Kontraktor Blak-blakan Isu Kardus dalam Patung Penyu Gadobangkong

Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Pihak kontraktor yang mengerjakan proyek Alun-alun Gadobangkong angkat bicara mengenai isu penggunaan kardus dan bambu dalam struktur patung penyu yang viral di media sosial.
Pihak Kontraktor, Imran Firdaus menjelaskan bahwa proyek pengerjaan Alun-Alun Gadobangkong itu dilaksanakan oleh PT Lingkar Persada yang bekerja sama (KSO) dengan CV Adhi Makmur.
Dia menegaskan bahwa kedua bahan tersebut bukan bagian dari struktur utama, melainkan hanya digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembuatan ornamen.
"Kardus dan bambu itu hanya media cetakan awal agar resin dan fiberglass bisa membentuk struktur patung sebelum dikeringkan dan diperkuat," kata Imran dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (5/3/2025).
1. Patung Penyu Terbuat dari Resin dan Fiberglass

Dia menjelaskan bahwa ornamen patung penyu dibuat menggunakan resin dan fiberglass, material yang lazim digunakan untuk pembuatan patung di ruang terbuka karena ketahanannya terhadap cuaca ekstrem. Imran menegaskan bahwa patung tersebut tidak mungkin sepenuhnya terbuat dari kardus.
"Jika benar patung ini hanya dari kardus, seharusnya sudah hancur terkena hujan dan panas. Tapi faktanya, patung ini masih bertahan hingga akhirnya mengalami kerusakan akibat faktor lain," ujarnya.
2. Kerusakan akibat faktor alam dan penggunaan yang tidak sesuai

Pihak kontraktor menyebut bahwa salah satu penyebab kerusakan patung penyu adalah penggunaan yang tidak sesuai. Patung tersebut tidak dirancang untuk dinaiki atau diduduki, tetapi banyak pengunjung yang memanjatnya untuk berswafoto, sehingga mempercepat proses kerusakan.
Selain itu, faktor alam juga turut memperburuk kondisi infrastruktur di Gadobangkong. Pada Maret 2024, kawasan tersebut diterjang gelombang pasang setinggi 2,5 hingga 3 meter. Ombak besar yang terus menghantam area tangga dan sekitarnya menyebabkan struktur beton terkikis dan mengalami kerusakan bertahap.
"Kerusakan ini bukan karena kesalahan konstruksi, tetapi akibat faktor alam yang tidak bisa dihindari," tegasnya.
3. Kontraktor sudah menyelesaikan temuan BPK dan denda

Menanggapi isu anggaran proyek, pihak kontraktor menjelaskan bahwa total anggaran pembangunan Alun-Alun Gadobangkong sebesar Rp15,6 miliar namun memiliki nilai bersih Rp13 miliar setelah dipotong PPN. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan berbagai fasilitas, seperti area parkir, pedestrian, gedung kuliner, taman, lampu, hingga kolam.
Dalam audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), ditemukan beberapa kekurangan volume pekerjaan dengan total nilai lebih dari Rp500 juta. Kontraktor mengklaim telah mengembalikan jumlah tersebut ke negara sesuai ketentuan yang berlaku.
"Selain itu, kami juga membayar denda keterlambatan yang mencapai hampir Rp1 miliar, sesuai dengan aturan dalam proyek jasa konstruksi," ungkap Imran.
4. Harapan agar Pemkab lebih serius dalam perawatan

Usai diserahterimakan kepada Pemprov Jabar dan Pemkab Sukabumi, pihaknya menyayangkan kondisi Alun-Alun Gadobangkong yang mulai terlihat kurang terawat. Mereka berharap pemerintah daerah segera mengambil langkah konkret dalam menjaga dan merawat fasilitas tersebut agar tetap nyaman bagi masyarakat.
"Kami melihat kurangnya perawatan membuat kawasan ini terlihat tidak terawat. Pemerintah daerah harus mengambil langkah nyata agar alun-alun ini tetap menjadi kebanggaan masyarakat," katanya.
Selain itu, mereka juga mengajak masyarakat untuk lebih peduli dalam menjaga fasilitas publik. Saat ini, patung penyu itu sudah tak ada lagi di kawasan Alun-Alun Gadobangkong dan sedang diperbaiki oleh kontraktor.
"Sekarang posisinya sudah tidak ada di Alun-alun Gadobangkong, kontraktor yang perbaiki sebagai bentuk kepedulian terhadap Alun-alun Gadobangkong," tutupnya.