Kisah Kampung Produsen Lokal Enye di Balik Ketenaran Sadbor

Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Baru-baru ini, Gunawan alias Sadbor jadi pusat perhatian. Setelah ditetapkan sebagai tersangka promosi judi online, ia kemudian mendapatkan penangguhan penahanan dan berujung ditunjuk Kapolri sebagai duta antijudol.
Jauh sebelum Sadbor tenar di media sosial, kampung tempat tinggalnya terkenal sebagai wilayah penghasil enye atau kicimpring. Bahkan, usaha itu sudah bertahan selama puluhan tahun di kampung tersebut.
1. Enye jadi produk unggulan kampung Sadbor

Makanan ringan khas yang dikenal dengan nama kicimpring atau enye telah menjadi produk unggulan warga Kampung Margasari, Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Kampung tersebut merupakan tempat tinggal Gunawan alias Sadbor.
Berkat aksi Gunawan, kampungnya pun ikut terkenal dengan sebutan Kampung Sadbor 'Joget Patuk Ayam.' Di sana, hampir seluruh warganya bekerja membuat cemilan enye.
"Sebagian besar warga Margasari mata pencahariannya ya dari sini, dari produksi enya," kata Enin (53 tahun) salah satu produsen enye di Kampung Margasari, Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Selasa (19/11/2024).
2. Bertahan sejak tahun 1998

Enin mengatakan, usahanya itu sudah dilakoni secara turun temurun sejak tahun 1998 silam. Saat ini sudah berkembang pesat menjadi sumber mata pencaharian utama bagi hampir seluruh warga di kampung tersebut.
"Iya, sudah dari tahun 1998 dan ini turun-temurun dari waktu Pak Presiden Soeharto," ujarnya.
"Dulu saya kerja sebagai kuli, punya lahan, dan akhirnya memutuskan untuk membuat enye atau kicimpring ini. Dari yang awalnya hanya jual beli bahan baku, sekarang alhamdulillah produksi sendiri," ujar Enin.
Dari usaha tersebut, Enin sudah mempekerjakan 25 orang pegawai. Usaha ini menjadi salah satu contoh sukses bagaimana produk UMKM dapat berkembang pesat dan mendongkrak perekonomian warga setempat.
3. Omzet capai Rp10 juta

Bahan dasar pembuatan enye ini adalah singkong, yang diproduksi dengan tambahan teri sebagai bahan utama. Dalam sehari, produksi enye di kampung tersebut mampu mencapai 1,4 ton singkong dan 4 kwintal teri.
"Proses produksi dilakukan secara rutin dan pengiriman dilakukan sepekan dua kali ke berbagai daerah, termasuk ke Bekasi, dengan harga jual enye rasa original sekitar Rp15.000 hingga Rp16.000 untuk kicimpring rasa balado per bungkus," katanya.
"Sekarang mah lagi meningkat (penjualan). Dulu singkongnya mahal Rp2.200 per kilogram, sekarang turun jadi Rp1.700 per kilogram," ujarnya.
Meski harga bahan baku mengalami fluktuasi, omzet yang didapatkan dari usaha ini tetap stabil, dengan pendapatan mencapai sekitar Rp10 juta per bulan. Sebelumnya, omzet sempat turun menjadi sekitar Rp7 juta hingga Rp8 juta, akibat lonjakan harga singkong.
"Kami berharap dengan semangat dan kerja keras warga Kampung Margasari, produk enye ini tidak hanya menjadi sumber penghasilan utama, tetapi juga menjadi kebanggaan kampung di sini, serta menunjukkan potensi besar bagi pengembangan UMKM di Kabupaten Sukabumi," ujarnya.