Recover Ekonomi Jabar Diklaim Membaik, Nilai Ekspor Mencapai +7,9
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Pemprov Jabar mengklaim bahwa mereka menjadi provinsi dengan nilai ekspor tertinggi di tengah pandemik COVID-19. Hal ini berdampak baik bagi sejumlah pelaku usaha di Jabar.
Sekda Jabar Setiawan Wangsaatmaja mengatakan, nilai ekspor di Jabar saat ini berada di angka +7,9 poin. Jika dibandingkan dengan Provinsi Jateng dan Jatim, Jabar merupakan yang paling tinggi.
"Kita melihat bahwa angka ekspor di Jabar tertinggi di Indonesia. Jadi Alhamdulillah Jabar untuk angka ekspornya di angka +7,9," ujar Setiawan melalui keterangannya di Gedung Sate Bandung, Kamis (25/3/2021).
1. Jabar dinilai baik dalam recovery ekonomi
Selain soal angka ekspor, indeks recovery mobillity Jabar juga meningkat dari angka 48 persen menjadi 58 persen. Dengan demikian, Jabar merupakan provinsi yang baik dalam melakukan recovery ekonomi di tengah pandemik COVID-19.
"Ini bisa diartikan bahwa Jabar masih baik dalam mengelola perekonomian di tengah kondisi pandemik saat ini," katanya.
2. Sudah tidak ada zona merah di wilayah Jabar
Selain pemulihan ekonomi, Setiawan menyatakan bahwa rasio kontak tracing Jabar ada di angka 1 banding 5. Hal ini beriringan dengan kepatuhan protokol kesehatan masyarakat yang saat ini sudah mencapai 80 persen.
"Zona merah sudah tidak ada. Jadi 27 kabupaten atau kota di Jabar tidak memiliki risiko tinggi COVID-19," ucapnya.
3. Real time PCR test di Jabar berada di bawah batas WHO
Selain itu, angka real time PCR test COVID-19 di Jabar ada di bawah angka WHO. Setiawan menuturkan, angka dari WHO yakni 1 persen. Artinya, Jabar sudah lebih baik dalam menangani masalah COVID-19.
"Tingkat keterisian ruangan isolasi di rumah sakit berada di angka 54,31 persen atau berada di ambang batas WHO di angka 60 persen," katanya.
4. Vaksinasi lansia di Jabar masih berjalan
Ia menambahkan, untuk vaksinasi tenaga kesehatan yang menerima dosis kedua di Jabar berada di angka 85 persen. Menurutnya, sampai saat ini proses vaksin pada lansia masih tetap terus berjalan.
"Untuk lansia masih rendah angka vaksinasinya juga untuk tenaga pelayan publik dosis pertama ada di angka 28 persen," katanya.