500 KK di Sukabumi Terdampak Erosi Sungai, Rumah Hanyut Terbawa Arus

- Air deras mengikis tanah hingga rumah ambruk
- 500 KK terdampak, delapan rumah hanyut
- Rumah rusak berat, dapur dan bangunan utama ambrol
- Warga selamat berkat gotong royong
- Seluruh warga selamat berkat partisipasi dan kewaspadaan
- Jarak sungai dan permukiman melebar akibat erosi
- Rumah warga hancur, mengungsi ke sekolah
- Rumah tak bisa diselamatkan, warga mengungsi di sekolah dasar
Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Bencana erosi sungai kembali menghantam wilayah selatan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sedikitnya 500 kepala keluarga (KK) terdampak setelah derasnya aliran sungai mengikis tanah hingga menyebabkan delapan rumah hanyut terbawa arus.
Erosi sungai yang makin parah membuat permukiman warga di sejumlah kampung terancam hilang. Warga berharap pemerintah segera merelokasi mereka ke tempat yang aman.
Peristiwa ini terjadi di beberapa kampung di Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, termasuk Kampung Cisarua, Babakan, Sawah Tengah, dan Cipanas. Lokasi tersebut sempat terisolir lantaran jalan menuju Desa Cidadap tertutup longsor. Warga menyebut erosi paling parah terjadi dalam sebulan terakhir, meski kejadian serupa sudah dirasakan sejak tahun lalu.
1. Air deras mengikis tanah hingga rumah ambruk

Salah satu warga terdampak, Muhammad Rian Adriansyah (23 tahun) mengatakan, derasnya aliran sungai secara perlahan menggerus tanah di sekitar permukiman. Kondisi itu membuat bangunan rumah kehilangan pondasi hingga akhirnya ambruk dan hanyut.
"Air semakin deras, tanah terkikis, sampai akhirnya rumah itu hanyut terbawa arus," ujar Rian di lokasi bencana.
Ia menyebut sebagian besar rumah di kawasan tersebut kini dalam kondisi rusak berat. Dapur hingga bagian utama bangunan ambrol akibat tanah yang terus tergerus air sungai.
2. Warga selamat berkat gotong royong

Meski bencana terjadi secara tiba-tiba, seluruh warga berhasil menyelamatkan diri berkat partisipasi dan kewaspadaan sesama warga. Bahkan, ada warga yang nyaris hanyut karena masih tertidur saat kejadian.
"Ada rumah yang hampir terbawa hanyut, pemiliknya lagi tidur. Untung ada warga yang membangunkan," kata Rian.
Menurutnya, jarak antara sungai dan permukiman sebelumnya cukup jauh, mencapai lebih dari 200 meter karena dipisahkan area perkebunan dan persawahan. Namun, erosi membuat aliran sungai semakin melebar dan mendekati rumah warga.
3. Rumah warga hancur, mengungsi ke sekolah

Rian mengungkapkan rumahnya kini sudah tak bisa diselamatkan. Bagian dapur lebih dulu ambruk, disusul struktur bangunan lain yang tinggal menunggu runtuh.
"Barang-barang masih bisa diselamatkan, tapi rumahnya sudah tidak bisa. Sekarang kami mengungsi di sekolah dasar," ucapnya.
Hal serupa dialami Siti Nurlela (18), warga Kampung Babakan Cisarua. Rumahnya hanyut sepenuhnya saat banjir susulan melanda wilayah tersebut.
"Rumah saya habis, tinggal sisa keramik. Barang nggak ada yang terselamatkan," kata Siti.
Saat kejadian, ibunya berada seorang diri di rumah dan harus menyelamatkan diri dengan memecahkan jendela ketika air sudah setinggi dada. Evakuasi dilakukan secara manual oleh warga pada malam hari, tanpa alat bantu dengan menyeberangi sungai.
4. Bencana susulan, warga sempat terisolir

Siti menuturkan bencana pertama terjadi pada 6 Maret 2025, yang saat itu melanda Kampung Cisarua dan Babakan. Bencana tersebut bahkan menelan satu korban jiwa di Kampung Babakan.
Kini, banjir dan abrasi susulan kembali terjadi dan meluas hingga Kampung Sawah Tengah. Akibat longsor yang menutup akses jalan, warga sempat terisolir selama dua hari.
"Yang selamat cuma diri dan pakaian yang dipakai," ujarnya.
5. Wabup Sukabumi: 500 KK terdampak, relokasi jadi perhatian

Wakil Bupati Sukabumi, Andreas mengatakan, jumlah warga terdampak masih dalam proses pendataan. Namun, estimasi sementara mencapai sekitar 500 KK.
"Yang paling penting hari ini seluruh pengungsi sudah tertangani dengan baik, baik dari logistik, kesehatan, maupun tempat tidur," kata Andreas saat meninjau lokasi pengungsian.
Ia memastikan proses evakuasi telah selesai dan seluruh pengungsi ditempatkan di satu titik pengungsian. Pemerintah daerah juga mencatat kebutuhan mendesak warga, termasuk pasokan listrik melalui genset.
6. Warga berharap direlokasi ke tempat aman

Andreas menyebut relokasi menjadi salah satu opsi yang akan dibahas lebih lanjut pada tahap pascabencana. Saat ini, pemerintah fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak.
"Relokasi sudah disampaikan. Kami tampung dulu semuanya, tangani kebutuhan saat ini, baru pasca bencana kita pikirkan langkah selanjutnya," ujarnya.
Sementara itu, warga berharap pemerintah segera menyediakan relokasi atau hunian sementara yang aman, mengingat rumah mereka sudah hancur dan kawasan permukiman dinilai tak lagi layak dihuni.
"Bukan cuma kampung saya, ada lima kampung yang terdampak. Kami cuma ingin dipindahkan ke tempat yang aman," ujar Rian.


















