Perayaan 100 Tahun Pramoedya Lewat ARA: Chronicle of A Moving

- Seniman tari Galuh Pangestri Larashati menghadirkan karya pertunjukan ARA: Chronicle of A Moving untuk memperingati perayaan 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer.
- Karya tersebut berakar dari novel Larasati yang ditulis Pram pada tahun 1960 dan akan ditampilkan dalam bentuk korpografi oleh tujuh penari perempuan.
- Pentas seni tari ini diproduseri langsung oleh Zen RS, sebagai bentuk merayakan Pram dengan cara yang unik dan tidak konvensional.
Bandung, IDN Times - Seniman tari Galuh Pangestri Larashati menghadirkan karya pertunjukan bertajuk ARA: Chronicle of A Moving untuk memperingati perayaan 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer. Karya yang berakar dari novel Larasati yang ditulis Pram pada tahun 1960 nantinya akan ditampilkan dalam bentuk korpografi.
Pentas seni tari ini diproduseri langsung oleh Zen RS, serta dipentaskan oleh kolektif tari Tarang Karuna yang mana nantinya sebanyak tujuh orang penari perempuan akan menampilkan karya tari selama satu jam hasil riset selama satu tahun lima bulan dari novel Larasati.
"Kami tidak hanya menggugat Pram tapi Ara (karakter Larasati) dalam novel ini. Jadi kami berusaha mengerti dan caranya dapat membaca dari prespektif dari penari. Cara kerja kami sama seperti Pram, memecah tarian dari penari, kami lagi kliping sosok Ara," ujar Galuh yang juga koreografi dan artistik gelaran ini, saat konferensi pers di Tjap Sahabat, Kota Bandung, Sabtu (2/8/2025).
1. Proses penciptaan karya yang panjang

Ketertarikan Galuh terhadap novel Larasati beranjak dari para tokoh di dalamnya yang dinilai mengalami kondisi serupa dengan saat ini. Dalam proses penciptaan pun tergolong cukup panjang, setelah berdiskusi dengan penari dan ada juga membaca secara jauh dari Larasati itu sendiri, sehingga akhirnya menemukan public statement.
"Kami melakukan semua proses bersama. Kami belajar membaca tapi bagaimana kami juga terhubung, Larasati ini bergerak dengan situasi zaman itu jadi kami reflek kemudian direfleksi lagi dalam situasi terkini," ujarnya.
Para penari pun diberikan sebuah buku kosong yang kemudian mereka catat setiap gerakannya. Setelah itu, kata Galuh, para penari langsung menampilkan gerakan di beberapa tempat sebelum menjadi tarian penuh.
"Jadi usaha-usaha untuk hadir dalam ruang berbeda dan kami punya pengalaman lebih. Masukan juga kami jadikan evaluasi," ucapnya.
2. Perayaan 100 tahun Pram harus bebas dari intimidasi

Sementara, sang produser Zen RS menyampaikan, karya novel Pramoedya Ananta Toer memang sudah banyak diali-wahanakan menjadi seni pertunjukan teater dan lainnya. Namun, gelaran ini ditampilkan dalam bentuk berbeda korpografi.
"Sangat penting merayakan Pram dengan relate, dengan yang lain misalnya gerak, let's go. Pram benar ada dan kami rayakan dengan bentuk merdeka. Semua dipersilakan mengekspresikannya tapan harus diintimidasi," katanya.
Korpografi dipilih karena ada proses penciptaan yang unik di dalamnya, di mana para seniman turut diajak membaca setiap paragraf kemudian diekspresikan dalam tariannya.
"Jadi para penari ini membaca Pram paragraf per paragraf kalau diungkapkan dalam gerak seperti apa? Para penari diajak dalam satu kondisi merasakan menjadi Ara dan ini hasil membaca," katanya.
3. Penari mendapat banyak ilmu dalam penciptaan karya ini

Salah satu penari bagian dari tujuh penampil, Wening merasakan langsung proses penciptaan tarian dari ARA: Chronicle of A Moving ini. Menurutnya, semua penampil diberikan kebebasan untuk menginterpretasikan tarian dari novel Larasati itu.
"Semua penari punya karakter masing-masing jadi Wening punya potensi apa dan semuanya dikeluarkan jadi latihan juga mengalami naik turun, banyak hal pengalaman baru didapatkan dan kami akhirnya saling mengenali masing-masing," ujarnya.
Sampai pada satu momentum, akhirnya, kata Wening, semua penari menutup novel Larasati, dan akhirnya karakter para pemain semakin menjiwai, hingga ditemukan public statement yang akan disampaikan.
"Pada hampir akhir riset dan lainnya, kami lepas buku dan itu untuk menjiwai dan lainnya," kata dia.
Sebagai informasi, pentas tari ini nantinya akan digelar di Tjap Sahabat, Jalan Cibadak nomor 168A, Karanganyar, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Kamis (7/8/2025) pukul 19.00-21.00 WIB. Tidak terbuka untuk umum, hanya bagi peserta undangan yang sudah mendaftarkan diri.
Dalam penampilannya nanti akan ada musik sebagai latar yang disusun secara live oleh DJ hip hop, musik menciptakan lansekap menerjang antara irama dan retakan. Suara para penari, baik melalui rekaman maupun live voice-over, tidak menjelaskan gerak tubuh.