Ponpes di Sukabumi Dibidik jadi Contoh Nasional Wisata Budaya Islam

- Pesantren Dzikir Al Fath di Sukabumi dipilih sebagai contoh sinergi agama dan budaya
- Kementerian Kebudayaan RI berkomitmen mengembangkan kebudayaan daerah untuk mendorong sektor pariwisata
- Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath, KH Fajar Laksana, berharap Sukabumi bisa menjadi etalase wisata budaya bagi wilayah sekitarnya
Kota Sukabumi, IDN Times - Suara gamelan berpadu dengan teriakan lantang para pesilat muda terdengar di halaman Pondok Pesantren Dzikir Al Fath, Karangtengah, Kota Sukabumi. Di bawah rindangnya pepohonan, para santri tampak antusias menampilkan atraksi pencak silat dan permainan tradisional Boles, olahraga lempar bola api khas Sukabumi.
Suasana pesantren ini begitu hidup lewat gelaran One Stop Culture Tourism, program dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenbud RI) yang bertujuan mengangkat potensi budaya lokal jadi daya tarik wisata daerah.
1. Pesantren jadi contoh sinergi agama dan budaya

Direktur Sarana dan Prasarana Kemenbud, Feri Arlius, menjelaskan bahwa pemilihan Ponpes Dzikir Al Fath bukan tanpa alasan. Menurutnya, pesantren ini punya karakter unik karena mampu memadukan nilai-nilai keislaman dengan pelestarian seni budaya.
"Kami melihat pondok ini punya pola yang baik. Ada pendidikan Islam, pendidikan modern, dan juga seni budaya yang hidup. Pencak silat dan pertunjukan tradisionalnya berkembang pesat," ujar Feri, Senin (13/10/2025).
Tak hanya dikenal dengan dzikir dan pendidikan agamanya, Ponpes Dzikir Al Fath juga memiliki Museum Prabu Siliwangi, yang kerap menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Feri menilai, kombinasi antara religi, pendidikan, dan budaya menjadikan Al Fath layak dijadikan pilot project wisata budaya berbasis Islam.
"Tempat ini lengkap, komprehensif. Ada pendidikan modern, agama, budaya, sampai kewirausahaan. Ini bisa jadi contoh nasional," katanya.
2. Komitmen Kemenbud kembangkan kebudayaan daerah

Sebagai kementerian yang baru berdiri sendiri, Kemenbud menegaskan komitmennya untuk memperkuat sarana kebudayaan di berbagai daerah. Mulai dari museum, taman budaya, hingga pusat kesenian tradisional akan terus dikembangkan agar mampu mendorong sektor pariwisata.
"Setiap daerah punya keunikan. Kalau dikelola dengan baik, kegiatan budaya akan bermuara pada pariwisata—seperti di Bali dan Yogyakarta. Sukabumi juga punya potensi besar itu," ungkap Feri.
3. Sukabumi punya potensi jadi etalase wisata budaya

Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath, KH Fajar Laksana, menyambut baik dukungan dari pemerintah. Ia menegaskan bahwa pesantren yang ia dirikan juga berperan menjaga kearifan lokal, mulai dari seni adu lisung, pencak silat, hingga permainan boles.
Seluruh kesenian tersebut bahkan telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dan tercatat oleh UNESCO. Tak hanya itu, pesantren juga menyimpan berbagai peninggalan sejarah seperti bebatuan, golok, dan keris di Museum Prabu Siliwangi.
Fajar berharap kegiatan ini bisa menjadikan Kota Sukabumi sebagai etalase wisata budaya bagi wilayah sekitarnya.
"Kabupaten Sukabumi punya banyak objek wisata besar. Kota Sukabumi bisa jadi showroom-nya misal tempat menginap, kuliner, dan pusat informasinya," katanya.
Kegiatan One Stop Culture Tourism ini diikuti ratusan peserta, mulai dari kepala sekolah SD hingga SMA, juga pengelola museum dari Kota dan Kabupaten Sukabumi. Selain seminar tentang kebijakan pariwisata dan kebudayaan, agenda juga diisi dengan pemaparan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengenai potensi jejak peninggalan prasejarah di Sukabumi.
Pada hari terakhir, para peserta dijadwalkan mengunjungi sejumlah destinasi wisata lokal, seperti Kampung Odeon, Museum Sukabumi, Pemandian Air Panas Cikundul, hingga Situ Gunung Suspension Bridge.
"Kami ingin peserta melihat langsung kekayaan budaya Sukabumi, supaya bisa dikenal secara nasional," tutup Fajar.