Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App

PWNU Jabar Minta Pemerintah Damaikan Ba’alawi-PWI Laskar Sabilillah

ilustrasi perdamaian (pexels.com/SCY)
Intinya sih...
  • Konflik rasial antara Habaib Ba'alawi dan PWI Laskah Sabilillah belum terselesaikan
  • Ketua PWNU Jawa Barat menyarankan dialog terbuka sebagai solusi penyelesaian konflik
  • Pemerintah diminta untuk memfasilitasi pertemuan kedua belah pihak dan mengawasi media sosial

Iklan - Scroll untuk Melanjutkan

Bandung, IDN Times - Konflik rasial antar golongan Habaib Ba’alawi dan Perjuangan Walisongo Indonesia (PWI) Laskah Sabilillah masih belum menemui titik terang. Perseteruan sudah terjadi bertahun-tahun dan harus segera didamaikan.

Pemerintah harus menjadi fasilitator untuk mempertemukan kedua kelompok ini. Sampai sekarang keduanya berseteru karena perbedaan pandangan tentang asal-usul nasab dan status keturunan Rasulullah SAW mencuat ke permukaan.

Ketua Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, KH Juhadi Muhammad mengatakan, perbedaan harusnya menjadi hal biasa dan sebaiknya diselesaikan secara dialog atau diskusi terbuka.

"Kita wajib menghormati soal perbedaan, di manapun dan kapanpun itu pasti ada, karena memang fitrah manusia adalah berbeda. Perbedaan itu mesti ada, dan itu menjadi rahmat," ujar KH Juhadi saat diwawancarai di Kantor PWNU Jabar, Jalan Terusan Galunggung, Kota Bandung, Minggu (10/5/2025).

1. Masyarakat jangan ikut terbawa perbedaan ini

ilustrasi persatuan (pexels.com/ROCKETMANN TEAM)

Menurut Juhadi, akar perseteruan kedua kelompok ini karena saling mempertahankan pendapatnya masing-masing, tanpa diskusi dan dialog secara terbuka. Sehingga berdampak pada akar rumput yang ikut terbawa dalam polemik ini.

"Karena itu, saya mengimbau kepada masyarakat Jabar khususnya dan pada warga NU, jangan terbawa oleh perbedaan-perbedaan tersebut, boleh berbeda tapi kita jangan sampai terjadi perseteruan secara fisik, ada yang mengancam ada yang mengajak ribut, itu tidak baik karena kita adalah sama-sama merah putih, sama-sama NKRI, maka harus jaga persaudaraan kita," ucapnya.

PWNU Jabar pun mengusulkan kepada pemerintah agar memfasilitasi dan mempertemukan kedua belah pihak, agar bisa duduk bersama untuk berdialog dan berdiskusi.

"Soal kebenaran itu yang mutlak adalah kebenaran dari Allah SWT. Jadi, berharap pada pemerintah agar memfasilitasi mempertemukan kedua belah pihak, selama belum dipertemukan untuk dialog dan diskusi terbuka, saya pikir perseteruan itu masih tetap berjalan," katanya.

2. Waspadai narasi negatif di media sosial

ilustrasi berita bohong (Pixabay.com/u_5785qxtfen)

Apalagi, zaman sekarang media sosial sangat mendominasi dan dikhawatirkan muncul narasi-narasi negatif yang memicu masalah ini semakin besar.

"Ya, memang pengaruh media sosial juga sangat besar, oleh karena itu, saya juga berharap pada masyarakat agar mampu menyaring terhadap media sosial yang tidak bisa terbendung lagi," ucap Juhadi.

Selain itu, masyarakat juga harus memiliki guru atau kiai untuk diikuti yang jelas keilmuannya, sanadnya dan ada literaturnya. "Jangan hanya ngaji atau mencari ilmu dari Google yang kurang bisa dipertanggung jawabkan," imbuhnya.

3. Aparat kepolisian harus jaga perdamaian

ilustrasi orang bersalaman (unsplash.com/ Masjid Pogung Dalangan)


KH Juhadi juga meminta kepada aparat penegak hukum, khususnya Polri agar menegakkan hukum seadil-adilnya dan membantu mendorong agar Pemerintah menjadi fasilitator antara dua kelompok ini.

"Khusus kepada Polri, harus tetap berada di tengah menegakkan, mengayomi melindungi dan melayani masyarakat. Tentu harapan kami, Polri juga bisa memfasilitasi meminta kepada pemerintah agar bisa memfasilitasi pertemukan antara kedua belah pihak," ucapnya.

Share
Editorial Team