Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Penumpukan Sampah, Problematika di Kota Bandung yang Masih Berlarut

IMG-20251112-WA0034.jpg
Penumpukan sampah di Kota Bandung. IDN Times/Istimewa
Intinya sih...
  • Sampah jarang diangkut dari pemukiman, membuat penumpukan sampah di TPS
  • Bandung jadi sorotan nasional karena masuk dalam skema darurat sampah nasional
  • Pemkot Bandung memasifkan pembangunan insinerator untuk mengatasi penumpukan sampah
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Persoalan penumpukan sampah di Kota Bandung masih menjadi polemik berkelanjutan hingga hari ini. Sejumlah warga kembali meneriakan kegelisahan mereka akibat masalah sampah yang belum selesai. Di jumlah tempat pembuangan sementara, sampah menumpuk dalam beberapa hari dan belum terangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Alhasil, bau menyengat dari penumpukan tersebut membuat tidak nyaman masyarakat yang melintas di sekitar TPS. Di TPS Cijambe misalnya, dari pantauan IDN Times roda sampah dari beberapa rukun warga belum dipindahkan ke truk pengangkut. Bahkan sampah yang sudah beberapa hari pun masih berada di sana.

"Kalau lewat ini baunya lumayan. Apalagi kan suka macet ini di persimpangan jadi pasti baunya kerasa banget," ujar Wardhani salah satu warga Cijambe, Rabu (12/11/2025).

Penumpukan sampah ini bukan hal baru di Bandung dan sekitarnya. Di banyak TPS Kota Bandung sering kali sampah lama diangkut. Musababnya, ada pengurangan kuota sampah ke TPA Sarimukti dalam beberapa bulan terakhir.

Persoalan serupa juga terjadi di TPS Pasteur, Jalan Dakota, Kota Bandung. Ketinggian sampah lebih dari tiga meter membuat warga yang melintas di jalan khawatir ada rubuhan sampah.

"Ini yang angkut sampah seminggu cuman dua kali saja jadi ada penumpukan," kata Rahmat salah satu warga yang melintas.

1. Sampah jarang diangkut dari pemukiman

Ilustrasi sampah rumah tangga (Pixabay.com/Hans)
Ilustrasi sampah rumah tangga (Pixabay.com/Hans)

Karena TPS sudah terlalu banyak menimbun sampah membuat pengambilan sampah dari rumah tangga pun terhambat. Salah satunya dirasakan Uji warga di kawasan Pasir Jati.

Dia menuturkan, sudah mendapatkan informasi dari pengangkut sampah bahwa mereka tidak bisa sering membawa limbah rumah tangga karena memang ada penumpukan di TPS.

"Jadi di depan rumah juga numpuk. Kalau lama diangkut kan ada lalat atau belatung di tempat sampahnya," kata dia.

Saat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengurangi kuota sampah dari Kota Bandung di TPA Sarimukti. Kota Bandung saat ini hanya diperbolehkan membuang 981 ton sampah per hari dari jumlah sebelumnya mencapai 1.200 ton.

2. Bandung jadi sorotan nasional

IMG-20251112-WA0037.jpg
Penumpukan sampah di Kota Bandung. IDN Times/Istimewa

Sementara itu, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan dia sudah bertemu dengan tim dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mengatasi persoalan ini. Terlebih Kota Bandung sekarang masuk dalam skema darurat sampah nasional.

Saat ini, penumpukan sampah bisa bertambah dua hingga tiga hari di TPS karena memang buangan dari masyarakat makin banyak, sedangkan kuota pembungan ke Sarimukti dibatasi.

Hal pertama yang harus dipastikan Pemkot Bandung adalah tidak ada hambatan dari 900 ton per hari sampah yang masuk ke Sarimukti. Ketika ada masalah maka penumpukan sampah di TPS bisa semakin banyak.

"Kita juga sedang mempercepat pembangunan fasilitas pengolahan sampah, baik berupa pengolahan sampah organik maupun pemusnahan dengan teknologi thermal. Upaya ini terus kita akselerasi setiap hari untuk memastikan tingkat kepatuhan masyarakat juga tinggi," papar Farhan.

3. Pemkot tambah penggunaan insinerator

IMG_2579.jpeg
Bupati Kudus, Samani Intakoris (kiri) saat menyalakan mesin insinerator pengolahan sampah residu di Desa Jati Kulo Kabupaten Kudus. (IDN Times/Dhana Kencana)

Politikus Nasdem ini mengatakan, Pemkot Bandung tengah memasifkan pembangunan insinerator. Ini merupakan yang membakar limbah pada suhu tinggi untuk mengurangi timbunannya dan mengubahnya menjadi abu atau residu yang lebih aman.

Alat tersebut dapat digunakan untuk mengolah berbagai jenis limbah padat, termasuk sampah rumah tangga, limbah medis, dan limbah industri, dan juga dapat menghasilkan energi dari panas yang dihasilkan. 

"Pengurangan kuota sampah ini menjadi tantangan besar, karena bisa memicu penumpukan baru. Tapi kita sedang menanganinya bersama-sama. Mudah-mudahan dalam 2–3 bulan ke depan kita sudah bisa mengoperasikan beberapa fasilitas baru, termasuk insinerator di empat titik tambahan. Namun pembangunan ini tidak mudah karena sertifikasi dari kementerian juga ketat," pungkasnya.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

Pemberangkatan Haji Asal Jabar Dilakukan Sesuai Nomor Urut di Provinsi

12 Nov 2025, 15:50 WIBNews