Freeport Ajak Peneliti Bikin Riset Biodiversitas di Papua

- Riset biodiversitas di Papua menghasilkan 130 spesies baru, termasuk New Guinea Singing Dog
- Transisi Freeport ke tambang bawah tanah memberi dampak positif pada konservasi habitat satwa langka
- Freeport Indonesia meraih penghargaan Program Konservasi Mamalia Terbaik dari Wildlife Habitat Council
Bandung, IDN Times - Koordinator Fauna Biodiversity PT Freeport Indonesia (PTFI) Kukuh Indra Kusuma menegaskan komitmen perusahaannya dalam riset biodiversitas di Papua, guna menghasilkan penemuan ilmiah penting. Salah satu hasil dari riset mereka ialah pendokumentasian 130 spesies baru di sana.
Kukuh menjelaskan, sejak 1997 Freeport menjalankan studi dasar biodiversitas di wilayah operasi PTFI di Mimika, yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Lorentz—salah satu kawasan dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.
“Hasilnya, lebih dari 130 spesies baru berhasil terdokumentasi, dan riset itu telah melahirkan buku serta artikel ilmiah yang bisa diakses publik secara gratis. PTFI juga membuka ruang lebih besar bagi para peneliti mengingat akses ke kawasan ini sebelumnya terbatas,” ungkap Kukuh dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Senin (25/8/2025).
1. Riset membuahkan hasil, salah satunya ditemukannya New Guinea Singing Dog

Kukuh menambahkan, keberadaan Freeport di Mimika membuat penelitian biodiversitas di Papua bisa dilakukan lebih intensif. Capaian lainnya yang paling menonjol adalah mengungkap bahwa hewan yang sempat diduga punah, yaitu New Guinea Singing Dog, ditemukan kembali di area dekat operasi Freeport.
“Pada 2018, fase kedua riset membuktikan bahwa gen Singing Dog yang kami temui itu ternyata masih murni. Lalu pada 2022, kajian ekologi kami lakukan untuk memahami habitatnya. Kini fokusnya adalah bagaimana konservasinya bisa berjalan berkelanjutan,” kata Kukuh.
2. Lebih matang pertimbangkan kepentingan lingkungan

Ia menambahkan, transisi Freeport dari tambang terbuka menuju tambang bawah tanah juga memberi dampak positif pada konservasi habitat satwa langka tersebut. Ia menekankan bahwa semua rencana pengembangan Freeport harus melalui kajian ekologis.
Misalnya, bila pembangunan fasilitas baru berpotensi mengganggu spesies tumbuhan atau satwa terancam punah, perusahaan mencari alternatif lain.
“Kebutuhan akomodasi karyawan kami siasati dengan pembangunan vertikal agar tidak perlu membuka area baru. Semua dilakukan agar keseimbangan operasi dan konservasi tetap terjaga,” tuturnya.
3. Dapat penghargaan setelah melestarikan New Guinea Singing Dog

Terkait pelestarian keanekaragam hayati ini, Freeport Indonesia juga meraih penghargaan Program Konservasi Mamalia Terbaik dari Wildlife Habitat Council (WHC) pada konferensi WHC 2024 di New Orleans, Louisiana.
Hal ini didapat atas komitmen mereka dalam melestarikan New Guinea Singing Dog, spesies anjing paling langka di dunia.
“Penghargaan ini juga mengakui peran Freeport dalam meningkatkan kesadaran konservasi melalui kolaborasi dengan masyarakat, akademisi, dan pemerintah terkait,” kata Kukuh.