Tak Sekedar Legit, Ini Makna dan Sejarah Kue Keranjang Imlek

Bandung, IDN Times - Kue Keranjang menjadi makanan khas yang tidak pernah absen dalam perayaan tahun baru Imlek. Kue ini lebih dikenal dengan sebutan dodol China.
Dalam bahasa Mandarin, kue keranjang adalah Nian Gao atau Niangao yang artinya kue tahun. Kue keranjang yang terbuat dari tepung ketan dan gula ini memiliki makna membawa keberuntungan.
Dilansir dari berbagai sumber, kue keranjang biasanya dijadikan makanan penutup dalam acara tahun baru Imlek. Nian gao pengucapannya sama seperti gao yang berarti tinggi. Pengucapan niangao bisa diartikan sebagai 'tahun tinggi'.
Dalam kepercayaan Tionghoa, nian gao melambangkan pendapatan dan kedudukan yang lebih tinggi, anak-anak tumbuh dengan baik, dan dipercaya sepanjang tahun menjadi lebih baik.
Karena alasan itulah, memakan nian gao atau kue keranjang saat Imlek dianggap membawa keberuntungan. Seperti makna pengucapannya, kue keranjang dipercaya membuat kehidupan lebih tinggi atau mengarah kepada kebaikan.
1. Persembahan untuk Dewa Dapur

Mulanya, kue keranjang atau nian gao dibuat sebagai persembahan cerdik kepada Dewa Dapur, yang dipercaya selalu ada di setiap rumah, seperti melansir Chine Highlights. Lalu, menurut cerita rakyat setempat, Dewa Dapur sering membuat 'laporan tahunan' seputar rumah yang ditinggali kepada Kaisar Giok.
Untuk mencegah pemberian laporan buruk ini, orang-orang ini kemudian memberikan nian gao pada Dewa Dapur sebagai usaha tutup mulut atau kongkalikong. Oleh karenanya, kue keranjang ini banyak disajikan saat Imlek.
2. Ada pula cerita tentang kematian Wu Zixu

Selain Dewa Dapur, terdapat sejarah kue keranjang lain yang datang dari cerita kematian Wu Zixu, seorang jenderal dan politisi kerajaan Wu pada periode Musim Semi dan Gugur (771-476 SM).
Setelah Wu Zixu wafat, Raja Yue, Goujian, menyerang ibu kota Wu. Peristiwa ini menyebabkan warga Wu dan bala tentaranya terjebak dalam kota tanpa ada makanan yang tersisa di sana. Oleh karenanya, banyak orang mati kelaparan selama pengepungan.
Di masa sulit tersebut, segelintir orang teringat kata yang pernah diucapkan Wu Zixu. Ia pernah berkata, "jika negara dalam kesulitan dan orang-orang membutuhkan makanan, pergi dan gali tanah di bawah tembok kota sedalam tiga kaki dan dapatkan makanan."
Para prajurit ini kemudian melaksanakan pesan dari Wu Zixu. Mereka melihat fondasi tembok tersebut dibangun dengan batu bata khusus yang diketahui terbuat dari beras ketan.
Hasil temuan inilah yang akhirnya menyelamatkan orang-orang dari kelaparan. Setelah saat itu, orang-orang pun membuat kue keranjang setiap tahun untuk memperingati Wu Zixu. Seiring berjalannya waktu, kue ini kemudian identik sebagai kue khas Imlek.
3. Ini makna kue keranjang
Kue keranjang bulat tak berujung melambangkan terikat tanpa batas, sehingga bermakna keluarga yang merayakan Imlek selalu rukun dan bersama sepanjang tahun.
Membagikan kue keranjang saat Imlek melambangkan rezeki dan kemakmuran. Kue keranjang diharapkan membawa berkah dan kemakmuran untuk si pemberi maupun penerimanya, juga sebagai simbol saling menolong.
Sementara teksturnya yang lembut dan kenyal menggambarkan keuletan, kegigihan, dan daya juang tinggi. Tekstur ini bermakna persaudaraan semakin erat dan menyatu setahun ke depan.
Kue keranjang yang bertahan lama bermakna hubungan yang awet dan berkualitas. Rasa manisnya bermakna sukacita atau kegembiraan dalam hidup. Dan, susunannya yang bertingkat dan mengerucut memiliki makna rezeki dan kemakmuran semakin meningkat.
Terakhir, proses pembuatannya yang memakan waktu lama bermakna sabar, kegigihan, keuletan, daya juang, keteguhan hati dalam meraih sesuatu yang diinginkan. Dengan begitu, jangan heran jika kue keranjang pada saat Imlek kerap mendapatkan hasil maksimal dan terbaik.