Bantuan untuk Sumatra Butuh Uluran Tangan Semua Pihak

- Bantuan untuk Sumatra membutuhkan uluran tangan semua pihak
- Rumah Zakat mengintensifkan penghimpunan dana publik dan siapkan bantuan perbaikan hunian
- Total korban jiwa akibat bencana di Sumatra mencapai 1.068 orang, dengan penambahan sembilan jiwa baru
Bandung, IDN Times - Pasca bencana di Sumatra masih banyak masyarakat yang membutuhkan berbagai bantuan mulai dari makanan, pakaian, hingga perlengkapan keseharian lainnya. Kondisi yang parah usai banjir bandang membuat pemulihan kawasan tidak bisa dilakukan dengan cepat.
Untuk itu, bantuan bagi masyarakat di Sumatra yang terdampak membutuhkan terus uluran tangan berbagai pihak. Bantuan tearsebut pun bisa disalurkan ke berbagai lembaga kemanusiaan seperti Rumah Zakat.
Saat ini Rumah Zakat mengerahkan relawan dan membuka posko kemanusiaan di berbagai titik prioritas. Aksi kemanusiaan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terdampak melalui distribusi logistik pangan, air bersih, layanan kesehatan, sanitasi darurat, perlengkapan pengungsian, serta dukungan psikososial, terutama bagi kelompok rentan.
Chief Program Officer Rumah Zakat, Murni Alit Baginda, menyampaikan bahwa respons yang dilakukan sejak masa tanggap darurat dirancang sebagai fondasi menuju pemulihan yang berkelanjutan.
“Intervensi kami tidak berhenti pada bantuan darurat. Sejak awal, program disusun berbasis kebutuhan riil masyarakat agar dapat berlanjut ke fase rehabilitasi dan rekonstruksi secara terarah dan bermartabat,” kata dia dalam konferensi pers, Jumat (19/12/2025).
1. Harus terbuka dalam penghimpunan dan penyaluran

Selain aksi lapangan, Rumah Zakat juga mengintensifkan penghimpunan dana publik sebagai bagian dari gerakan solidaritas nasional.
Hingga 17 Desember 2025, tercatat total dana terhimpun sebesar Rp16.209.710.236, dengan Rp12.606.713.321 telah disalurkan untuk mendukung respons darurat dan distribusi bantuan. Sementara itu, saldo program sebesar Rp3.602.996.915 dipersiapkan untuk mendukung keberlanjutan program pemulihan pascabencana.
Chief Marketing Officer Rumah Zakat, Didi Sabir, menegaskan bahwa transparansi dan akuntabilitas menjadi prinsip utama dalam pengelolaan dana kebencanaan.
“Kami memastikan seluruh proses penghimpunan dan penyaluran dana disampaikan secara terbuka kepada publik. Kepercayaan donatur adalah amanah, dan setiap rupiah yang dititipkan harus memberikan dampak nyata bagi penyintas,” ungkapnya.
2. Siapkan bantuan perbaikan hunian

Program Peduli Bencana Sumatra dijalankan melalui kolaborasi puluhan mitra lintas sektor, mulai dari lembaga pemerintah, korporasi, komunitas, hingga institusi filantropi nasional. Kolaborasi ini menjadi penguat utama dalam memperluas jangkauan bantuan sekaligus mempersiapkan transisi dari fase tanggap darurat menuju masa pemulihan.
Memasuki fase rehabilitasi dan rekonstruksi, Rumah Zakat menyiapkan langkah-langkah strategis yang mencakup perbaikan hunian dan fasilitas dasar, dukungan hunian sementara dan hunian tetap, pemulihan sosial dan ekonomi masyarakat terdampak, serta penguatan kesiapsiagaan bencana di wilayah rawan.
"Upaya ini sejalan dengan kebijakan penanganan bencana nasional dan menjadi bagian dari kontribusi masyarakat sipil dalam mendukung pemulihan Sumatera secara berkelanjutan," paparnya.
3. Sudah ada 1.068 korban jiwa

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, mengatakan total korban meninggal dunia akibat bencana Sumatra kini berjumlah 1.068 orang. Data per hari ini (18/12/2025) ada penambahan korban jiwa sebanyak sembilan orang.
"Sehingga penambahan ini, mengubah jumlah total korban jiwa meninggal dunia dari 1.059 jiwa kemarin 17 Desember, hari ini menjadi 1.068 jiwa," kata dia dalam jumpa pers secara daring.
Penambahan korban meninggal itu, dijelaskannya, berasal dari sejumlah orang dari beberapa wilayah yang sebelumnya dilaporkan sebagai korban hilang.
"Ada penambahan sembilan jiwa, tiga di Aceh Utara, dua di Aceh Timur, satu di Tapanuli Selatan, satu di Langkat, satu di Agam, dan satu di Padang Pariaman," ujar Muhari.
Dengan demikian, korban yang masih dinyatakan menghilang hingga hari ini berjumlah 190 orang.

















