Heboh Rumah Berisi 18 KK di Cimahi, Begini Fakta dan Kondisinya

Cimahi, IDN Times - Sempit dan sumpek sekali. Itulah kesan pertama saat IDN Times menyambangi sebuah rumah di Kampung Cisurupan, RT 02/07, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat yang heboh karena dihuni 18 kepala keluarga (KK) atau 46 orang.
Rumah yang berada di pemukiman pada ditengah perkotaan itu diketahui milik Sri Aminah (64). Pertama kali rumah itu diketahui dihuni puluhan jiwa saat petugas
Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih) dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Cimahi melakukan pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Cimahi 2024.
Rumah milik berada di gang sempit yang hanya bisa dilalui oleh satu sepeda motor. Bangunan rumah dengan luas lahan sekitar 70 meter persegi itu ruangannya disekat-sekat dengan dua pintu masuk di bagian depan dan samping.
Selain itu terdapat satu kamar tidur yang berada di lantai dua rumah. Adapun kamar mandi, berada di bagian belakang dengan lebar sekitar 1x1,5 meter. Di dalamnya tak ada bak penampung air, hanya ada kloset kecil serta jerigen atau galon bekas untuk menampung air.
"Sudah sejak dulu tinggal di sini. Ya memang begini kondisinya. Ada yang di atas dan kamar. Kalau saya tidur ngampar di ruang tengah," tutur Sri saat ditemui, Senin (8/7/2024).
1. Rumah dihuni sejak tahun 1980-an

Dia mengatakan bangunan rumah tersebut telah ada sejak ayah dan suaminya masih hidup atau sekitar tahun 1982. Kini, hunian itu ditempati adik, anak, hingga cucu Sri. Data Kantor Kelurahan Citeurup mencatat, dari 18 KK, rumah itu kini tinggal ditempati oleh 14 KK atau 36 jiwa. Sedangkan 4 KK sisanya ngontrak di dekat kawasan itu.
Sri menjelaskan, tempat tinggalnya memang tak pernah direnovasi sejak berdiri. Langit-langit rumah nampak telah lapuk sehingga ditutup kain agar menahan panas dan debu. Kondisi ini tak jarang membuat air masuk ke dalam rumah karena atapnya bocor. Agar bisa muat, beberapa ruang yang disekat ditempati oleh 4-5 anggota keluarga.
"Karena rumah sudah tua iya suka bocor. Ingin direnovasi tapi gak ada uang," ucap Sri.
Sri menerangkan, kebutuhan air bersih untuk mandi dan air minum didapat dari sumber air bersih yang disediakan RW. Sebab lokasinya jauh, dirinya mengangkut air memakai jerigen dan galon bekas. Kondisi ini terpaksa dijalankan karena kendala ekonomi sehingga tak mampu membeli pipa atau buat bak mandi.
"Iya ngangkut air pakai galon. Cuma mesti bayar. Jadi mending angkut pakai galon karena gak ada uang beli pipa," ujarnya.
2. Tinggal 14 KK yang menghuni rumah itu

Sementara itu, Lurah Citeureup Rusli membenarkan terkait adanya saru rumah yang ditempati 18 KK. Namun saat ini rumah tersebut hanya ditempati oleh 14 KK karena 4 kepala keluarga lainnya pindah mengontrak.
"Betul secara administratif ada 18 KK, tapi yang menempati tinggal 14 KK, sisinya 4 KK tinggal ditempat lain, tapi alamatnya masih di sini. Jadi 14 KK atau 36 jiwa ini masih tinggal di sini dengan kondisi rumah disekat," terang Rusli.
3. Temuan berawal dari coklit

Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan Cimahi Utara, Yuda menerangkan dari 46 jiwa yang ditinggal satu atap itu, sebnyak 34 jiwa telah masuk daftar pemilih Pilkada Serentak 2024. Sedangkan sisanya sebanyak 12 jiwa dinyatakan belum bisa memilih karena masih dibawa umur.
"Betul hasil coklit di rumah itu ada 46 jiwa, sebanyak 34 punyak hak suara, sedangkan 12 orang sisanya anak-anak," ucap Yuda.
Koordinator Divisi Teknis KPU Kota Cimahi Jayadi Rahmat mengatakan, jumlah pemilih di Kota Cimahi, Pilkada 2024 berpotensi mengalami peningkatan dibandingkan Pemilu 2024. Saat ini potensi pemilih yang masuk Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pilkada (DP4) mencapai 423.424 orang.
"Kalau lihat ini bisa kemungkinan bertambah (pemilih Pilkada 2024). Kalau Pemilu kan cuma 416 ribu," kata Jayadi.