia menuturkan, suara di Jabar saat ini makin sulit dipastikan akan berlabuh pada siapa dengan adanya empat pasangan calon (paslon). Sebelumnya Jabar ini banyak yang tidak suka dengan partai pendukung pemerintah sehingga selalu bersebrangan dengan partai pengusung Presiden Joko Widodo. Khususnya keberadaan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang selama ini cukup mendominasi suara warga Jabar mempunyai dampak besar pada paslon tertentu.
Suara pemilih PKS yang beberapa bulan lalu juga mendukung Anies dan diprediksi menjadi oposisi sekarang justru mendukung pemerintahan Prabowo. Namun, sekarang justru pendukung PKS ini harus berpikir ulang karena yang jadi oposisi di pemerintahan justru PDI-Perjuangan.
"Ini akan membuat peta suara agak sulit untuk dipastikan dengan perubahan pola dukungan parpol ke pemerintah," paparnya.
3. Demul dapat hasil survei tinggi dalam elektabilitas

Voxpol Center melakukan survei terkait elektabilitas calon gubernur dan wakil gubernur di Jawa Barat untuk Pilkada 2024. Survei dilakukan pada rentang waktu 11-20 Oktober dengan melibatkan 800 responden dari berbagai umur dan pekerjaan. Dari hasil survei ini didapati bahwa mayoritas responden memilih pasangan Dedi Mulyadi dan Erwan mencapai 60,3 persen. Angka ini cukup tinggi dibandingkan dengan pesaing terdekatnya, Ahmad Syaikhu dan Ilham Habibie yang hanya 17,8 persen.
Sementara itu, pasangan Acep Adang-Gita hanya mendapatkan 4,9 persen dan pasangan Jeje serta Ronald ini berada di angka 5,4 persen. Di sisi lain masih ada responden yang belum menentukan pilihan di angka 11,8 persen.
"Penilaian ini diberikan atas kesadaran para responden tanpa simulasi kertas suara KPU. Elektablitas ini pun dikarenakan nama Dedi Mulyadi cukup populer dan dikenal masyarakat," ungkap Pangi dalam konferensi pers, Jumat (25/10/2024).
Pangi menuturkan, dari responden yang disurvei sudah ada 60 persen yang tahu akan mencoblos siapa calon kepala daerahnya nanti ketika waktu di TPS. Sementara ada 38 persen belum tahu memilih siapa dan dua persen tidak tahu atau tidak menjawab.Alasan masyarakat memilih dari 76 persen karena figur atau tokoh di Jabar. Sementara itu 11,3 persen karena partai pengusung dan 6,8 persen karena tokoh calon wakil gubernur.
"Dikenalnya tokoh ini memang cukup mempengarungi elektabilitas," kata dia.