Mengapa Ada Korban Sipil di Peledakan Amunisi Kedaluwarsa Garut?

Garut, IDN Times - Peledakan amunisi kedaluwarsa di Garut, dengan total 13 orang korban, empat anggota TNI AD, dan sembilan warga sipil masih menjadi perhatian publik. Penyebab pasti dari kejadian ini pun masih dalam tahap investigasi oleh Mabes TNI.
Keterlibatan warga sipil dalam peledakan ini pun masih belum terjawab secara gamblang oleh pihak TNI. Namun, berdasarkan beberapa narasumber yang didapatkan IDN Times, sembilan orang warga ini memang bekerja membantu TNI dan sering diperbantukan secara langsung dalam kegiatan pemusnahan amunisi kedaluwarsa itu.
Bahkan, salah satu keluarga korban dan juga warga di Kampung Cimerak, Desa Sagara yang jarak rumahnya tidak jauh dari titik ledakan, menyampaikan ada beberapa yang memang memiliki sertifikat keahlian untuk membantu TNI dalam peledakan amunisi kedaluwarsa ini.
1. Camat tidak mengetahui sertifikasi para korban

Sementara, Camat Cibalong, Kabupaten Garut, Faizal mengakui tidak tahu secara pasti mengenai hal tersebut. Dia juga belum melihat secara jelas sertifikat keahlian yang banyak disampaikan beberapa pihak termasuk keluarga korban.
"Kalau tadi bahasa ada sertifikat dan sebagainya saya juga tidak melihat secara fisik. Sertifikatnya apa, karena saya tidak ke sana, tapi itu sudah seperti orang yang dipercayai saja (oleh TNI)," ujar Faizal saat dikonfirmasi, Rabu (14/5/2025).
Adapun salah satu korban yang disebut memiliki sertifikat dan dianggap sebagai ketua kelompok pembantu peledakan amunisi kedaluwarsa dari sipil ini yaitu Rustiawan atau biasa dipanggil Pak Ruh. Faizal memastikan, sosok korban tersebut memang sering diandalkan. Soal Pak Ruh yang kerap merekrut orang, Faizal juga tidak mengetahui.
"Pak Ruh itu otodidak atau bagaimana saya tidak mengetahui, tetapi selama sekian puluh tahun Pak Ruh itu andal, bahkan menjadi pernah menjadi tutor. Beliau kalau saya dengar itu pernah dibawa ke luar pulau Jawa," kata dia.
2. Sekdes sebut para korban sering diperbantukan

Senada dengan Faizal, Sekretaris Desa Sagara, Agus Susanto pun tidak mengetahui secara pasti mengenai para korban tersebut apakah memiliki keahlian khusus dan tersertifikasi. Namun, dia memastikan, sembilan korban sipil yang meninggal benar sering diperbantukan oleh pihak TNI untuk peledakan amunisi kedaluarsa.
"Mereka (korban) bekerja sama dengan TNI jadi kuli diperbantukan. Kalau sertifikat kurang tahu kebetulan saya mengikuti tidak sampai selesai," katanya.
3. Penyebab masih dalam investasi TNI

Sedangkan, salah satu keluarga korban dari Toto Hermanto, Siti Aminah mengatakan bahwa almarhum Pak Ruh semasa hidupnya memang diperbantukan untuk kegiatan peledakan amunisi kedaluarsa, dan memiliki sertifikat.
"Almarhum bukan pemungut, atau pengambil puing-puing sisa ledakan. Itu kan ada sertifikatnya, bukan (pemungut)," tuturnya.
Meski begitu, Panglima Kodam III Siliwangi Mayjen TNI Dadang Arif Abdurahman masih menginvestigasi penyebab insiden ini. Ia memastikan, lokasi pemusnahan tengah sudah steril selama proses investigasi.
"Kita lihat ke depan, sekarang masih proses investigasi," ujarnya singkat saat ditemui wartawan di RSUD Pameungpeuk, Selasa (13/5/2025).