Bandung Barat, IDN Times - Harga daging sapi di pasar-pasar tradisional Kabupaten Bandung Barat (KBB) diprediksi terus merangkak naik. Kenaikan itu terpantau sejak beberapa hari ke belakang.
Naiknya harga daging sapi ini diprediksi bakal terus merangkak sampai masuk bulan puasa yang jatuh pada tanggal 3 April 2022 mendatang. Harga daging sapi ini naik sejak beberapa hari lalu dari harga normal Rp120 ribu.
Fenomena merangkak naiknya komoditas daging sapi ini merupakan fenomena tahunan yang sering terjadi setiap menjelang bulan puasa. Fenomena ini pun kembali terjadi, saat ini komoditas daging sapi
"Kalau melihat dari puasa tahun lalu, mungkin bisa sampai Rp150 ribu per kilogram, karena sekarang kan sudah Rp 130 ribu per kilogram. Itu biasanya waktu marema sebelum puasa," ungkap Yanti (44), pedagang daging sapi di Pasar Tagog Padalarang, Senin (27/3/2022).
Kenaikan komoditas daging sapi ini terjadi perlahan. Meski demikian, Yanti tak mengetahui pasti sebab naiknya komoditas tersebut. Ia hanya tahu kenaikan daging sapi terjadi sejak dari rumah potong hewan (RPH).
"Naiknya Rp2 ribu sampai Rp4 ribu. Akhirnya jadi Rp 130 ribu per kilogram sekarang. Sekarang juga sudah ada tanda-tanda mau naik lagi dari pemotongan, soalnya kan kita dapat barang dari sana (RPH)," tutur Yanti.
Selain di Pasar Tagog Padalarang, kenaikan daging sapi juga terjadi di Pasar Panorama Lembang. Kenaikan ini diprediksi bakal terus terjadi sampai hari raya Idul Fitri.
Indrawan salah satu pedagang daging sapi memprediksi, menjelang lebaran nanti, harga daging sapi bisa menyentuh Rp170 ribu per kilogram. "Bisa saja tembus Rp 170 ribu per kilogramnya karena kan kebutuhan (saat lebaran) pasti bakal meningkat," sebut Indra.
Menurut Indra faktor utama di balik meroketnya harga daging sapi beberapa waktu belakangan ini yakni ketersediaan sapi impor dari Australia sangat terbatas sehingga tak mampu memenuhi permintaan pasar.
"Sapi impor dari Australianya kurang, sementara sapi lokal juga enggak bisa mencukupi kebutuhan. Sekarang harga daging sapi Australia yang karkas sudah lebih dari Rp 100 ribu, kalau yang lokal di bawah Rp 100 ribu," tutup Indra.