Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kuliah Vokasi Kian Diminati Dinilai Permudah saat Cari Kerja

Biaya IUP Teknik Sipil Sekolah Vokasi UGM (Instagram.com/dtsugm)
Biaya IUP Teknik Sipil Sekolah Vokasi UGM (Instagram.com/dtsugm)
Intinya sih...
  • Jumlah pendaftar program Sarjana Terapan di Sekolah Vokasi Unpad meningkat dari 20.028 menjadi 23.403 pada SNBT 2025.
  • Daya tampung SNBT di tahun 2025 juga meningkat dari 302 untuk ke-14 program studi menjadi 364 pada 2025.
  • Rasio keketatan seleksi masuk Sekolah Vokasi Unpad meningkat, dengan rentang tertinggi 0,55% hingga terendah 2,5%.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Jumlah pendaftar Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025 yang memilih program studi Sarjana Terapan di bawah naungan Sekolah Vokasi Universitas Padjadjaran (Unpad), mengalami peningkatan dibanding pelaksanaan SNBT tahun lalu. Rasio keketatan seleksi masuk juga meningkat meski daya tampung ditambah hingga 20 persen.

Dekan Sekolah Vokasi Unpad, Dr. Kurniawan mengatakan, secara keseluruhan, jumlah pendaftar untuk program sarjana terapan meningkat dari 20.028 pada 2024 menjadi 23.403 total pendaftar pada 2025. Daya tampung SNBT di tahun 2025 juga meningkat dari 302 untuk ke-14 program studi menjadi 364 pada 2025.

Rasio keketatan seleksi masuk Sekolah Vokasi Unpad melalui SNBT juga semakin meningkat. Tahun lalu, rentang rasio keketatan seleksi masuk Sekolah Vokasi Unpad tertinggi 0,5 persen hingga terendah 6,5 persen. Pada tahun ini, rentangnya antara tertinggi 0,55 persen hingga terendah 2,5 persen.

“Ini berarti preferensi mahasiswa baru dalam memilih program studi Sarjana Terapan relatif merata di 14 program studi yang ada di Sekolah Vokasi Unpad,” ujarnya dikutip laman Unpad.ac.id, Senin (2/6/2025).

1. Sekolah vokasi didorong kurangi angka pengangguran

Dekan Sekolah Vokasi Unpad, Dr. Kurniawan. (Dok. Unpad)
Dekan Sekolah Vokasi Unpad, Dr. Kurniawan. (Dok. Unpad)

Berdasarkan data 10 prodi terketat Unpad di SNBT 2025, sembilan di antaranya oleh prodi Sekolah Vokasi. Ilustrasi untuk rasio keketatan 0,5 persen, dari 200 pendaftar hanya 1 orang yang lulus, sedangkan untuk rasio keketatan 2,5 persen, artinya dari 200 pendaftar hanya lima orang yang lulus.

Menurut Kurniawan, data tersebut setidaknya menunjukkan bahwa masyarakat semakin berpikir pragmatis di masa yang akan datang dengan memilih program studi yang lebih berorientasi ke dunia kerja.

"Sekolah vokasi memiliki misi untuk berkontribusi kepada masyarakat dalam hal pengurangan tingkat pengangguran dan peningkatan penyerapan di dunia kerja," papar Kurniawan.

2. Unpad mempunyai 14 prodi vokasi

Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. (IDN Times/Besse Fadhilah)
Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. (IDN Times/Besse Fadhilah)

Menurutnya, prodi yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja baik, maka semakin diminati. Prodi yang berada dalam klaster kesehatan masyarakat seperti kebidanan, atau yang melibatkan penggunaan teknologi bagi manusia seperti prodi pemasaran digital, bisnis internasional, dan kearsipan digital, menjadi pilihan bagi mahasiswa.

Saat ini, Sekolah Vokasi Unpad memiliki 14 program studi, yaitu:

  1. Akuntansi Perpajakan (Akreditasi Unggul)
  2. Akuntansi Sektor Publik (Akreditasi Baik)
  3. Bisnis Internasional (Akreditasi Baik)
  4. Pemasaran Digital (Akreditasi Baik)
  5. Kebidanan (Akreditasi Baik Sekali)
  6. Teknologi Industri Kimia (Akreditasi Baik)
  7. Agroteknopreneur (Akreditasi Baik)
  8. Bisnis Logistik (Akreditasi Baik)
  9. Administrasi Keuangan Publik (Akreditasi Unggul)
  10. Administrasi Pemerintahan (Akreditasi Unggul)
  11. Kearsipan Digital (Akreditasi Baik)
  12. Bahasa dan Budaya Tiongkok (Akreditasi Baik)
  13. Manajemen Produksi Media (Akreditasi B)
  14. Pariwisata Bahari (Akreditasi Baik)

3. Mahasiswa harus tingkatkan keahlian jika ingin mudah dapatkan pekerjaan

pexels.com
pexels.com

Sementara Ketua Apindo Jawa Barat, Ning Wahyu Astutik mengatakan, perkembangan teknologi yang lebih cepat dibanding kurikulum, fasilitas pendidikan, maupun kemampuan pengajar, menjadi faktor utama yang menghambat terciptanya sinkronisasi yang baik antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri.

Namun, Ning meminta, meski menjadi tantangan, hal ini tidak boleh menjadi kekhawatiran berlebihan bagi para lulusan. “Kita tidak boleh terus-menerus menjadikan ini sebagai perhatian utama yang justru akan membuat para lulusan merasa pesimis setiap kali menghadapi lowongan kerja yang tidak sesuai dengan jurusan mereka,” ujarnya.

Dia menambahkan, meski link and match tetap menjadi tantangan di masa depan, penting bagi para lulusan dan pencari kerja untuk terus menumbuhkan rasa optimisme. Mereka didorong untuk meningkatkan kapasitas diri dengan menambah pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us