Listrik Hijau akan Jadi Tren, Ini Rencana Chandra Asri

- Listrik hijau, tren masa depan untuk pengadaan energi bersih
- Transjakarta berupaya beralih ke bus listrik 100% pada 2030
- Kendaraan listrik menjadi solusi terdekat bagi Jabodetabek
Bandung, IDN Times - Transportasi berkelanjutan dan inklusif menjadi kebutuhan bersama, terlebih bagi kawasan perkotaan. Isu ini tak sebatas mewujudkan mobilitas yang rendah emisi tetapi juga menyediakan energi bersih.
Salah satu pelaku industri yang mendukung penyediaan energi bersih adalah Grup Barito Pacific. Lewat anak usaha Barito Pacific, Chandra Asri Group, mereka berperan dalam penyediaan energi bersih. Salah satu pilar usaha Chandra Asri adalah sektor energi terbarukan, termasuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Manajer Ekonomi Sirkular dan Kemitraan Chandra Asri Group Nicko Setyabudi mengatakan, Chandra Asri memiliki fokus utama bisnis di sektor kimia, infrastruktur dan energi. Dalam konteks energi baru terbarukan (EBT), terdapat anak usaha Krakatau Chandra Energy di Cilegon.
“Di sana kami ingin menghadirkan listrik yang lebih hijau memakai solar panel,” ujar Nicko, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Minggu (24/8/2025).
1. Ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan listrik hijau yang bakal jadi tren

Nicko mengungkapkan, EBT seperti panel surya akan menjadi tren di masa depan untuk pengadaan listrik yang lebih hijau. Apalagi selama ini masih ada ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
“Listrik hijau ini akan jadi tren ke depan,” tuturnya.
Adapun, ketergantungan terhadap kendaraan pribadi berbahan bakar fosil menjadikan sektor transportasi sebagai salah satu penyumbang utama polusi udara di kawasan perkotaan.
2. Transjakarta ingin 100 persen beralih ke bus listrik

Lewat siaran pers yang sama, Direktur Operasional dan Keamanan PT Transjakarta Daud Joseph mengatakan perusahaannya berupaya mencapai target menyediakan sebanyak 300 bus listrik.
Daud menjelaskan, perusahaannya ingin semua layanan angkutan umum yang disediakan tidak lagi mengeluarkan emisi. Oleh karena itu, mereka menargetkan semua bus yang beroperasi per 2030 adalah kendaraan listrik.
“Bus-bus kami semua akan beralih ke bus listrik. Sekarang, kami mengoperasikan 570 bus listrik dan akan bertambah terus seribu unit setiap tahun menjadi sepuluh ribu unit pada 2030,” ujarnya.
3. Kendaraan listrik jadi solusi terdekat bagi Jabodetabek

Sejatinya tantangan inklusivitas di dalam sistem transportasi di tanah air masih besar. Data Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) pada Maret 2024 menyebutkan, warga Jabodetabek menempuh jarak rata-rata 10,5 km setiap hari untuk beraktivitas di Jakarta.
Pada saat yang sama, cakupan transportasi publik yang terintegrasi di Jabodetabek masih sangat timpang. Jakarta menjangkau 78 persen wilayahnya, sedangkan kota-kota satelit di Bodetabek baru menjangkau antara delapan hingga 29 persen.
Terbatasnya akses terhadap transportasi umum yang layak dan terjangkau memaksa banyak orang untuk terus bergantung pada kendaraan pribadi. Akibatnya, kemacetan semakin parah dan kesenjangan mobilitas kian melebar.
Menjawab tantangan semacam itu, Gonggomtua E. Sitanggang, Southeast Asia Director ITDP berpendapat, penggunaan energi bersih merupakan kunci menuju transportasi ramah lingkungan dan inklusif.
Penerapannya, kata dia, melalui penggunaan kendaraan listrik. “Kalau ingin kota kita lebih compact maka yang dibutuhkan adalah sisa kendaraan (selain kendaraan umum) yang ada adalah kendaraan listrik,” tutur Gongomtua.