Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Harga Beras di Ciayumajakuning Naik, Petani Tak Sepenuhnya Untung

Petani di desa Songak Lotim saat membersihkan gulma padi (IDN Times/Ruhaili)

Cirebon, IDN Times - Harga beras di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) mengalami kenaikan pada Januari 2025, terutama di tingkat penggilingan.

Berdasarkan data terbaru, harga beras rata-rata meningkat sebesar 1,22 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Fenomena ini mencerminkan dinamika pasar masih dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pasokan terbatas dan permintaan yang tetap tinggi.

1. Naik sejak Desember 2024

ilustrasi beras basmati (Vecteezy.com/gstudioimagen)

Pada Januari 2025, harga rata-rata beras di penggilingan di kawasan Ciayumajakuning tercatat mencapai Rp13.056 per kilogram, naik dibandingkan bulan Desember 2024 yang berada di angka Rp12.898 per kilogram.

Kenaikan ini terjadi secara merata pada berbagai kualitas beras, baik premium maupun medium. Beras premium mengalami kenaikan terbesar dengan persentase 1,26 persen.

Jika pada Desember 2024 harga rata-rata beras premium di tingkat penggilingan mencapai Rp13.131 per kilogram, maka pada Januari 2025 meningkat menjadi Rp13.296 per kilogram.

Sementara itu, beras medium juga mengalami kenaikan harga, meskipun dengan persentase lebih rendah, yaitu 0,87 persen dari Rp12.665 per kilogram menjadi Rp12.775 per kilogram.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa kenaikan harga ini mengindikasikan tekanan pada pasokan beras di wilayah Ciayumajakuning.

Beberapa faktor yang memengaruhi kondisi ini antara lain pola panen petani, distribusi dari penggilingan ke pasar, serta permintaan yang tetap tinggi pasca-liburan akhir tahun.

2. Faktor cuaca dan ongkos produksi jadi soal

Ilustrasi seseorang melihat hujan jendela rumah (istockphoto.com/Burak Sür)

Selain itu, faktor cuaca juga memainkan peran penting dalam ketersediaan gabah di tingkat petani maupun penggilingan.

Secara historis, awal tahun memang sering kali menjadi periode di mana harga beras mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena pasokan dari panen sebelumnya mulai menurun, sementara musim panen raya baru akan berlangsung sekitar Maret hingga April.

Siklus pertanian yang mengikuti pola musiman ini menyebabkan ketersediaan gabah di awal tahun lebih terbatas dibandingkan dengan periode setelah panen raya.

Selain faktor musiman, kenaikan harga beras juga dipicu oleh meningkatnya biaya produksi. Harga pupuk, pestisida, tenaga kerja, serta ongkos distribusi terus mengalami kenaikan, sehingga berdampak langsung pada harga beras di tingkat penggilingan.

Tak hanya itu, fluktuasi harga gabah juga menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi harga jual beras di pasaran.

3. Harga naik, masyarakat terhimpit

ilustrasi inflasi (freepik.com/freepik)

Usman, seorang petani di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, mengungkapkan meskipun harga gabah naik, keuntungan petani tetap terbatas karena biaya produksi yang terus meningkat.

"Kami bersyukur harga gabah naik, tapi sayangnya kenaikannya tidak secepat kenaikan harga pupuk, pestisida, dan biaya operasional pertanian," ujarnya.

Bagi masyarakat, terutama di wilayah perkotaan, kenaikan harga beras mulai berdampak pada pengeluaran rumah tangga.

Siti, seorang ibu rumah tangga di Kabupaten Cirebon, mengaku bahwa harga beras premium yang terus meningkat membuatnya harus mempertimbangkan untuk beralih ke jenis beras yang lebih murah.

"Kami biasanya membeli beras premium, tapi sekarang harus lebih hemat. Kalau harga terus naik, mungkin kami akan beralih ke beras kualitas medium," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us