Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Beras Naik Lagi, Inflasi Cirebon Kian Menekan Keluarga Kecil

Ilustrasi inflasi (Foto: IDN Times)
Ilustrasi inflasi (Foto: IDN Times)
Intinya sih...
  • Kenaikan inflasi di Cirebon mencapai 2,87% pada November 2025
  • Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi pendorong utama kenaikan IHK
  • Transportasi stabil, rekreasi mengalami penurunan harga, inflasi bulanan dan kumulatif terkendali
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Cirebon, IDN Times - Kota Cirebon mencatat inflasi year on year (y-on-y) sebesar 2,87% pada November 2025, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) di posisi 107,81. Angka tersebut memperlihatkan pergerakan harga yang tetap terkendali, meski beberapa kelompok pengeluaran mengalami kenaikan signifikan.

Plt Kepala BPS Kota Cirebon, Ujang Mauludin, menilai kondisi ini sebagai refleksi tekanan biaya hidup yang masih terasa terutama dari sektor kebutuhan primer.

Menurutnya, dinamika harga di Cirebon masih dipengaruhi pola musiman, penyesuaian distribusi komoditas pangan, serta perubahan perilaku konsumsi rumah tangga menjelang akhir tahun.

"Inflasi kali ini tidak hanya dipicu bahan pangan, karena beberapa kelompok lain ikut menyumbang kenaikan meskipun skalanya lebih moderat," kata Ujang, Selasa (2/12/2025).

1. Pangan jadi pendorong utama kenaikan IHK

Ilustrasi Inflasi (Foto: IDN Times)
Ilustrasi Inflasi (Foto: IDN Times)

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau membukukan lonjakan tertinggi dengan kontribusi 5,08%. Kenaikan ini bersumber dari komoditas yang umum menjadi konsumsi harian masyarakat seperti beras, cabai merah, dan telur ayam ras.

Ujang menuturkan pergerakan harga pangan dipicu permintaan tinggi dan cuaca yang kurang mendukung distribusi panen.

Di sisi lain, kelompok kesehatan ikut mengalami kenaikan menonjol dengan inflasi 6,02%. Ujang menilai peningkatan ini berkaitan dengan tarif layanan medis yang menyesuaikan biaya operasional fasilitas kesehatan serta kenaikan harga obat tertentu.

Ia menekankan masyarakat perlu memberikan perhatian lebih terhadap pengeluaran kesehatan karena proporsinya terus meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Sektor pendidikan juga mengalami inflasi 4,84% seiring penyesuaian biaya penunjang sekolah, sedangkan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran tumbuh 3,27%.

"Tren konsumsi di luar rumah tetap tinggi sehingga harga menu restoran bergerak naik seiring permintaan," ujarnya.

2. Kelompok transportasi stabil, rekreasi turun

ilustrasi inflasi (vecteezy.com/Khunkorn Laowisit)
ilustrasi inflasi (vecteezy.com/Khunkorn Laowisit)

Di tengah tekanan harga pada sektor-sektor utama, beberapa kelompok justru mengalami pergerakan terbatas. Kelompok transportasi tercatat naik 0,98%, dipengaruhi tarif angkutan harian dan penyesuaian harga komponen kendaraan.

Kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan tetap stabil di 0,00%, menandakan tidak ada perubahan tarif signifikan.

Menariknya, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya justru mengalami penurunan harga sebesar -1,24%. Ujang menyebut penurunan ini tidak terlepas dari strategi pelaku usaha yang cenderung menekan tarif untuk menjaga jumlah pengunjung.

Penyesuaian harga pada sektor hiburan menjadi fenomena penting karena memperlihatkan bagaimana pelaku industri berupaya mempertahankan daya beli konsumen di tengah tekanan ekonomi.

Sementara itu, kelompok pakaian dan alas kaki naik 1,55%, kelompok perlengkapan dan peralatan rumah tangga meningkat 1,30%, dan kelompok perawatan pribadi serta jasa lainnya tumbuh 3,25%.

3. Inflasi bulanan dan kumulatif terkendali

Ilustrasi Inflasi (unsplash/rc.xyz nft gallery)
Ilustrasi Inflasi (unsplash/rc.xyz nft gallery)

Ujang mengatakan, secara month to month (m-to-m), Kota Cirebon mencatat inflasi 0,16% pada November 2025. Kenaikan bulanan ini relatif moderat dan masih sesuai pola pergerakan harga menuju akhir tahun.

Ia menegaskan kondisi tersebut menunjukkan inflasi tetap dalam batas aman meski tekanan harga pangan masih dominan.

"Inflasi kumulatif atau year to date (y-to-d) berada pada level 2,43%. Capaian ini masih menggambarkan pengendalian harga yang efektif, meskipun sejumlah komoditas strategis perlu terus dipantau agar lonjakan tidak terjadi pada Desember," ujar Ujang.

Menurutnya, tantangan ke depan terletak pada penguatan distribusi pangan dan stabilitas pasokan agar harga-harga penting bisa terjaga. Ia menambahkan koordinasi lintas sektor tetap diperlukan untuk meredam gejolak harga, terutama menjelang periode libur panjang yang biasanya memicu kenaikan permintaan.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

ESGKU Gandeng PHRI, Percepat Adopsi Standar Keberlanjutan di Industri Hotel Indonesia

02 Des 2025, 08:15 WIBNews