Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kata Dedi Mulyadi Soal Banyaknya Kelas Menengah di Jabar Terjerat Bank Emok

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi. (IDN Times/Amir Faisol)
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi. (IDN Times/Amir Faisol)
Intinya sih...
  • Gubernur Jabar Dedi Mulyadi melihat masalah ketergantungan pada hutang dan bantuan pemerintah di kalangan kelas menengah ke bawah di Jawa Barat.
  • Banyak orang tua mencari pinjaman dari rentenir, bank emok, hingga pinjol karena beban ekonomi dalam memenuhi kebutuhan anak sekolah.
  • Dedi Mulyadi mengusulkan pembebasan biaya pendidikan, pengobatan, listrik, dan jaminan hari tua untuk meringankan beban ekonomi kaum menengah-bawah di Jawa Barat.

Bandung, IDN Times - Gubernur Jabar Dedi Mulyadi memiliki pandangan tersendiri mengenai persoalan kemiskinan yang menjerat kaum kelas menengah ke bawah di Jawa Barat. Di mana kondisi ini sudah melahirkan tingginya angka ketergantungan pada utang dan bantuan pemerintah.

Menurutnya, problema kesejahteraan Jawa Barat ada di kalangan menengah-bawah berlatar pada beban ekonomi yang muncul setiap hari dalam rumah tangga. Utamanya, mereka yang memiliki anak sekolah.

"Problemnya apa? Satu, jajan anaknya tidak pernah berhenti setiap hari. Dua ketika outing class dia memaksakan diri, ketiga ketika study tour mereka memaksakan diri, empat ketika perpisahan memaksakan diri," kata Dedi melalui keterangan resmi, dikutip Kamis (12/6/2025).

1. Duit PHK dipakai bayar bank emok

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat berkunjung ke Kota Bogor, Senin (14/4/2025). (Humas Pemkot Bogor).
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat berkunjung ke Kota Bogor, Senin (14/4/2025). (Humas Pemkot Bogor).

Akibatnya menurut Dedi, banyak orangtua yang akhirnya mencari pinjaman walaupun bakal ditelikung bunga yang tinggi. Sumbernya macam-macam mulai dari koperasi simpan pinjam hingga bank keliling.

"Ada bank emok, ada bank keliling, ada pinjol," katanya.

Menurutnya dari hasil analisa, di Jawa Barat pergerakan uang yang berasal dari rentenir, bank emok dan lain-lain ini lahir dari komunitas ibu-ibu di setiap Rukun Tetangga.

"Dia adalah kaki tangan dari peredaran uang gelap itu dengan bunga tinggi," ucapnya.

Masalah kaum menengah ke bawah di Jabar makin problematik ketika pemerintah memberikan bantuan sosial lewat Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak dijadikan modal.

"Duit PKH dipakai buat bayar bank emok, muncul lagi lewat bantuan ekonomi pinjaman modal, uangnya akan selalu habis," kata Dedi.

2. Dampaknya kaum menengah ke bawah tidak berdaya

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (tengah) saat mengunjungi Kota Bogor, Senin (14/4/2025). (Humas Pemkot Bogor).
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (tengah) saat mengunjungi Kota Bogor, Senin (14/4/2025). (Humas Pemkot Bogor).

Fenomena ini terjadi bukan karena negara tidak memperhatikan warganya mengingat sudah triliunan Rupiah dikucurkan untuk memberikan stimulus ekonomi lewat bantuan sosial.

"Kaum menengah ke bawah problemnya mereka sudah tidak punya etos, mereka sudah tidak ingin lagi bekerja dengan baik, mereka hanya ingin menikmati, uang dikonsumsi bukan menjadi modal kerja," ujar Dedi.

"Membangun manusia yang kesadaran mengurangi beban ekonomi maka perspektifnya kalau ingin membangun kesejahteran rakyat lakukan empat hal," tuturaya.

Lantas, apa saja keempat hal tersebut?

3. Pemberantasan bank emok mulai dari pendidikan anak

Dedi Mulyadi di Gedung KPK pada Senin (19/5/2025). (dok. Humas KPK)
Dedi Mulyadi di Gedung KPK pada Senin (19/5/2025). (dok. Humas KPK)

Pertama, bebaskan kaum menengah bawah dari biaya pendidikan, biaya pengobatan, biaya listrik dan berikan jaminan hari tua yang memadai. Menurutnya ekosistem pendidikan saat ini melahirkan kekacuan yang membuat beban ekonomi memaksa orang tua untuk mencari jalan pintas.

Karena itu, dia memastikan kebijakannya melarang study tour, melarang perpisahan atau wisuda sekolah adalah upayanya meretas jalan agar warga Jabar terbebas dari beban ekonomi dunia pendidikan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us