Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ribuan E-Waste Terkumpul, Emisi Karbon Tercatat Berkurang

ilustraasi sampah elektronik (freepik.com/Freepik)
ilustraasi sampah elektronik (freepik.com/Freepik)
Intinya sih...
  • E-waste di Indonesia kian mengkhawatirkan
    • Peningkatan e-waste menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat
    • Kampanye erafone Jaga Bumi melibatkan konsumen dalam penanganan e-waste
    • Langkah ini menerapkan prinsip Extended Producer Responsibility (EPR)
    • Capaian awal kampanye Jaga Bumi
      • Kampanye berhasil mengumpulkan 2.255 unit e-waste
      • Capaian setara dengan pengurangan lahan TPA/landfill seluas 10 meter persegi
      • Implementasi ESG diwujudkan lewat program yang
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times – Indonesia menghadapi ancaman serius dari timbunan sampah elektronik (e-waste). Menurut laporan Global E-Waste Monitor 2024, pertumbuhan e-waste berlangsung lima kali lebih cepat dibanding kapasitas daur ulang global.

Di dalam negeri, jumlahnya diperkirakan melonjak dari 2,1 juta ton pada 2023 menjadi 4,4 juta ton pada 2030.

Di tengah situasi itu, berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi dampak lingkungan. Salah satunya melalui kampanye erafone Jaga Bumi, sebuah inisiatif dari Erajaya Group, salah satu retailer elektronik terbesar di Indonesia. Tahun ini, program tersebut berhasil mengumpulkan ribuan unit e-waste, yang secara nyata berkontribusi pada penurunan emisi karbon.

Hasil yang dicapai pun cukup signifikan. Pengurangan emisi karbon tercatat mencapai 161.700 kilogram CO₂, setara dengan penghematan energi lebih dari 300 ribu kWh. Angka ini menunjukkan bahwa langkah kecil dari konsumen, jika difasilitasi dengan baik, bisa menciptakan dampak besar bagi lingkungan.

 

1. E-waste di Indonesia kian mengkhawatirkan

Ribuan E-Waste Terkumpul, Emisi Karbon Tercatat Berkurang (IDN Times/istimewa)
Ribuan E-Waste Terkumpul, Emisi Karbon Tercatat Berkurang (IDN Times/istimewa)

Laporan internasional menegaskan, masalah e-waste kini menjadi ancaman serius bagi negara berkembang, termasuk Indonesia. Peningkatan penggunaan perangkat elektronik berbanding lurus dengan volume sampah yang ditinggalkan setelah masa pakainya habis.

Jika tidak dikelola dengan baik, e-waste berpotensi menimbulkan pencemaran tanah, air, hingga berdampak pada kesehatan masyarakat. Lonjakan timbunan dari 2,1 juta ton pada 2023 ke 4,4 juta ton pada 2030 menggambarkan urgensi penanganan yang lebih sistematis.

Situasi ini menjadi latar belakang lahirnya kampanye erafone Jaga Bumi. Menurut Jimmy Perangin Angin, Group Chief of HC, GA, Litigation & CSR Erajaya Group, lewat pendekatan yang sederhana, yaitu menyiapkan dropbox di toko-toko erafone, masyarakat diajak ikut ambil bagian.

“Konsumen bisa membawa perangkat elektronik yang sudah tidak terpakai untuk kemudian dikelola secara bertanggung jawab,” tutur Jimmy, dalam siaran pers yang diterima pada Kamis (18/9/2025).

Langkah ini menjadi contoh penerapan prinsip Extended Producer Responsibility (EPR), di mana produsen tidak hanya menjual produk, tetapi juga bertanggung jawab terhadap siklus hidupnya hingga akhir.

2. Capaian awal kampanye Jaga Bumi

ilustrasi sampah elektronik dibuang di tempat pembuangan sampah (freepik.com/Freepik)
ilustrasi sampah elektronik dibuang di tempat pembuangan sampah (freepik.com/Freepik)

Pada peluncuran perdananya tahun ini, kampanye erafone Jaga Bumi berhasil mengumpulkan 2.255 unit e-waste. Menurut Jimmy Perangin Angin, Group Chief of HC, GA, Litigation & CSR Erajaya Group, capaian ini setara dengan pengurangan lahan TPA/landfill seluas 10 meter persegi.

“Langkah kecil konsumen, bila difasilitasi dengan benar, bisa memberi dampak lingkungan signifikan dan terukur,” ujar Jimmy dalam konferensi pers Harmoni Bumi Bebas E-Waste di Denpasar, Bali, Kamis (18/9).

Bagi Erajaya, keberlanjutan bukan sekadar jargon. Perusahaan menegaskan bahwa prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) sudah menjadi bagian dari budaya bisnis.

Implementasi ESG diwujudkan lewat program yang menyentuh langsung masyarakat, termasuk pengelolaan e-waste.

Program ini juga membuka jalan bagi pembentukan ekosistem daur ulang yang lebih inklusif dan terstruktur. Kesadaran konsumen menjadi kunci, dan fasilitasi dropbox di toko-toko erafone menjadi sarana praktis untuk mengubah perilaku sehari-hari.

3. Perluasan program dan kolaborasi ke depan

Ribuan E-Waste Terkumpul, Emisi Karbon Tercatat Berkurang (IDN Times/istimewa)
Ribuan E-Waste Terkumpul, Emisi Karbon Tercatat Berkurang (IDN Times/istimewa)

Keberhasilan tahun pertama kampanye ini membuat erafone berencana memperluas cakupan program. Menurut Head of Corporate and Marketing Communication Erajaya Group, Stephen Warouw, respons positif masyarakat menjadi dorongan untuk melanjutkan inisiatif ini di tahun mendatang.

“Kampanye ini akan terus kami jalankan, bukan hanya di Jakarta dan Bali, tetapi juga di kota-kota lain di Indonesia,” katanya. Hingga kini, pengumpulan e-waste telah setara dengan penghematan energi lebih dari 300 ribu kWh.

Stephen menambahkan, erafone terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak agar kampanye Jaga Bumi makin berdampak luas. Bagi perusahaan, menjaga lingkungan tidak bisa dilakukan sendirian, tetapi perlu dukungan multipihak.

Dengan model partisipasi sederhana, program ini bisa menjadi inspirasi bagi sektor lain untuk melakukan hal serupa. Jika lebih banyak pihak terlibat, target pengurangan e-waste nasional akan lebih mudah tercapai, sekaligus mendukung upaya Indonesia menuju ekonomi berkelanjutan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

Sidang Galian C Ilegal di Subang, Direktur PT Global Niaga Mandiri Jadi Saksi

18 Sep 2025, 19:44 WIBNews