Warga Cileunyi Wetan Berdikari Lewat Koperasi Desa Merah Putih

- Modal Rp2 miliar penghasilan perbulan capai Rp450 juta
- Sempat ketipu distributor
- Tolak tawaran utang dari BI dan juga bank Himbara
Bandung, IDN Times - Bangunan rumah toko (Ruko) berukuran kecil berjejer di sepanjang Jalan Raya Tanajakansari, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Dari semua ruko tersebut salah satu diantaranya terdapat sebuah minimarket yang ramai didatangi masyarakat Desa Cileunyi Wetan.
Plang minimarket ini bertuliskan Gerai Sembako, dengan sekilas memang tidak jauh berbeda dengan beberapa minimarket lainnya. Di depan toko terdapat sekitar puluhan lebih dus karton merek Minyakita, juga beberapa gas melon.
Masuk ke dalam minimarket langsung disambut kasir dan juga tumpukan beras dari Badan Urusan Logistik (BULOG), bermerek Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Meski secara umum sama dengan minimarket lainnya, ada sedikit yang membedakan, yaitu harga bahan pokok jauh lebih murah.
Hal itu dikarenakan Gerai Sembako ini merupakan salah satu produk dari Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) Cileunyi Wetan. Masyarakat khususnya warga di desa tersebut dapat membeli beras SPHP dan juga Minyakita hingga beberapa bahan pokok lainnya lebih murah.
"Untuk beras SPHP kami menjual untuk umum itu sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi) di harga Rp62.500 sementara khusus untuk member KDMP Cileunyi Wetan (Anggota) ditebus (jual) Rp50.000. Warga yang datang ini memang banyak anggota kita," ujar Ketua KDMP Cileunyi Wetan, Dedi Nurendi saat ditemui, Jumat (17/10/2025).
1. Modal Rp2 miliar penghasilan perbulan capai Rp450 juta

Sejumlah produk lain yang masuk dalam Gerai Sembako ini mayoritas dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pangan, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero). Tidak heran ada beberapa merek beras premium yang turut dijual dengan harga yang murah khusus untuk anggota.
Namun, minimarket ini merupakan salah satu dari beberapa produk usaha lainnya dari KDMP Cileunyi Wetan, beberapa diantaranya ada pupuk untuk pertanian, apotek, dan juga kerja sama dengan koperasi lainnya. Bermodal dari pinjaman Koperasi Citra Mandiri Jabar sebesar Rp2 miliar. KDMP Cileunyi Wetan kini sudah meraup omzet hingga Rp450 juta per bulannya. Penghasilan ini didapatkan dari beberapa unit usaha yang saat ini sedang dijalankan itu tadi.
"Penghasilan Rp450 juta per bulan ini, kami memang tidak hanya mengandalkan satu unit usaha dari Gerai Sembako saja. Kami kerja sama dengan Koperasi Perkebunan Teh Cibuni, Koperasi Gunung Tilu. Terus koperasi RSUD Majalaya," kata Dedi.
Melalui koperasi itu lah, DKMP Cileunyi Wetan memasok beberapa kebutuhan pangan dan pupuk serta lainnya. Dari jumlah anggota yang hanya puluhan orang, KDMP Cileunyi Wetan saat ini memiliki keanggotaan mencapai 285 orang. Hasil ratusan juta ini juga nantinya diberikan kembali kepada masyarakat selama satu tahun sekali melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT) Sisa Hasil Usaha (SHU). Karena KDMP Cileunyi Wetan baru terbentuk Mei 2025, maka belum dipastikan keuntungan setiap anggota.
"Meski nantinya akan ada RAT untuk SHU, tetap disesuaikan besaran keuntungannya. Karena kedaulatan tertinggi ada di anggota di sesuaikan dengan seringnya berbelanja, menyimpan dan menabung. Tetapi kalau anggota nya malas tidak dapat SHU," jelasnya.
2. Sempat ditipu distributor

Tidak ada gading yang tak retak, pejalan KDMP Cileunyi Wetan tidak selalu berjalan mulus, dinamika dan cobaan tetap ada. Seperti beberapa bulan lalu, dimana koperasi memesan minyak goreng, namun tidak kunjung datang. Pembelian ini mulanya dilakukan agar koperasi menjadi distributor pertama, yang nantinya bisa diberikan ke beberapa koperasi lainnya termasuk yang sudah bekerja sama.
Hanya saja, dalam perjalanannya mengalami kendala, pihak swasta yang menawarkan ini menghilang, tidak ada kabar. Sementara, uang sudah terkirim.
"Ada pihak swasta menawarkan siap mengirim Minyakita. Tapi harus transfer duluan. Kita transfer senilai itu besar lah. Pertama kirimnya bagus. Nah, pas janji kedua kalinya itu enggak ngirim sampai saat ini tidak bisa dihubungi," Jelas Nurdin.
Meski begitu, Nurdin berterus terang penghasilan dari ritel ini hanya menyumbang tiga hingga dia persen saja. Sementara, sisanya masih banyak dari unit usaha lainnya.
3. Tolak tawaran utang dari BI dan juga bank Himbara

Dengan pemasukan yang tergolong cukup besar, KDMP Cileunyi Wetan turut mendapatkan banyak tawaran pinjaman dana, baik dari Bank Indonesia termasuk dari beberapa bank Himpunan Milik Negara (Himbara). Angka yang ditawarkan pun beragam.
Seperti salah satu di antaranya ada bank Himbara yang siap memberikan dana pinjaman hingga miliaran rupiah. Namun, Nurdin menyatakan enggan mengambil pinjaman tersebut dan fokus untuk mengembangkan koperasi dengan penghasilan yang ada.
"Kami memutuskan untuk tetap berdiri diatas kaki sendiri (Berdikari), belum mau mengambil tawaran pinjaman tersebut. Karena pastikan berbunga, dan keputusan ini juga berdasarkan rapat bersama anggota termasuk kepala desa," jelasnya.
4. Anggota dapat untuk banyak

Terlepas dari semua dinamika yang ada, kehadiran KDMP Cileunyi Wetan sangat terasa dampaknya terhadap para anggota. Seperti Alin (30 tahun) yang merasa lebih berhemat dalam belanja kebutuhan pokok di Gerai Sembako milik KDMP Cileunyi Wetan.
Selain sebagai ibu rumah tangga, Alin sendiri memiliki usaha kecil-kecilan berjalan kue kering dan lainnya yang mana membutuhkan gas dan juga minyak goreng dengan jumlah besar. Harga kebutuhannya itu lebih murah di Gerai Sembako.
"Sangat membantu saya, bisa membeli barang sangat cukup murah dan beberapa bulan menjadi anggota koperasi sangat membantu untuk saya yang berdagang dan usaha kecil-kecilan minyak murah, beras murah," jelasnya.
Dengan harga kebutuhan berjualan kue yang murah, Alin mengaku turut mendapatkan untuk yang lumayan besar. Sementara, harga beras untuk keluarga pun direbut murah.
"Harapan saya berharap barang lebih banyak murah dan semoga banyak barang lain yang lebih murah. Sangat membantu khususnya buat ibu rumah tangga," jelasnya.
“Artikel ini merupakan hasil kolaborasi antara Komdigi dan IDN Times”