Lezatnya Botok Roti, Kuliner Ramadan Favorit Warga Cirebon

- Botok roti, takjil klasik yang tetap populer di Cirebon saat Ramadan
- Makanan berbahan dasar roti tawar, santan, dan gula, dibungkus daun pisang
- Harga terjangkau, menjadi pengganti nasi, meningkatkan penjualan saat bulan puasa
Cirebon, IDN Times- Bulan Ramadan selalu identik dengan beragam hidangan khas untuk berbuka puasa. Di Kabupaten Cirebon, salah satu takjil yang banyak dicari adalah botok roti.
Makanan tradisional ini memiliki rasa manis, legit, dan gurih dengan tekstur lembut yang khas. Meski tergolong sederhana, botok roti tetap bertahan di tengah maraknya kuliner modern dan menjadi favorit saat Ramadan tiba.
1. Kuliner warisan yang tetap bertahan

Botok roti merupakan makanan berbahan dasar roti tawar yang dikukus bersama campuran santan, gula, dan bahan lainnya. Sekilas tampilannya menyerupai kolak, namun tanpa kuah.
Cara penyajiannya juga unik karena dibungkus dengan daun pisang, dilapisi plastik di dalamnya agar isiannya tidak berantakan.
Keberadaan botok roti di Cirebon bukanlah hal baru. Hidangan ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan terus menjadi bagian dari tradisi kuliner Ramadan. Awalnya, botok roti dibuat sebagai alternatif botok tradisional yang menggunakan parutan kelapa dan ikan teri.
Seiring berjalannya waktu, makanan ini semakin populer, terutama ketika roti tawar mulai mudah ditemukan di pasar tradisional. Banyak warga Cirebon mengenal botok roti sejak kecil karena sering dibuat oleh orangtua mereka.
Salah seorang warga, Siti (30), mengungkapkan makanan ini mengingatkannya pada masa kecil. “Dulu ibu saya sering membuat botok roti sendiri di rumah. Sekarang lebih praktis beli di pasar, tapi rasanya tetap sama, manis, gurih, dan mengenyangkan,” ujarnya, Rabu (19/3/2025).
2. Permintaan meningkat saat Ramadan

Saat bulan puasa, permintaan botok roti meningkat pesat. Salah satu pedagang, Abdul Ghofar, yang berjualan di Jalan Fatahillah, Kecamatan Weru, mengungkapkan bisa menjual hingga 500 bungkus botok roti per hari selama Ramadan.
“Biasanya di hari biasa saya hanya menjual dalam jumlah kecil, tapi saat puasa, banyak pelanggan yang mencari botok roti untuk berbuka. Banyak yang bilang rasanya enak dan mengenyangkan,” kata Ghofar.
Tak hanya sebagai takjil, botok roti sering dijadikan pengganti nasi bagi mereka yang ingin berbuka dengan makanan ringan tetapi tetap mengenyangkan. Kandungan santan dan gula memberikan energi yang cukup setelah seharian berpuasa, sementara roti tawar memberikan tekstur lembut yang mudah dicerna.
Bagi masyarakat yang ingin menikmati botok roti, di beberapa pasar di Cirebon menjadi tempat favorit untuk mendapatkannya. Pasar Pasalaran di Plered, Pasar Minggu Palimanan, dan Pasar Jamblang menjadi pusat penjualan makanan ini selama Ramadan. Para pedagang biasanya mulai berjualan sejak sore hingga menjelang waktu berbuka puasa.
Harga botok roti cukup terjangkau, berkisar antara Rp5 ribu hingga Rp10 ribu per bungkus, tergantung ukuran dan bahan tambahan yang digunakan. Beberapa pedagang juga mulai menawarkan varian rasa baru dengan tambahan bahan seperti keju, cokelat, atau pisang untuk menarik minat pembeli.
3. Melestarikan kuliner tradisional

Di tengah menjamurnya makanan kekinian, botok roti tetap memiliki tempat di hati masyarakat. Salah satu faktor yang membuatnya bertahan adalah peran pedagang dan masyarakat yang terus melestarikan makanan ini.
Beberapa pelaku usaha kuliner di Cirebon bahkan mulai berinovasi dalam penyajian botok roti. Selain menambahkan varian rasa, mereka juga mengemasnya dalam wadah modern agar lebih praktis dibawa pulang.
Meski demikian, banyak pedagang yang tetap mempertahankan cara penyajian khas dengan daun pisang agar aroma dan cita rasanya tidak berubah.
“Banyak pelanggan yang bilang mereka lebih suka botok roti yang dibungkus daun pisang karena lebih wangi dan terasa tradisional,” kata Ghofar.
Selain sebagai makanan khas Ramadan, botok roti juga memiliki nilai nostalgia. Hidangan ini mengingatkan pada masa kecil ketika makanan ini sering dibuat di rumah untuk mengolah sisa roti tawar agar tidak terbuang percuma.
“Dulu, orangtua saya selalu membuat botok roti dari roti yang sudah mulai keras supaya tidak mubazir. Sekarang, justru banyak orang yang mencarinya sebagai makanan khas,” ujar Ghofar.
Dengan cita rasa yang sederhana namun kaya akan kenangan, botok roti tetap menjadi bagian dari budaya kuliner Cirebon. Tidak hanya dinikmati oleh warga setempat, tetapi juga oleh para pendatang yang ingin mencicipi kelezatan takjil tradisional ini.