Penghayat Kepercayaan di Bandung Masih Sulit Dirikan Tempat Berkumpul

- Kasus penolakan mendirikan tempat berkumpul masyarakat minoritas di Bandung bukan hal baru
- Momen berdoa bersama di akhir tahun dari lintas agama dan penghayat kepercayaan diharapkan menjadikan Kota Bandung semakin harmoni dan damai
- Kota Bandung merupakan kota heterogen dengan 145 orang penghayat kepercayaan yang terdata, namun sebenarnya jumlahnya lebih banyak
Bandung, IDN Times - Pemerintah Kota Bandung meminta doa kepada perwakilan dari setiap agama serta penghayat kepercayaan jelang pergantian tahun masehi. Doa-doa ini diharap bisa membuat Bandung semakin harmoni, damai, dan sejahtera.
Meski sudah mendapat pengakuan dari pemerintah secara resmi, penghayat kepercayaan di Kota Bandung masih mendapatkan perlakuan tidak baik dari segelintir masyarakat. Mereka kesulitan untuk melaksanakan kegiatan termasuk mendirikan tempat berkumpul yang disebut dengan Pasewakan.
Hal ini disampaikan Ketua Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Kota Bandung adalah Bonie Nugraha Permana usia berdoa bersama di Pendopa Kota Bandung, Senin (21/12/2025).
Menurutnya penolakan tersebut seharusnya tidak ada karena penghayat kepercayaan sama-sama masyarakat yang diakui oleh negara secara de facto.
"Mungkin biasa orang menyebutnya ada oknum atau apapun lah. Tapi intinya saya juga tidak mau menjenderalisir saudara-saudara saya yang lain yang berbeda agama, tapi memang masih ada beberapa segelintir orang yang masih memperlakukan kami tidak pada semestinya," kata dia.
Dia menyebutkan, untuk mendirikan tempat perkumpulan para penghayat kepercayaan sudah pasti meminta izin dari pemerintah setempat. Sayangnya walaupun izin secara kelembagaan sudah ada, tetap saja ada penolakan dari sejumlah orang.
1. Kasus seperti ini sulit dihilangkan

Dia menuturkan, penolakan untuk mendirikan rumah ibadah atau tempat berkumpul masyarakat minoritas di Kota Bandung sebenarnya bukan hal baru. Ada juga kasus masyarakat kristen yang juga mendapat penolakan ketika ingin beribadah.
Maka, momen berdoa bersama di akhir tahun ini dari lintas agama dan penghayat kepercayaan ini diharap bisa menjadikan Kota Bandung semakin harmoni dan damai.
"Mudah-mudahan tadi kalau saya lihat ada segelintir orang bisa tersadarkan bahwa betapa indahnya hidup bertoleransi, betapa indahnya hidup saling menghargai dengan perbedaan yang ada di kota Bandung," paparnya.
2. Bandung kota yang heterogen

Bonie menuturkan, Kota Bandung merupakan salah satu kota dengan masysarakat yang heterogen dengan berbagai perbedaan suku, ras, agama, termasuk keberadaan penghayat kepercayaan. Maka, sudah sepantasnya masyarakat bisa seling menghargai dan mengerti bahwa mereka tidak hidup dengan masyarakatnya saja d sini.
"Dengan perbedaan ini semoga semua bisa guyub, sama-sama saling mengerti dan mencipatakan Bandung yang harmoni," paparnya.
3. Ada ratusan penghayat di Kota Bandung

Menurutnya, dalam jumlah orang penghayat kepercayaan yang terdata di Disdukcapil Kota Bandung mencapai 145 orang. Meski demikian angka tersebut dipastikan lebih banyak karena sampai sekarang ada penghayat yang belum mengganti KTP mereka di bagian kolom agama dengan kolom kepercayaan.
Mereka mayoritas masih ikut serta dalam agama lain dalam KTP-nya walaupun secara ibadah mereka sudah mengikuti tata cara penghayat kepercayaan.


















