Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pupuk Subsidi di Cirebon akan Terus Langka, Ini Penyebabnya

Sawah di Watubelah, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon alami kekeringan

Cirebon, IDN Times - Masalah kelangkaan pupuk subsidi terus berulang di Cirebon, Jawa Barat, dan diperkirakan akan tetap berlanjut. Kelangkaan ini disebabkan oleh ketidaksesuaian antara usulan kebutuhan pupuk dari kelompok tani dengan alokasi yang diberikan pemerintah.

Pupuk Indonesia menjelaskan, akar permasalahan ini terletak pada perbedaan antara permintaan petani dan jumlah alokasi yang ditetapkan.

1. Jumlah permintaan tidak sesuai

Ilustrasi sedang menaburkan pupuk (pexels.com/Greta Hoffman)

Officer Pendukung Penjualan Wilayah 1 dari Pupuk Indonesia, Drikarsa mengatakan, kondisi ini memicu ketidakpuasan di kalangan petani yang sangat bergantung pada pupuk subsidi demi meningkatkan hasil produksi mereka.

Menurut Drikarsa, setiap tahun Pupuk Indonesia menerima permintaan dari berbagai kelompok tani. Namun, jumlah yang diusulkan sering kali lebih besar dari kuota pemerintah, sehingga banyak petani tidak mendapatkan pupuk sesuai kebutuhan.

"Pada 2024, kebutuhan pupuk subsidi yang diusulkan mencapai 12 juta ton, sementara pemerintah hanya merealisasikan 9,55 juta ton," kata Drikarsa, Senin (28/10/2024).

2. Alokasi seret memberatkan petani kecil

ilustrasi pupuk (pexels.com/id-id/karolina-grabowska)

Pemerintah memiliki mekanisme tertentu untuk menetapkan alokasi subsidi, tetapi sering kali tidak mencerminkan kebutuhan aktual di lapangan.

Kelangkaan ini memaksa petani mencari pupuk non-subsidi yang lebih mahal, sehingga menambah beban produksi mereka.

"Kondisi ini sangat memberatkan bagi petani kecil yang bergantung pada subsidi untuk menjaga biaya produksi tetap rendah," ujarnya.

Selain itu, terdapat kasus pengalihan pupuk subsidi ke pihak yang tidak berhak, seperti pedagang atau petani besar. Pupuk Indonesia berusaha mematuhi kuota distribusi, tetapi sering mengalami kendala infrastruktur di beberapa wilayah yang menyulitkan pengiriman.

Untuk mengatasi praktik-praktik ilegal, Pupuk Indonesia telah mengimplementasikan digitalisasi penyaluran subsidi dari gudang hingga kios resmi.

3. SebanyK 34 ribu ton pupuk subsidi terserap di Cirebon

Ketut Kembar petani di Denpasar. (IDN Times Bali/Yuko Utami)

Per 24 Oktober 2024, penyerapan pupuk bersubsidi di Kabupaten Cirebon tercatat sebanyak 34.000 ton atau 68 persen dari total alokasi 50.000 ton.

Menurut Account Executive Cirebon, Bakty Nevada, dari 77.000 petani di Kabupaten Cirebon, sebanyak 63.914 di antaranya sudah menebus pupuk bersubsidi. Realisasi distribusi di Cirebon ini lebih tinggi daripada rata-rata nasional maupun provinsi.

Distribusi pupuk bersubsidi di Cirebon terus berkembang, dengan penambahan 150 petani baru hingga Juli 2024 yang berhak atas subsidi. Tahun ini, alokasi subsidi di Kabupaten Cirebon mencapai 48.880 ton untuk 77.000 petani, meningkat 1.711 ton dari tahun sebelumnya.

Hal ini mencerminkan dukungan Pupuk Indonesia atas peningkatan alokasi pupuk nasional dari 4,7 juta ton menjadi 9,55 juta ton, sesuai dengan Kepmentan 249 Tahun 2024.

Pupuk subsidi hanya diberikan kepada petani yang memenuhi syarat, tergabung dalam kelompok tani, dan terdaftar dalam sistem elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok (e-RDKK).

Pupuk ini diperuntukkan bagi sembilan komoditas, meliputi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan rakyat, termasuk padi, jagung, kedelai, cabai, bawang, tebu, kakao, dan kopi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us