Kesaksian Tragedi Resepsi KDM di Garut: Banyak yang Tertindih, Keamanan Minim

- Makan gratis disebabkan banyak yang tertindih
- Informasi dari media sosial membuat pendopo ramai
- Keluar masuk orang di pendopo dibatasi untuk menghindari penumpukan
Garut, IDN Times - Keinginan Wakil Bupati Garut Putri Karlina dan suaminya Maula Akbar Mulyadi Putra untuk merayakan pernikahan mereka di area Pendopo Garut, Jumat (18/7/2025), berujung tragis. Makan gratis yang disediakan untuk masyarakat sebagai bentuk syukur justru menimbulkan tiga orang meninggal dunia dan puluhan orang pingsan.
Salah satu pedagang kaki lima (PKL) yang berada di sana, Novi (35 tahun), menceritakan kengerian ketika ribuan orang coba masuk ke Pendopo Garut. Pintu yang ditutup sebagian membuat orang menumpuk di depan pagar, mereka kemudian terdorong, berjatuhan, dan terinjak-injak orang yang lain.
"Jadi siang itu ada ibu-ibu beres senam, orang jumatan juga, dan orang yang memang ingin datang. Membludak di sana tidak tertahan padahal gerbang yang dibuka hanya setengahnya," kata Novi kepada IDN Times, Sabtu (19/7/2025).
Ketika orang yang datang banyak, keamanan tidak bisa berkutik karena jumlahnya sangat sedikit dan tidak sebanding. Dari pandangan Novi polisi dan Satpol PP yang berada di gerbang masuk pendopo tidak lebih dari 20 orang, sedangkan warga yang ingin masuk jumlahnya ribuan orang.
Alhasil ketika ada orang membutuhkan pertolongan karena terinjak-injaak sulit dibantu dengan terlalu banyak orang ingin masuk ke pendopo.
1. Tahu info makan gratis dari media sosial

Novi menuturkan, informasi mengenai kegiatan pasar rakyat ini memang sudah ada beberapa hari sebelumnya. Banyak teman Novi juga tahu kabar tersebut di media sosial.
Ini juga yang membuat area pendopo sudah ramai sejak pagi. Banyak kendaraan dari luar Garut sudah terparkir termasuk rombongan memakai bus. Ini memperlihatkan bahwa orang yang ingin datang ke acara tersebut sangat banyak dari luar kota.
"Dari media sosial Pak Gubernur juga sudah ada informasi ada lima ribu (paket makanan), otomatis warga Garut mau datang ke sana dan melihat acara," kata dia.
2. Anaknya hampir jadi korban

Menurut Novi, dia dan pedagang lain sudah biasa membawa anaknya ikut berjualan. Ketika kejadian kemarin, sang anak bernama Hasna ikut serta bersama korban, Vania Aprilia. Novi mendapat cerita dari Hasna bahwa dia hendak masuk bersama empat temannya termasuk Vania.
Namun, ketika tahu terjadi penumpukan Hasna dan adiknya mengurungkan niat. Sedangka Vania dan kedua teman lainnya sudah terlanjut terbawa arus masuk. Sayang, ketika di tengah jalan mereka terjatuh. Dua teman Vania berhasil ditarik oleh Satpol PP, sedangkan Vania terlepas dan langsung terinjak-injak.
"Saya tahu kejadiannya tapi gak bisa masuk, gak bisa menolong, karena memang desak-desakan. Anak saya juga di sana pas kejadian. Anak saya udah agak besaran jadi dia mundur saja, gak ikut masuk,"kata dia.
3. Keluar masuk orang di pendopo dibatasi

Sementara itu, PKL lainnya Yunita (25) mengatakan bahwa dia juga sudah melihat kerumunan sejak pagi hari. Berjualan di pintu akses pendopo yang lain, anaknya juga berencana ikut makan gratis, namun ia larang karena takut terjadi hal buruk.
Prediksi itu pun terjadi, dia melihat orang bertumpuk di pintu masuk karena mereka yang bisa mengaskes pendopo dibatasi sekitar 200-300 orang saja sekali jalan. Ketika sudah banyak orang masuk, pintu akan ditutup dan itu yang membuat adanya penumpukan orang hingga saling dorong.
"Kan kalau mau masukan orang ini harus ada yang keluar. Jadi orang keluar dulu baru dimasukin lagi orang baru ke pendopo," kata dia.