Warga Indonesia Terus Berikan Bantuan Perbaikan Fasilitas di Palestina

Bandung, IDN Times - Kawasan Gaza, Palestina, masih menjadi medan perang yang berlangsung lebih dari setahun ke belakang. Kondisi ini membuat masyarakat di sana kesulitan mengakses berbagai fasilitas termasuk ketersediaan air bersih.
Namun, bantuan untuk warga Gaza dari berbagai negara termasuk Indonesia terus masuk ke sana. Salah satunya adalah pembuatan sumur bor dan fasilitas penyediaan air bersih. Bantuan ini diberikan lembaga Amgala Foundation melalui Rumah Zakat.
Ketua Yayasan Amgala Indonesia Andintya Maris merupakan bentuk dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina serta untuk membantu meringankan krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza.
"Penyediaan air bersih sangat penting mengingat kondisi warga Gaza yang kesulitan mendapatkan akses air bersih akibat blokade dan konflik berkepanjangan," kata Andintya melalui siaran pers, Minggu (8/12/2024).
1. Air jadi harapan masyarakat untuk hidup

Dia menuturkan, sanitasi air bersih bukan hanya kebutuhan pokok saja tetapi juga harapan atas kehidupan yang lebih baik. Apalagi di negara konflik seperti Palestina, khususnya Gaza banyak warga kondisinya memprihatinkan, jauh dari kata sejahtera, dan membutuhkan uluran tangan banyak pihak.
Bantuan sanitasi air pun sejalan dengan pilar Amgala Fundation yaitu, misi untuk pendidikan anak, sanitasi air bersih, dan pembangunan infrastruktur wakaf.
2. Kolaborasi harus terus dilakukan bantu warga Gaza

Sudah lebih dari 400 hari Gaza dalam krisis kemanusiaan, hingga saat ini 43.972 orang meninggal dunia, 104.008 mengalami luka-luka dan membutuhkan perawatan dan 1,9 orang mengungsi dengan kondisi kekurangan makanan dan keterbatasan air.
“Kolaborasinya ini penting untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina, semoga menjadi amal jariyah dan kebaikan untuk kita semua” ujar Murni Alit Baginda selau Chief Program Officer Rumah Zakat
Ke depannya, Amgala Foundation dan Rumah Zakat akan terus berkolaborasi dalam berbagai program kemanusiaan lainnya.
3. Gaza terancam krisis pangan

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menghentikan pengiriman bantuan melalui jalur kargo utama ke Jalur Gaza pada Minggu (1/12/2024). Keputusan diambil menyusul ancaman geng bersenjata yang menjarah konvoi truk bantuan beberapa waktu lalu. Mereka menyalahkan Israel atas kegagalan hukum dan ketertiban.
Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, mengatakan rute menuju penyeberangan utama Kerem Shalom terlalu berbahaya di sisi Gaza. Dia merujuk pada insiden 16 November lalu, ketika hampir 100 truk bantuan dijarah oleh geng bersenjata.
"Kemarin kami mendapat jaminan bahwa bantuan akan baik-baik saja. Kami mencoba memindahkan lima truk dan semuanya diambil. Jadi kita telah mencapai titik di mana tidak masuk akal untuk terus mencoba memindahkan bantuan jika bantuan itu akan dijarah," ungkap direktur urusan UNRWA di Gaza, Scott Anderson, dikutip dari Associated Press.
Keputusan UNRWA dapat memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, saat musim dingin yang disertai hujan mulai datang. Ratusan ribu warga Palestina berada di tenda-tenda kumuh dan bergantung pada bantuan internasional. Para ahli telah memperingatkan ancaman kelaparan di wilayah utara, dimana Israel mengisolasi hampir seluruh wilayah itu.
Kerem Shalom adalah satu-satunya penyeberangan antara Israel dan Gaza yang dirancang untuk pengiriman kargo dan telah menjadi jalur utama bantuan sejak penyeberangan Rafah ditutup pada Mei. Pada bulan lalu, hampir dua per tiga bantuan yang masuk ke wilayah kantung Palestina itu datang melalui penyebrangan tersebut.
"Pengiriman bantuan kemanusiaan tidak boleh berbahaya atau menjadi cobaan berat. Mereka (Israel) harus memastikan bantuan mengalir ke Gaza dengan aman dan harus menahan diri dari serangan terhadap pekerja kemanusiaan," kata Lazzarini, dilansir dari BBC.