Longsor Maut di Gunung Kuda Cirebon, 4 Penambang Tewas Tertimbun

Cirebon, IDN Times - Aktivitas penambangan di kawasan Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon kembali menelan korban jiwa. Sebuah longsor hebat yang terjadi pada Jumat (30/5/2025) pagi mengubur sejumlah pekerja tambang, menewaskan empat orang, dan menyebabkan tiga lainnya mengalami luka-luka.
Otoritas menyebutkan delapan penambang lainnya masih tertimbun material longsoran, dan upaya penyelamatan masih terus dilakukan hingga sore hari.
1. Kronologi kejadian

Peristiwa nahas ini terjadi sekira pukul 10.23 WIB ketika sejumlah pekerja tengah menjalankan aktivitas rutin di area penambangan batuan andesit. Tiba-tiba, tebing batu setinggi lebih dari 15 meter runtuh, membawa serta material berat yang menimbun sebagian besar area kerja.
Menurut kesaksian salah satu pekerja yang selamat, suara retakan tanah sempat terdengar beberapa detik sebelum tebing ambruk.
“Sempat teriak peringatan, tapi tidak cukup selamatkan diri,” ujar Maman (43 tahun), operator alat berat yang berhasil menghindar dari lokasi kejadian.
2. Korban selamat sudah ditangani rumah sakit

Tim SAR gabungan yang terdiri dari BPBD Kabupaten Cirebon, TNI/Polri, dan relawan masyarakat langsung dikerahkan ke lokasi.
Dari data sementara yang dikumpulkan, empat korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa, sementara tiga lainnya berhasil dievakuasi hidup namun mengalami luka serius.
Seluruh korban telah dibawa ke RSUD Arjawinangun untuk penanganan medis.
3. Bukan kejadian pertama

Gunung Kuda bukanlah nama baru dalam daftar lokasi rawan bencana tambang di Cirebon. Pada Februari 2025, lokasi yang sama sempat mengalami longsor, meski tidak memakan korban jiwa karena kebetulan aktivitas penambangan dihentikan sementara saat itu.
Peringatan dari para ahli geologi dan lingkungan telah dilontarkan sejak lama, namun tidak ditindaklanjuti dengan langkah konkret oleh pihak pengelola.
Penambangan batu andesit di Gunung Kuda memang menjadi sumber mata pencaharian bagi ratusan warga sekitar. Namun, aktivitas ini dinilai tidak sebanding dengan risiko keselamatan dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.