Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cara Unik SPPG Tasikmalaya Siapkan Menu MBG Hasil Permintaan Sekolah

IMG-20251001-WA0030.jpg
Penerima MBG di Tasikmalaya, Jawa Barat. Dok Istimewa
Intinya sih...
  • SPPG Yayasan Ganda Saputra Mamun mendistribusikan 4.000 paket MBG di 32 titik, termasuk sekolah PAUD, TK, SD, SMP, SMA, SLB, dan Posyandu.
  • MBG membantu pemenuhan gizi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah SLB Patriot di Kelurahan Indihiang, Kota Tasikmalaya.
  • Pakar komunikasi Universitas Telkom menekankan perlunya perbaikan tata kelola Program MBG untuk memastikan manfaatnya bagi siswa dan mencegah kejadian keracunan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Penyiapakan menu makan bergizi gratis (MBG) memang berbeda di setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Makanan yang diberikan kepada sekolah pun tidak akan sama satu SPPG dengan SPPG lainnya.

Ganda Saputra Makmun, salah satu SPPG di Kota Tasikmalaya, melakukan cara menarik untuk menyiapkan menu makan bagi siswa. Misalnya, dengan meminta masukan siswa dan guru menu apa yang bisa mereka konsumsi agar menu MBG habis dimakan.

Irwan Komar (40) asisten lapangan di dapur MBG Ganda Saputra Makmun mengatakan, para pekerja di SPPG ini kerap menerima surat dari para siswa yang meminta menu khusus untuk bisa dikonsumsi. Beberapa permintaan yang berkaitan dengan menu bisa dipenuhi asal sesuai dengan standard yang telah ditetapkan Badan Gizi Nasional dalam prosedur pemberian MBG.

Tugas sebagai asisten lapangan adalah menjadi penghubung antara sekolah dengan dapur MBG. Mereka membentuk grup whatsapp dengan guru dan kepala sekolah. 

“Permintaan melalui surat cinta ini kami sampaikan dalam diskusi di grup WA,” jelas Irwan melaluis siaran pers, Rabu (1/10/2025).

1. Siapkan menu khusus

IMG-20251001-WA0031.jpg
Penerima MBG di Tasikmalaya, Jawa Barat. Dok Istimewa

SPPG Yayasan Ganda Saputra Mamun setiap harinya mendistribusikan 4.000 paket MBG di 32 titik yang terdiri dari sekolah PAUD, TK, SD, SMP, SMA, SLB, dan Posyandu.

Jumlah, jenis menu, dan porsi makanan di tiap sasaran ini berbeda. Sebab sasaran penerima MBG ini beragam terdiri dari pelajar mulai dari PAUD, TK, SD kelas 1 hingga kelas 3. Kemudian pelajar kelas 4-6 SD, pelajar SMP, dan pelajar SMA/SMK.

SPPG Yayasan Ganda Saputra Mamun juga menyalurkan MBG kepada balita non PAUD, ibu hamil dan menyusui, serta anak berkebutuhan khusus. Untuk balita non PAUD dilayani sebanyak 260 dan ibu hamil dan menyusui sebanyak 129 orang. Anak berkebutuhan khusus disalurkan MBG kepada 113 pelajar.

Di luar sasaran itu, SPPG juga memberikan menu khusus untuk penerima manfaat yang menjalani diet khusus, seperti tidak memakan nasi atau lauk khusus.

“Ada 22 penerima manfaat yang tidak bisa makan nasi. Karena itu kami ganti dengan kentang rebus atau kentang goreng dengan lauk dan buah,” jelas Irwan.

Menu diet khusus ini diberikan kepada 13 pelajar SMPN 19 Indihiang, 4 pelajar dari SDN 3 Parakan Nyasag, 3 pelajar dari SMA Negeri 9 Tasikmalaya, dan 2 pelajar dari SDN Paozan. Secara keseluruhan ada 1.206 MBG porsi kecil dan 2.386 MBG porsi besar.

2. Banyak siswa menerima manfaat dari MBG

IMG-20251001-WA0035.jpg
Penerima MBG di Tasikmalaya, Jawa Barat. Dok Istimewa

Salah satu sekolah yang meminta menu khusus untuk MBG adalah sekolah Sekolah Luar Biasa (SLB) Patriot di Kelurahan Indihiang, Kota Tasikmalaya. Yayasan Patriot menaungi sekolah berkebutuhan khusus, dari tingkat SD hingga SMA

Kepala SLB Pendidikan Patriot Eulis Siti Hasanah mengatakan MBG sangat membantu pemenuhan gizi anak-anak berkebutuhan khusus. “Alhamdulillah dengan adanya MBG sangat membantu meningkatkan gizi seimbang. Anak-anak senang dan bahagia. Anak-anak berkebutuhan khusus sangat membutuhkan asupan gizi seimbang untuk pertumbuhan mereka,” kata Eulis Siti Hasanah.

Menurut Eulis, MBG sangat membantu mengurangi beban keluarga karena hampir semua anak-anak berkebutuhan khusus yang bersekolah dengan didampingi ibunya.

“ Ada yang ibunya ga sempat masak di rumah karena mendampingi anak-anaknya bersekolah. Jadi mengurangi beban keluarga,” kata Eulis.

Eulis mengatakan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah itu terdiri dari pelajar SD sebanyak 40 siswa, pelajar SMP 28 siswa, dan pelajar SMA sebanyak 45 siswa. Mereka adalah anak berkebutuhan khusus dengan kategori tuna rungu, tuna netra, tuna grahita, tuna daksa, autis, dan downsyndrome.

“Alhamdulillah MBG di sekolah ini yang berjalan sejak bulan Juni (2025) lalu ini aman. Anak-anak senang dan menikmati makanan, katanya enak dan makanan selalu habis,” ujar Eulis.

3. Banyaknya manfaatnya, tata kelola MBG tetap harus diperbaiki

IMG_20250923_135433.jpg
Menu MBG di Kota Bandung. IDN Times/Debbie Sutrisno

Pakar komunikasi Universitas Telkom, Bandung, Jawa Barat, Dr. Muhammad Sufyan menuturkan bahwa kejadian keracunan yang terjadi pada siswa memang tidak bisa ditutupi. Meksi demikian, fakta baik dari MBG tak bisa dibantah karena banyak makan gratis bergizi yang aman diakses siswa, bahkan guru, staf tata usaha, dan Satpam sekolah.

“Dengan 31 juta yang mayoritas menerima MBG dalam kondisi sesudahnya baik-baik saja, apakah ini juga akan jadi kacamata penyeimbang bahwa sudah ada upaya pemerintah menurunkan prevalensi stunting nasional tahun 2024 yang masih berada di angka 19,8 persen dari populasi balita sekitar 4,48 juta anak, ”ungkap Muhammad.

Pun demikian, dengan fakta dari UNICEF bahwa dua dari lima anak di bawah usia lima tahun tidak menerima jumlah kelompok makanan yang direkomendasikan. Mirisnya lagi, lebih dari 95 persen anak serta remaja tidak mengonsumsi buah dan sayur sesuai anjuran Badan Pendidikan United Nations tersebut. Oleh karena itu, Program MBG harus terus diupayakan dengan perbaikan tata kelola yang benar.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

Rekomendasi Mobil untuk Menunjang Bisnis yang Lebih Efisien

01 Okt 2025, 15:27 WIBNews