1,63 Juta Lulusan SMK Menganggur, Pemerintah Dorong ke Pasar Global

- 1,6 juta lulusan SMK menganggur di Indonesia
- Faktor penyebabnya antara lain peluang kerja yang sempit, kurangnya kapasitas skill, dan kondisi industri yang belum membaik
- Pemerintah mendorong transformasi SMK untuk mempersiapkan tenaga kerja dengan kurikulum yang sesuai kebutuhan pasar global
Bandung, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PMK) Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin membeberkan sejumlah faktor yang menyebabkan jutaan lulusan sekolah masih belum memiliki pekerjaan.
Salah satunya yaitu lulusan yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) karena, berdasarkan data, sebanyak 1,6 juta lulusan SMK masih belum memiliki pekerjaan alias menganggur.
"Kita masih masih punya agenda tanggung jawab 1,6 juta adik-adik, anak-anak lulusan SMK belum bekerja, mereka pada posisi menganggur," ungkap Cak Imin saat melaksanakan Kunjungan Kerja (Kunker) dalam rangka Workshop Untuk Program SMK Go Global di SMKN 1 Bandung, dikutip Rabu (3/12/2025).
1. Kemampuan lulusan SMK harus didorong lebih baik

Menurut Cak Imin ada tiga faktor yang menyebabkan jutaan lulusan SMK sulit memperoleh pekerjaan, mulai dari peluang kerja yang sempit, kapasitas skill yang kurang memadai hingga kondisi industri di tanah air.
"Yang pertama tentu saja peluang kerja, yang kedua yang paling memprihatinkan skill capacity-nya kurang. Nah, yang ketiga tentu industri kita memang belum membaik di tanah air kita," katanya.
Pemerintah, dikatakannya, masih terus melakukan peningkatan secara menyeluruh, karena tidak cukup bagi mereka bila hanya fokus terhadap salah satu sektor saja.
"Sebetulnya kalau industri meningkat otomatis akan banyak mengatasi masalah pengangguran, tapi industri meningkat pun (kalau) tenaga skill yang dibutuhkan tidak nyambung?," katanya.
2. Keterampilan bahasa juga penting

Cak Imin sendiri mengaku sudah sempat berjumpa dengan sejumlah pihak yang membutuhkan tenaga kerja diberbagai bidang. Dan ia berharap sekolah kejuruan bisa mempersiapkan tenaga kerja melalui kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan.
"Jepang, Korea, Timur Tengah, Eropa, dan beberapa negara lainnya saya sudah ketemu langsung dengan berbagai pihak yang yang membutuhkan itu,"katanya.
Menurut dia ada dua syarat yang dibutuhkan agar lulusan SMK dapat bekerja di luar negri, mulai dari skill dan keterampilan berbahasa dan ia berharap sekolah kejuruan dapat memperhatikan kedua aspek tersebut agar lulusan SMK dapat langsung tersalurkan ketika sudah lulus.
"Karena itu, mari kita sama-sama membenahi kurikulum kita, me-link and match kan vokasi yang dibutuhkan, tentu nanti sinergi dengan dunia industri dan stakeholders yang lain," kata dia.
3. Pemerintah dorong bekerja secara global

Sementara, Deputi bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Perlindungan Pekerja Migran Kemenko PM, Leontinus Alpha Edison, menegaskan transformasi SMK saat ini menjadi hal penting yang perlu didorong melalui kolaborasi lintas sektor, seiring tingginya angka lulusan sekolah kejuruan yang belum mendapatkan pekerjaan.
Untuk itu, roadshow ini merupakan langkah konkret Kemenko PM dalam menghadapi tantangan nasional, yakni 1,63 juta lulusan SMK yang belum mendapatkan pekerjaan.
"Sebagai penyelenggara negara, tugas kami bukan sekadar membuka akses pasar, tetapi memastikan supply dan demand bertemu pada standar kualitas yang sama. Kami berharap melalui transformasi SMK bisa mencetak 1 juta talenta global terampil," ujar Leon.
















