Pelabuhan Cirebon di Kota Cirebon
Rata-rata lama menginap tamu (RLMT) menjadi indikator lain yang memperlihatkan tekanan industri. RLMT gabungan hotel bintang dan nonbintang mencapai 1,28 hari. Angka tersebut turun 0,06 poin secara year-on-year serta turun 0,02 poin dibandingkan Agustus 2025.
Ujang menjelaskan pola ini sejalan dengan tren wisata cepat atau short escape yang semakin populer. Wisatawan cenderung melakukan perjalanan singkat sambil memaksimalkan transportasi darat yang lebih efisien.
Namun, bagi pelaku usaha hotel, durasi menginap yang pendek mengurangi potensi pendapatan tambahan dari layanan kamar maupun fasilitas hotel.
Hotel bintang mencatat RLMT 1,35 hari, turun 0,07 poin secara tahunan dan turun 0,02 poin dibanding bulan sebelumnya. Sementara itu, hotel nonbintang mencatat RLMT 1,03 hari, melemah 0,03 poin dibanding tahun lalu namun naik 0,01 poin dibanding Agustus 2025.
Kombinasi kenaikan jumlah perjalanan Wisnus dan melemahnya indikator perhotelan memberikan paradoks bagi sektor pariwisata Cirebon. Mobilitas masyarakat meningkat, namun tidak sepenuhnya terkonversi menjadi permintaan kamar hotel.
Menurut Ujang, fenomena ini perlu dicermati pelaku industri karena menandakan perubahan perilaku wisatawan. Munculnya akomodasi alternatif, efisiensi biaya perjalanan, dan maraknya kunjungan harian membuat wisatawan tidak selalu memilih menginap.
Ia menilai sektor akomodasi perlu strategi adaptif, terutama pada peningkatan layanan, diferensiasi produ k, serta promosi yang menyasar segmen wisata keluarga dan bisnis regional.
"Kenaikan Wisnus bisa menjadi peluang, namun memerlukan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan agar manfaat ekonomi dapat dirasakan pelaku industri lokal," ujarnya