Dinamika Jelang Musda Golkar Jabar, Asep Suparman: Patuh AD/ART

- Tegaskan tak ada aturan soal Plt ketuaIsu penunjukan Plt Ketua DPD Golkar Jabar tidak diatur dalam AD/ART atau PO partai.
- Dinamika internal jadi warna menjelang musdaDinamika internal dan penundaan Musda menjadi sorotan, menunggu struktur kepanitiaan lengkap.
- Jaga soliditas dan perkuat koalisi pemerintahFokus utama Golkar Jabar adalah konsolidasi organisasi dan penguatan koalisi dengan pemerintah pusat.
Bandung, IDN Times - Menjelang Musyawarah Daerah (Musda) DPD Partai Golkar Jawa Barat, tensi politik di tubuh partai mulai memanas. Munculnya isu penunjukan Plt Ketua DPD menambah warna dinamika menjelang pemilihan kepemimpinan baru.
Wakil Ketua MPO DPD Golkar Jabar, Asep Suparman, menyebut dinamika seperti ini bukan hal baru bagi partai berlambang pohon beringin.
“Golkar itu DNA-nya tarung, adu gagasan dan ide. Ini bagian dari proses dewasa dalam regenerasi,” ujarnya.
Menurut Asep, Musda seharusnya menjadi momentum penyegaran struktur dan regenerasi kepemimpinan hingga ke tingkat desa. Ia menilai, penundaan pelaksanaan Musda terlalu lama justru bisa memperlambat proses konsolidasi kader di daerah.
Asep menambahkan, siapa pun yang nanti terpilih sebagai Ketua DPD Golkar Jabar, harus memiliki komitmen penuh dan waktu cukup untuk membangun soliditas partai di seluruh tingkatan.
1. Tegaskan tak ada aturan soal Plt ketua

Isu bahwa posisi Ketua DPD Golkar Jabar bakal diisi oleh Tubagus Ace Hasan Syadzily sebagai Plt mencuat usai belum pastinya jadwal pelaksanaan Musda yang semestinya digelar November 2025. Namun Asep menegaskan, tidak ada satu pun pasal dalam AD/ART maupun Peraturan Organisasi (PO) Golkar yang mengatur penunjukan pelaksana tugas di tingkat DPD Provinsi.
“Tidak ada aturan mainnya. Tidak ada satu pasal pun di AD/ART atau PO yang bunyi seperti itu. Jadi sangat tidak mungkin,” tegas Asep.
Ia menjelaskan, jabatan ketua hanya dapat diisi sementara jika ketuanya meninggal dunia, tersandung kasus hukum, sakit keras, atau mengundurkan diri.
Bahkan, masa jabatan Plt pun maksimal hanya tiga bulan, bukan jangka panjang seperti masa kepemimpinan biasa.
Asep menambahkan, kepengurusan saat ini masih sah karena mendapat perpanjangan SK dari DPP Golkar hingga Musda resmi terlaksana.
“Secara periodisasi, kepengurusan DPD Jabar sudah selesai sejak Maret. Tapi DPP memperpanjang SK sampai Musda digelar,” jelasnya.
2. Dinamika internal jadi warna menjelang musda

Selain isu Plt, dinamika internal di tubuh Golkar Jabar juga menjadi sorotan. Asep menyebut hal itu sebagai bagian alami dari kultur politik partai.
“Golkar itu DNA-nya tarung. Adu gagasan, adu ide, itu biasa. Justru itu bagian dari proses dewasa dalam regenerasi,” ujarnya.
Menurutnya, Musda seharusnya menjadi momentum penyegaran struktur partai dan regenerasi kepemimpinan di semua tingkatan — mulai dari provinsi hingga desa. Namun penundaan pelaksanaan Musda yang seharusnya dilakukan sejak Maret 2025, membuat banyak kader yang ingin maju jadi menunggu lebih lama.
Hingga kini, struktur kepanitiaan Musda juga belum rampung. Berdasarkan rapat pleno, baru ditunjuk Yod Mintaraga sebagai penyelenggara, Yomanius Untung sebagai Ketua Steering Committee (SC), dan Deden Nasihin sebagai Ketua Organizing Committee (OC).
“Belum ada struktur kepanitiaan lengkap. Baru SC dan OC yang ditunjuk. Pengurus lain masih menunggu siapa yang akan membantu,” jelas Asep.
3. Jaga soliditas dan perkuat koalisi pemerintah

Di tengah berbagai dinamika, Asep menegaskan fokus utama Golkar Jabar tetap pada konsolidasi organisasi dan penguatan koalisi dengan pemerintah pusat. Siapa pun yang nantinya terpilih menjadi Ketua DPD, kata dia, harus mampu menjaga keberlangsungan pemerintahan dan memperkuat posisi Golkar di daerah.
“Ketua nanti harus mampu menjaga keberlangsungan pemerintahan pusat sampai ke daerah, termasuk memperkuat koalisi dengan Gerindra,” ujarnya.
Meski diwarnai berbagai manuver politik menjelang Musda, Asep optimistis seluruh kader akan kembali bersatu setelah proses pemilihan usai.
“Kalau sudah terpilih nanti, semuanya akan merapat. Tidak ada lagi pertarungan, semua bahu-membahu untuk mencapai target, minimal menyamai perolehan suara Gerindra,” katanya.
Asep juga berharap ketua baru nanti memiliki waktu dan komitmen penuh untuk membangun konsolidasi di semua tingkatan.
“Kalau hanya sepintas-pintas, partai sulit berkembang. Ketua harus punya waktu luang yang cukup untuk menjaga soliditas partai,” tutupnya.


















