Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

IDI Jabar Kritisi Kontrol Kualitas Program MBG

ILustrasi Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) (IDN Times/Rangga Erfizal)
ILustrasi Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) (IDN Times/Rangga Erfizal)
Intinya sih...
  • IDI Jabar mendorong evaluasi program MBG karena banyak kasus keracunan terjadi setelah makanan tersebut disantap.
  • Ketua IDI Jabar menyoroti aspek penyajian, distribusi, dan kualitas makanan dalam program MBG yang perlu diperhatikan lebih lanjut.
  • IDI Jabar meminta dilibatkan dalam pengawasan program MBG untuk memastikan pengendalian mutu makanan yang lebih ketat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Jawa Barat mendorong pemerintah pusat melakukan evaluasi program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini menyusul banyaknya kasus keracunan terjadi setelah para penerima menyantap makanan tersebut.

Ketua IDI Jabar Moh. Luthfi mengatakan, pada prinsipnya IDI mendukung program MBG yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Alasannya karena memang pemenuhan gizi masyarakat, terutama di kalangan anak-anak, dapat memperbaiki kualitas sumber daya manusia. Namun, ada beberapa yang perlu dibenahi agar program ini tak malah menimbulkan masalah.

"Sebetulnya program MBG kami support dari IDI karena memang ada kebutuhan untuk masyarakat khususnya gizi pada anak. Karena ada beberapa masyarakat juga perlu dukungan gizi melalui program MBG ini," ujar Luthfi saat dihubungi, Rabu (1/10/2025).

1. Pola penyediaan makanan harus diperhatikan

ILustrasi Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) (IDN Times/Rangga Erfizal)
ILustrasi Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) (IDN Times/Rangga Erfizal)

Dengan rentetan kasus keracunan yang muncul belakangan ini, kata Luthfi, menunjukkan adanya persoalan serius dalam pelaksanaan di lapangan. Dia menilai, aspek penyajian dan distribusi makanan perlu mendapat perhatian lebih.

"Dengan adanya keracunan ini perlu dilakukan review khususnya dalam penyajian makanan agar tidak terjadi dampak keracunan itu. Menurut kami perlu quality control dari penyajian atau vendor yang memberikan makanan," tuturnya.

Dia menjelaskan terdapat sejumlah potensi penyebab keracunan dalam distribusi makanan MBG, mulai dari proses pengolahan, lamanya distribusi, hingga kebersihan peralatan yang digunakan anak saat makan.

"Kalau distribusi terlalu lama itu memudahkan kuman tumbuh. Pola penyiapan makanan apakah dalam bentuk hangat atau beku juga harus diperhatikan. Kemudian pola higienis, tempat makan anak yang makannya perlu diperhatikan. Jadi banyak faktor yang harus dilakukan review, sehingga keracunan ini tidak terjadi lagi," tuturnya.

2. Implementasi MBG perlu standar mutu

Ilustrasi menu MBG. (IDN Times/Istimewa)
Ilustrasi menu MBG. (IDN Times/Istimewa)

IDI Jabar pun meminta agar mereka dilibatkan untuk memastikan pengawasan lebih ketat dalam program MBG, terutama dalam hal pengendalian mutu makanan. "IDI mendukung kalau misalkan dilibatkan untuk quality control dalam program MBG ini," katanya.

Lebih jauh, ia menilai program MBG secara konsep sudah baik, namun implementasinya perlu penguatan pada standar mutu agar seragam di seluruh daerah.

"Artinya quality control ini beragam, ada yang sudah baik ada yang belum. Makanya perlu ada perbaikan sehingga standarnya sama untuk menghindari dampak keracunan ini," tutur Luthfi.

3. Organisasi profesi harus dilibatkan

IMG_20250925_134054.jpg
Keracunan MBG di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Selain itu, Luthfi menyoroti belum adanya pelibatan organisasi profesi seperti ahli gizi dalam program MBG. Menurutnya, keterlibatan tenaga ahli akan sangat membantu proses evaluasi dan pengawasan.

"Sampai saat ini organisasi profesi belum dilibatkan dalam program MBG. Kalau dilibatkan akan lebih maksimal proses pengawasannya, evaluasi itu akan lebih baik," kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

Rekomendasi Mobil untuk Menunjang Bisnis yang Lebih Efisien

01 Okt 2025, 15:27 WIBNews