Strategi PAMA Cetak Tenaga Ahli Lokal Lewat Beasiswa

- PAMA mengubah CSR menjadi investasi sosial jangka panjang dengan program "SAYA BISA!"
- Seleksi ketat, kurikulum relevan, dan peluang karier nyata di PEP Bandung untuk penerima beasiswa.
- Keberhasilan program "SAYA BISA!" didukung oleh transparansi dan komitmen jangka panjang dalam sistem rekrutmen.
Bandung, IDN Times – Berbeda dengan perusahaan lainnya dalam urusan corporate social responsibility (CSR), PT Pamapersada Nusantara (PAMA) ogah sekadar melakukan kegiatan tanggung jawab sosial. Mereka memilih menggelar Beasiswa PAMA “SAYA BISA!”, yang dijalankan sekaligus sebagai sebuah strategi pencetak talenta masa depan.
Bagi mereka, langkah tersebut merupakan investasi jangka panjang dalam menciptakan tenaga ahli tambang lokal yang loyal dan kompeten.
Keseriusan program ini tampak pada momen wisuda angkatan kedua di Politeknik Energi dan Pertambangan (PEP) Bandung, 13 Agustus 2025 lalu. Dari sana, terlihat bagaimana pendekatan CSR berbasis pendidikan bisa mengubah lansekap sumber daya manusia di wilayah operasional PAMA.
Program ini berhasil memadukan kepentingan bisnis dengan pemberdayaan masyarakat sekitar.
1. Dari CSR menjadi investasi sosial jangka panjang

Sejak awal, PAMA merancang program “SAYA BISA!” bukan hanya untuk memberi bantuan pendidikan, tetapi untuk menjaring bibit unggul dari daerah ring satu perusahaan. Para peserta diseleksi dari lulusan SMA/SMK, lalu dibina agar siap menjadi tenaga ahli sesuai kebutuhan industri pertambangan.
Suryadi, Head of CSR Program Development PAMA, menjelaskan bahwa filosofi program ini adalah pemberdayaan, bukan sekadar filantropi.
“Bagi PAMA, CSR bukan hanya tentang memberi, tetapi memberdayakan. Kami ingin mencetak tenaga ahli lokal yang mampu bersaing sekaligus membangun daerah asal mereka,” ungkapnya, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Kamis (23/10/2025).
Pernyataan itu diamini Abdul Nasir Maksum, Direktur HCGS, CCKM, LSP PT Pamapersada Nusantara. Baginya, program ‘SAYA BISA!’ adalah jembatan yang mereka bangun.
“Ini bukan CSR biasa, tapi strategi hulu dalam menciptakan talenta yang loyal, kompeten, dan punya ikatan emosional dengan daerah asalnya,” ujarnya.
2. Seleksi ketat, kurikulum relevan, dan peluang karier nyata

Bagi Hendra Maraden, Head of Recruitment & Selection PAMA, untuk memastikan kualitas, proses seleksi penerima beasiswa dilakukan menggunakan standar rekrutmen karyawan PAMA.
“Program ini bukan cuma soal biaya pendidikan, tapi juga pembentukan talenta yang kompeten dan siap kerja,” kata Hendra Maraden, Head of Recruitment & Selection PAMA.
Setelah diterima, para penerima beasiswa menjalani masa studi di PEP Bandung dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan industri. Hasilnya nyata. Difo, alumnus angkatan pertama, menuturkan pengalamannya.
“Program ini memberi saya peluang besar untuk berkarier di PAMA. Kami memang tetap melewati tahapan seleksi, tapi punya jalur fast track yang lebih terarah,” ujarnya.
Dari sisi pendidikan, pihak manajemen PEP Bandung menilai kemitraan ini sebagai contoh ideal link and match antara kampus dan industri.
3. Transparansi dan komitmen jangka panjang

Keberhasilan program “SAYA BISA!” tidak lepas dari sistem rekrutmen yang transparan. Abdul Nasir Maksum menegaskan bahwa seluruh proses seleksi dilakukan secara terbuka agar publik dapat mengakses informasi resmi dengan mudah.
“Semua informasi resmi dan jadwal seleksi kami publikasikan secara transparan,” ujarnya.
Lebih dari sekadar beasiswa, program “SAYA BISA!” dipadandang sebagai simbol sinergi antara pendidikan, pemberdayaan sosial, dan strategi bisnis berkelanjutan.