Ternyata Masyarakat Indonesia Siap Bayar Mahal buat Produk Lestari!

Apakah pasar Indonesia siap dengan produk mahal tapi hijau?

Bandung, IDN Times – Katadata belum lama ini merilis survei yang cukup mengejutkan, di mana ternyata sebagian pasar Indonesia siap untuk merogoh kantong lebih dalam demi mendapatkan produk ramah lingkungan. Atau, setidaknya yang berperan mendukung kelestarian lingkungan.

Survei berjudul Katadata Consumer Survei on Sustainability yang dipublikasikan pada Selasa (23/08/21) ini merangkum pendapat 3.631 responden dari seluruh Indonesia. Hasilnya menarik, karena menunjukkan bahwa tingkat kesetujuan konsumen untuk membayar lebih tinggi/mahal mencapai skor 6,54 dari skala 10.

“Konsumen memang sensitif dengan harga, namun skor di atas 6 ini cukup menggembirakan,” kata Head of Katadata Insight Center, Adek Media Roza, dalam rilis yang diterima IDN Times, Selasa (24/8/2021).

1. Sebagian besar konsumen Indonesia ingin berkontribusi atas kelestarian bumi

Ternyata Masyarakat Indonesia Siap Bayar Mahal buat Produk Lestari!Ilustrasi Bumi (IDN Times/Mardya Shakti)

Adek mengatakan, sebanyak 62,9 persen responden survei mengaku pernah membeli produk berkelanjutan. Dari kelompok responden ini, 56,7 persen mengaku membeli makanan, diikuti produk rumah tangga sebesar 47,8 persen, dan pakaian sebesar 37,4 persen.

“Lalu apa alasan mereka membeli produk-produk tersebut? Ternyata 60,5 persen konsumen ingin berkontribusi dalam melestarikan bumi, selanjutnya adalah suka/puas menggunakan produk ramah lingkungan yaitu sebesar 41,3 persen,” ujar Adek.

Namun, bukan tanpa alasan seseorang ogah membeli produk ramah lingkungan. Sebanyak 50,8 persen responden beralasan tidak membeli produk-produk lestari lantaran tidak tersedia di sekitar lingkungan mereka.

Tak hanya itu, ada pula yang beralasan lantaran kurangnya mendapat informasi tentang produk berkelanjutan yaitu sebesar 44,0 persen.

Nah, ini adalah peluang bagi pelaku industri. Produsen hendaknya memastikan ketersediaan produk, karena pasarnya ada,” tutur dia.

2. Perlu edukasi lebih banyak untuk produk lestari

Ternyata Masyarakat Indonesia Siap Bayar Mahal buat Produk Lestari!IDN Times/Tunggul Kumoro

Selain memastikan bahwa ketersediaan barang ramah lingkungan bisa terpasarkan ke berbagai daerah, Adek juga mengatakan jika memang produsen perlu mengedukasi masyarakat akan pentingnya produk tersebut.

Menurut survei ini, responden yang tidak memahami makna “produk berkelanjutan” biasanya tidak tahu apakah barang yang mereka beli adalah produk berkelanjutan atau bukan. Pasar tersebutlah yang mestinya mendapatkan edukasi.

Survei ini dilakukan secara online pada responden berusia berusia 17-60 tahun, pada 30 Juli-1 Agustus 2021 yang mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia.

3. Produk lestari harus menguntungkan konsumen, dan dibanderol dengan harga yang pas

Ternyata Masyarakat Indonesia Siap Bayar Mahal buat Produk Lestari!instagram.com/kerajinan_bambu_bayuwangi

Tak hanya itu, Adek juga menjelaskan jika skor tinggi ditunjukkan oleh responden pada pernyataan “membeli produk berkelanjutan karena dianggap menguntungkan” sebesar 7,91, dan “bersedia membeli produk yang dibuat oleh merek/perusahaan yang diyakini memiliki gerakan cinta lingkungan & Kesehatan” sebesar 7,61.

Meski demikian, bukan berarti harga sebuah produk tak penting bagi pasar Indonesia. Pasalnya, menurut survei yang sama, sebanyak 66 persen responden menyatakan memilih produk karena harganya.

Di sisi lain, sebanyak 82,7 persen menyatakan kebutuhan/kegunaan barang merupakan yang utama. Selanjutnya, faktor yang menjadi pertimbangan adalah kualitas/rasa/bahan, yakni sebesar 53,4 persen, dan ulasan pelanggan sebesar 28,1 persen.

4. Di mana menjual produk lestari? Online atau offline?

Ternyata Masyarakat Indonesia Siap Bayar Mahal buat Produk Lestari!Ilustrasi belanja (IDN Times/Arief Rahmat)

Di zaman serba-online ini, survei juga mengungkapkan bahwa sebesar 74,5 persen pasar pernah berbelanja secara online. Namun, mereka memastikan bahwa aktivitas belanja offline juga tetap dilakukan.

Di sisi lain, karena berbagai pembatasan aktivitas sosial, responden yang mengaku berbelanja dengan mengunjungi toko/pasar/mall/supermarket dalam tiga bulan terakhir hanya mencapai 24,5 persen saja.

Baca Juga: Keren, Mahasiswa UGM Berhasil Olah Limbah Pelepah Pisang Jadi Hidrogel Ramah Lingkungan

Baca Juga: Hampers Ramah Lingkungan, Inovasi Mahasiswa UMSU di Tengah Pandemik

Baca Juga: 10 Potret Stuja Coffe, Kafe Ramah Lingkungan Milik Ayudia dan Ditto 

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya