Mayoritas Penyedia MBG Cirebon Tak Kantongi Sertifikat Higienis

- Antisipasi sejak dini
- Dinkes Cirebon tidak pasif menghadapi potensi keracunan MBG
- Tim monitoring turun ke lapangan untuk memeriksa standar higienis
- Penyuluhan tentang higienitas pangan disiapkan untuk SPPG
- Peran tenaga ahli gizi
- Tenaga ahli gizi di setiap SPPG menjadi kunci pengawasan menu MBG
- Pelatihan mandiri bagi penjamah makanan disediakan oleh Dinkes Cirebon
- Keterampilan dasar pengolahan makanan ditingkatkan sesuai standar kesehatan
Cirebon, IDN Times - Mayoritas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) penyedia Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, hingga kini masih beroperasi tanpa mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS). Kondisi ini memunculkan kekhawatiran akan keamanan pangan, terutama setelah kasus keracunan massal MBG terjadi di sejumlah daerah lain di Jawa Barat.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon, Eni Suhaeni, mengungkapkan, dari total 75 SPPG yang aktif melayani siswa penerima manfaat MBG, baru 26 di antaranya yang mengajukan permohonan SLHS.
Artinya, lebih dari separuh penyedia layanan gizi di Cirebon masih beroperasi tanpa jaminan standar higienis yang jelas.
“Semua SPPG wajib memiliki SLHS sebagai syarat mutlak. Tanpa sertifikat itu, keamanan pangan sulit dipastikan. Kami sudah mendorong mereka untuk segera mengurus dan akan terus melakukan pembinaan,” kata Eni, Rabu (1/10/2025).
1. Antisipasi sejak dini

Meski Kabupaten Cirebon belum termasuk daerah yang tercatat mengalami kasus keracunan MBG, Dinkes tidak ingin bersikap pasif. Menurut Eni, pengalaman dari daerah lain menjadi pelajaran penting agar ribuan anak di Cirebon yang mendapat manfaat MBG tidak menghadapi risiko serupa.
“Memang Cirebon tidak masuk dalam daftar daerah rawan keracunan MBG di Jawa Barat. Tetapi kami tetap harus waspada, jangan sampai anak-anak jadi korban hanya karena kelalaian standar kebersihan,” kata Eni.
Untuk memastikan penyedia layanan gizi patuh terhadap aturan, Dinkes menurunkan tim monitoring ke lapangan. Pemeriksaan dilakukan mulai dari dapur, kualitas air, instalasi pengolahan air limbah (IPAL), hingga kondisi peralatan masak dan makan. Bahkan, dilakukan pula uji usap pada alat dapur guna memastikan tidak ada kontaminasi bakteri berbahaya.
“Inspeksi ini mengacu pada Permenkes Nomor 17 Tahun 2020. Jadi, bukan hanya dapur yang dicek, tetapi juga air, kebersihan alat makan, dan uji laboratorium sederhana,” tuturnya.
Selain pemeriksaan, Dinkes juga menyiapkan penyuluhan tentang higienitas pangan. Setiap SPPG nantinya akan mendapatkan pendampingan teknis, termasuk cara penyimpanan bahan makanan, manajemen waktu memasak, serta teknik penyajian yang aman.
2. Peran tenaga ahli gizi

Eni menekankan, standar laik sehat tidak hanya sebatas kebersihan fisik dapur. Keberadaan tenaga ahli gizi di setiap SPPG menjadi hal yang wajib. Menurutnya, ahli gizi berfungsi memastikan menu yang disajikan bukan hanya aman, tetapi juga sesuai kebutuhan nutrisi anak.
“Program MBG harus benar-benar membawa manfaat. Bukan sekadar kenyang, tetapi sehat dan bergizi. Karena itu, tenaga ahli gizi adalah kunci pengawasan,” ujarnya.
Dinkes Kabupaten Cirebon juga membuka kesempatan bagi setiap SPPG untuk mengajukan pelatihan mandiri bagi penjamah makanan. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan keterampilan dasar pengolahan makanan sesuai standar kesehatan.
Eni menambahkan, aspek kecil seperti cara mencuci tangan, sterilisasi alat makan, hingga waktu ideal mengolah makanan sangat memengaruhi kualitas layanan.
“Misalnya, makanan sebaiknya tidak dimasak terlalu dini agar tetap segar saat disajikan. Air pun harus terbebas dari bakteri E coli. Semua detail ini penting,” katanya.
3. Dorongan pemerintah daerah

Upaya penguatan standar higienis ini tidak hanya menjadi pekerjaan Dinkes semata. Menurut Eni, Dinas Kesehatan sudah berkoordinasi dengan Sekretaris Daerah (Sekda) dan mitra penyelenggara MBG agar sertifikasi SLHS dipercepat.
“Kami tidak ingin ada celah yang bisa membahayakan anak-anak. Semua stakeholder harus ikut memastikan bahwa program makan bergizi benar-benar aman,” kata Eni.