Dedi Mulyadi Minta DLH Ungkap Misteri Gelembung Hitam di Langit Subang

- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi meminta DLH Provinsi Jawa Barat untuk mengungkap penyebab gumpalan gelembung hitam di langit Subang.
- BMKG Stasiun Bandung menyatakan bahwa fenomena tersebut bukan karena kejadian alam berdasarkan kajian awal dari aspek meteorologi.
- Kondisi cuaca di wilayah Subang pada tanggal 27 dan 28 Oktober 2025 menunjukkan bahwa fenomena itu kemungkinan berasal dari aktivitas di permukaan bumi atau industri lainnya.
Bandung, IDN Times - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta agar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat segera mengungkap penyebab terjadinya gumpalan gelembung hitam di langit wilayah Patokbeusi, Kabupaten Subang. Adapun peristiwa ini terjadi pada Selasa (28/10/2025).
Menurutnya, peristiwa ini harus diteliti oleh DLH Provinsi Jabar dan harus disampaikan apa penyebab pasti dari terjadinya peristiwa tersebut. Sebab, peristiwa ini sendiri menjadi perhatian publik dan masih belum diketahui asalnya dari mana.
"Gumpalan busa awan, saya sudah minta nih, kan itu tim ya, kan tidak boleh disimpulkan oleh gubernur, nanti tim dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk segera melakukan pengecekan apa itu," kata Dedi Mulyadi, Rabu (29/10/2025).
1. BMKG pastikan bukan fenomena alam

Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung sudah melakukan kajian awal atas fenomena tersebut. Hasilnya, dipastikan bukan karena kejadian alam.
"Berdasarkan hasil kajian awal dari aspek meteorologi (data), fenomena tersebut tidak termasuk dalam kejadian alam yang disebabkan oleh proses cuaca, awan, maupun aktivitas atmosfer lainnya," ujar Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Teguh Rahayu alias Ayyu, Rabu (29/10/2025).
Meski begitu, Ayyu mengatakan, hal itu masih merupakan kajian awal dan perlu diidentifikasi lebih lanjut. Namun, secara ilmiah dia menyatakan, gumpalan awan hitam yang terbang itu bukan terjadi karena fenomena alam.
"Secara ilmiah, awan terbentuk dari proses kondensasi uap air di atmosfer dengan pola, ketinggian, dan karakteristik tertentu yang dapat diidentifikasi oleh citra satelit dan radar cuaca BMKG," ujarnya.
2. Kondisi cuaca saat kejadian cenderung normal

Adapun kondisi cuaca di wilayah Subang pada tanggal 27 Oktober 2025 secara umum pada pagi hari berawan, dan pada sore hari terpantau adanya awan hujan di sebagian wilayah selatan.
Kemudian, pada 28 Oktober 2025, cuaca Subang secara umum berawan tebal hingga hujan ringan sejak pagi hari hingga sore hari. Kondisi angin tanggal 27 Oktober 2025 berdasarkan alat pengamatan terdekat (AWS Sukamandi) angin bertiup dominan dari timur-selatan dengan kecepatan maksimum 26.1 km per jam.
"Sementara itu pada 28 Oktober 2025, angin di wilayah Subang didominasi arah timur hingga selatan dengan kec maksimum 13,3 km per jam," ucapnya.
3. Sarankan DLH menelusuri lebih lanjut

Dengan kondisi itu, Ayyu memastikan fenomena itu bukan dari peristiwa alam, dan kemungkinan terjadi dari permukaan atau aktivitas industri lainnya hingga akhirnya terbang terbawa angin dan jatuh di pemukiman warga.
"Menurut kami fenomena yang tampak berupa gumpalan hitam tersebut lebih mungkin berasal dari aktivitas di permukaan bumi, misalnya dari proses industri, reaksi kimia limbah, atau aktivitas manusia lainnya yang menyebabkan terbentuknya busa atau material ringan yang kemudian terangkat oleh angin," tuturnya.
Lebih lanjut, Ayyu menyarankan agar pemerintah setempat turut melakukan pemeriksaan lebih lanjut, guna memastikan asal dari gumpalan gelembung hitam ini.
"Namun untuk memastikan sumber serta kandungan materialnya, disarankan agar dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh instansi terkait, seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) atau BPBD setempat," kata Ayyu.















