6 Alasan Kenapa Majalengka Dijuluki Kota Angin

Majalengka, IDN Times - Tanggal 7 Juni warga Majalengka akan merayakan hari kelahiranya. Meskipun belum ada bukti tertulis kalau tanggal tersebut merupakan berdirinya kabupaten Majalengka, namun julukan kota angin sudah sangat melekat.
Akan tetapi, banyak pertanyaan dari masyarakat bahkan yang belum tahu yang mempertanyakan julukan Kabupaten Majalengka sebagai Kota Angin. Mungkin, Majalengka disebut Kota Angin.karena meskipun tak musim hujan, tak musim kemarau, hembusan angin di Majalengka selalu kencang dan memiliki khas tersendiri.
Sebenarnya, kenapa sih Majalengka dijuluki kota angin? Berikut ini IDN Times sajikan beberapa alasan yang mudah-mudahan mendekati jawaban yang diinginkan atau paling tidak bisa menambah pengetahuan untuk kamu.
1. Adanya kantor BMKG

Alasan pertama, Majalengka disebut kota angin tentu saja karena pengaruh letak geografisnya yang berada di kaki Gunung Ciremai, sehingga hembusan anginnya begitu kencang. Hal tersebut menjadikan Majalengka sebagai, satu-satunya daerah di wilayah III Cirebon (Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kuningan, dan Indramayu) yang memiliki kantor Badan Meterologi Klimotologi dan Geofisika (BMKG) tepatnya di Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka.
Keberadaannya tiada lain untuk memantau suhu dan cuaca di wilayah Ciayumajakuning terutama masalah peranginan. Tapi klaim Majalengka sebagai kota angin pun masih perlu dibuktikan secara ilmiah. Agar hal ini tidak menimbulkan perdebatan di kemudian hari.
2. Digunakan istilah Kota Angin sejak 1980

Menurut penuturan Mang Naro, pegiat Grup Madjalengka Baheula (Grumala) sebutan “Kota Angin” bagi Majalengka mungkin sekitar tahun 1980-an sebab belum pernah menemukan berita arsip tertulis Belanda yang menyebutkan atau menerangkan soal cuaca di Majalengka.
Angin kencang dan kering yang hampir terjadi setiap hari di Majalengka oleh para pendatang atau perantau pasti membuat kaget, aneh ada angin begitu besar, nah mungkin yang menyebut Majalengka “Kota Angin” itu para pendatang atau tamu.
Naro mengungkapkan sebelum tahun 1980 belum banyak yang nulis tentang angin Majalengka. Warga Majalengka malah menyebut ‘Angin berjenis Kelamin Laki-laki” yang suka merusak bibir.
Naro memaparkan dalam pelajaran sejarah atau geografi di sekolah sering disebut Bogor Kota Hujan, Bandung Kota Kembang, Surabaya Kota Pahlawan, Garut Kota Dodol. Nah saat itu Majalengka belum banyak ditulis kota apa ? Malah lebih dikenal sebagai Kota Kecap atau Kota Kuli Bangunan. "Baru saat 1980an dan 1990an ramai disebut sebagai Kota Angin oleh para pendatang dan ramai ditulis oleh media massa.
3. Tiupan angin terbesar pada Agustus

