Sinyal Positif Industri TPT, Kebutuhan SDM Lebihi Ketersedian Lulusan

- Kebutuhan industri TPT melebihi jumlah lulusan
- Politeknik STTT Bandung memiliki platform TKAR untuk memudahkan pencarian kerja
- Lulusan dibekali keahlian mumpuni melalui kurikulum dual system dan uji kompetensi level 6
Bandung, IDN Times - Sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih menunjukkan peningkatan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) dio tengah gonjang-ganjing industri tersebut. Hal ini terlihat dalam agenda tahunan job fair bertajuk Texture Career Days yang diselenggarakan Politeknik STTT Bandung akhir pekan ini. Tahun ini kegiatan tersebut diikuti oleh 23 perusahaan tekstil dan garmen, meningkat dari 19 perusahaan pada tahun sebelumnya.
Direktur Politeknik STTT Bandung, R. Arief Dewanto mengatakan bahwa kebutuhan lulusan dari pihak industri jauh melampaui jumlah lulusan yang tersedia, memunculkan adanya gap kebutuhan.
"Alhamdulillah di tahun ini, itu ada 23 industri tekstil dan garmen perusahaan yang bergabung di sini. Tahun kemarin 19, jadi kan sudah ada peningkatan yang ingin bergabung terkait dengan kebutuhan-kebutuhan di mereka semua," ucap Arief ditemui disela-sela acara, Sabtu (18/10/2025).
Arief mengaku terkejut dengan tingginya permintaan dari beberapa perusahaan. Bahkan ada perusahaan yang secara langsung berhadap bisa mendapatkan 100 lulusan terbauk untuk mengisi tenaga di level manajemen.
1. Kebutuhan lebih tinggi dari jumlah lulusan

Dengan jumlah lulusan tahun ini yang kurang lebih 289 orang (283 Sarjana Terapan dan 6 Magister), sedangkan kebutuhan industri diprediksi mencapai sekitar 400 orang. Artinya masih ada kekosongan jumlah SDM yang seharusnya bisa dipenuhi.
“Kebutuhan permintaan itu jauh lebih tinggi. Gapnya ada berapa? Wah kurang lebih ada seratusan ada ya mungkin gitu ya. Jadi dari lulusan kami itu 300 orang setiap tahunnya. Kebutuhannya sampai 400an sebetulnya untuk lulusan kami," imbuhnya.
2. Siapkan platform permudah pencarian kerja dan SDM

Menanggapi adanya gap dan tantangan penempatan lulusan di luar kota, Politeknik STTT Bandung berupaya menjembatani kebutuhan industri dan lulusan melalui dua cara.
"Selain kita menjembatani ini, satu, kita juga punya platform yang namanya TKAR, Textile Career tadi. Di situ tuh jembatan satu media informasi yang bisa menjembatani antara kebutuhan di industri, perlunya apa saja, dengan alumni-alumni kita. Bahkan bukan hanya siswa-siswa yang baru lulus, tapi alumni pun bisa di situ," katanya.
Semua program studi (prodi) di Politeknik STTT Bandung memiliki permintaan yang besar, termasuk Teknik Tekstil, Kimia Tekstil, dan Garmen, dengan Prodi Garmen yang memiliki kelebihan dengan adanya konsentrasi fashion design.
3. Mahasiswa yang lulus dibekali keahlian mumpuni

Untuk menjamin kualitas lulusan, kata Arief, Politeknik STTT Bandung menerapkan kurikulum dual system. Di mana mahasiswa bisa lebih lama berada di industri sehingga mereka mempunyai pengalaman ketika selesai lulus untuk bisa langsung terjun bekerja.
Selain itu, setiap lulusan diwajibkan mengikuti uji kompetensi di level 6 (minimal Middle Management) yang disertifikasi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
“Jadi setiap mahasiswa kami harus wajib ikut uji kompetensi. Terlepas apakah lulus dan tidak, tapi hampir 90% dari KKN yang kami uji itu lulus. Jadi kita punya dua nih, ijazah dan sertifikat kompetensi yang dimiliki alumni kita, itu yang kami jamin penting,” tegasnya.
“Itu penting banget. Jadi kita bisa bersaing dengan kompetitor, mereka hanya punya ijazah misalnya kami punya sertifikat kompetensi yang diuji dan disertifikasi oleh BNSP bukan oleh kita ya, BNSP yang mengeluarkan sertifikasi. Jadi itu satu nilai tambah yang saya kira buat mereka-mereka ini saya kira tadi kalau ditanya kualitasnya atau apa yang harus kami tinggal jadi situ kita punya kelebihan wajib sertifikasi anak-anak kami,” tandasnya.