Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pemkot Bandung Perbanyak Insinerator Atasi Sampah, Apa Dampak Buruknya?

Badan POM Serahkan Empat Unit Mobil Insinerator Kepada RS Darurat Corona (Dok. BPOM)
Badan POM Serahkan Empat Unit Mobil Insinerator Kepada RS Darurat Corona (Dok. BPOM)
Intinya sih...
  • Insinerator dapat menghasilkan emisi karbon dan gas berbahaya
  • Pola hidup minim sampah menjadi kurang berguna dalam mengurangi pencemaran sampah
  • Insinerator tidak memusnahkan seluruh sampah dan membutuhkan sumber daya yang besar
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Pemerintah Kota Bandung mencari jalan pintas dalam pengentasan penumpukan sampah dengan cara dibakar menggunakan mesin insinerator. Mesin ini dianggap menjadi solusi cepat dalam pengelolaan sampah yang efisien dan diklaim ramah lingkungan.

Dengan berbagai keuntungan yang ditawarkan, seperti pengurangan volume sampah, pencegahan pencemaran, serta potensi untuk menghasilkan energi, insinerator menjadi pilihan terbaik untuk kota-kota besar dan sekarang dijalankan Pemkot Bandung. Terdekat, Pemkot Bandung akan menyediakan insinerator di Pasar Kosambi pada 2026.

Insya Allah pada 2026 akan kami tempatkan mesin insinerator di sini. Sementara untuk kawasan Cicadas, akan segera kami tindaklanjuti lebih cepat karena permasalahan di sana cukup mendesak,” kata Wakil Wali Kota Bandung, Erwin saat meninjau penanganan sampah di Pasar Kosambi, Senin (15/9/2025).

Selain Kosambi dan Cicadas, Pemkot juga menyiapkan perluasan TPS di wilayah Cikutra. Lahan-lahan yang belum terpakai akan dimanfaatkan untuk menampung sampah dengan tambahan fasilitas mesin insinerator.

Namun, di balik kecepatan dalam menghilangkan sampah, mesin ini masih menjadi perdebatan karena tak sedikit dampak negatif yang bisa dihasilkan. Apa saja dampaknya?

1. Ada emisi karbon dan gas berbahaya

Ilustrasi emisi karbon industri. (pixabay.com/marcinjozwiak)
Ilustrasi emisi karbon industri. (pixabay.com/marcinjozwiak)

Dikutip dari laman Greenation, insinerator memang cukup efektif untuk mengelola sampah dalam jumlah besar. Akan tetapi, tidak menutup fakta bahwa solusi ini berpotensi menimbulkan masalah lingkungan yang lebih buruk.

Para ahli dan pegiat lingkungan mengecam pemusnahan sampah dengan incinerator. Kecaman ini muncul karena proses insinerasi masih berpotensi menghasilkan emisi karbon dan gas berbahaya meskipun telah melalui proses filtrasi.

Gas paling beracun yang dihasilkan proses ini adalah dioksin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Global Alliance of Incinerator Alliance (GAIA) pembakaran sampah menggunkanan insinerator menghasilkan 1,43 juta ton Co2. Tambahan emisi karbon ini akan selaras dengan percepatan perubahan iklim.

2. Pola hidup minim sampah jadi kurang berguna

Pemprov DKI Olah Sampah Bantargebang Jadi Bahan Bakar Alternatif Bernilai Jual. (dok. Humas Pemprov DKI Jakarta)
Pemprov DKI Olah Sampah Bantargebang Jadi Bahan Bakar Alternatif Bernilai Jual. (dok. Humas Pemprov DKI Jakarta)

Selain itu, pada dasarnya solusi paling krusial untuk mengurangi pencemaran sampah adalah mengurangi potensi potensi timbulan sampah. Dibutuhkan integrasi dari kebijakan dan regulasi pengelolaan sampah, penerapan gaya hidup minim sampah, penyediaan fasilitas pengelolaan dan daur ulang sampah yang memadai.

Integrasi ini terangkum dalam penerapan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.

3. Alat ini tidak memusnahkan seluruh sampah

IMG_2579.jpeg
Bupati Kudus, Samani Intakoris (kiri) saat menyalakan mesin insinerator pengolahan sampah residu di Desa Jati Kulo Kabupaten Kudus. (IDN Times/Dhana Kencana)

Sementara itu mengutip laman Alinasi Zero Waste Indonesia, selain emisi beracun, insinerator juga menghasilkan abu yang masuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3). Penanganan abu ini menjadi lebih mahal karena sifatnya yang berbahaya.

Pengalaman di Amerika Serikat dan Norwegia menunjukkan adanya ancaman pencemaran udara dan air akibat kebocoran abu tersebut. Fakta ini sekaligus juga menunjukkan bahwa insinerator sebenarnya tidak memusnahkan seluruh sampah. Cukup jelas bahwa lingkungan dan kesehatan terancam oleh operasi insinerator.

Selain karena ancaman kesehatan dan lingkungan, insinerator juga membutuhkan sumber daya yang besar, termasuk bahan bakar seperti gas alam atau minyak. Proses pembakaran sampah menghasilkan energi dalam bentuk panas atau listrik, namun sering kali efisiensi energinya rendah.

Sumber daya yang digunakan untuk mengoperasikan insinerator mungkin lebih baik digunakan untuk pengembangan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Sebagai alternatif, pendekatan yang lebih baik dalam pengelolaan sampah adalah dengan memprioritaskan hirarki pengelolaan limbah. Hal ini meliputi langkah-langkah seperti pengurangan sampah di sumbernya, daur ulang, kompos, dan pengolahan sampah organik.

Dengan mengadopsi pendekatan ini, kita dapat mengurangi volume sampah yang dihasilkan dan mengurangi dampak lingkungan secara keseluruhan. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

Pemkot Bandung Perbanyak Insinerator Atasi Sampah, Apa Dampak Buruknya?

15 Sep 2025, 11:34 WIBNews