Kecepatan angin di Kabupaten Majalengka akan semakin terasa ketika memasuki musim kemarau mulai dari Juni, namun periode Juli sampai Oktober, Kondisi itu sedikit banyak juga terjadi di Kabupaten Cirebon.
Prakirawan BMKG Jatiwangi, Ahmad Faa Iziyn menyebut, Majalengka dan Cirebon, di musim kemarau kecepatan angin bisa mencapai 30 knot atau 56 km per jam. Untuk kecepatan normal sendiri di kisaran 15 knot.
Kecepatan angin yang terjadi di Kabupaten Majalengka, tidak terlepas dari keberadaan Gunung Ciremai yang terletak di sebelah selatan Kabupaten Majalengka. Sempat terhalang oleh puncak Ciremai, angin kemudian berembus kencang saat melewati puncak gunung tertinggi di Jawa Barat itu.
Selain itu, Faktor angin dari timuran (Australia), ketika menuju ke Majalengka, lewat Ciremai. Di kalangan masyarakat, angin ini disebut juga angin kumbang. Bulan Agustus merupakan saat-saat ketika kecepatan angin di Kabupaten Majalengka berada di angka maksimal. Dari data yang ada, dalam 10 tahun terakhir, tahun ini merupakan tahun dengan kecepatan angin yang paling tinggi. Kecepatan angin maksimal biasanya terjadi pada bulan Agustus.
Angin kencang yang ada di Kabupaten Majalengka dikarenakan adanya perbedaan tekanan udara yg cukup signifikan antara di wilayah utara Indonesia dengan wilayah selatan Indonesia dan didukung oleh faktor lokal adanya gunung Ciremai, sehingga terjadi peningkatan kecepatan angin dibandingkan hari-hari sebelumnya, hal ini terjadi hampir merata di wilayah Ciayumajakuning.
4. Angin Majalengka disebut angin Ngagelebug

Orang Majalengka sendiri suka mengistilahkan angin di Majalengka dengan angin ngagelebug (hembusan kencang), karena saking kuatnya dan tidak mengenal musim. Kalau yang belum percaya, silahkan datang ke Majalengka, rasakan anginnya.
Kalau sepakat dengan julukan kota angin, lantas angin apa namanya? apakah tidak tertukar dengan angin mamiri di Sulawesi Selatan, atau angin Bohorok di Deli Serdang, atau angin puting beliung untuk menyebut angin yang berputar dengan cepat dan keras sehingga meluluhlantakkan bangunan yang dilaluinya.
Setidaknya masih butuh penyebutan nama untuk angin, agar terdengar lebih ilmiah dan empiris. Asal jangan angina surga, Seperti kata-katamu yang selalu dihembuskan ke telingaku.. hehehe..
5. Angin Majalengka lebih kencang dibandingkan daerah lain

Meskipun belum diketahui secara pasti sejarah di balik julukan itu. Namun, julukan itu muncul dari orang luar yang berkunjung ke Kabupaten Majalengka dan mendapatkan fakta merasakan embusan angin yang cukup kencang di Majalengka.
Kendati belum ditemukan secara pasti asal mula penyebutan julukan itu, dilihat dari sisi lain sebutan Kota Angin untuk Kabupaten Majalengka sedikit terjawab. Dari data yang ada di BMKG, kecepatan angin di Kabupaten Majalengka tergolong lebih cepat dibanding daerah sekitarnya. Letak geografis, dekat dengan puncak Gunung Ciremai lagi-lagi menjadi salah satu pemicu kondisi tersebut.
6. Uniknya tidak ada angin dalam lambang Majalengka

Naro menyebutkan dalam penyusunan sejarah Majalengka tahun 1982 yang dijadikan Perda tentang Hari Jadi Majalengka yang jatuh 7 Juni belum menyebut Majalengka sebagai “Kota Angin”. "Dalam buku penyusunan Sejarah Majalengka tahun 1982 tidak ada yang spesifik menyebut Majalengka anginnya kencang atau Kota Angin ada juga soal kecepatan angin 3-5 knot (1 knot = 1.852 m / jam).
Dalam lambang Pusaka Majalengka juga, lanjut Naro tidak ada yang melambangkan kencangnya angin, ada juga simbol air, padi, kapas, Gunung Ciremai dan lain-lain.
Jadi bisa ditarik kesimpulan menurut Naro bahwa penyebutan istilah Majalengka sebagai “Kota Angin” mulai 1980-1990an dan belum bisa dipastikan siapa yang pertama kali memberikan julukan “Kota Angin” tersebut.
Bagaimana, penasaran dengan angin di Majalengka? Yuk berkunjung ke Majalengka. Setelah itu siapa tahu kamu jatuh cinta, karena Cinta itu ibarat mata angin, kemanapun kamu berjalan pasti kamu akan menemukannya. Sebab, Cinta yang sesungguhnya ibarat angin hanya bisa dirasa tanpa bisa dilihat bentuknya.