Harga Pangan Naik, Solusi Pemkab Cirebon Masih Samar

Cirebon, IDN Times - Harga kebutuhan pokok di Kabupaten Cirebon terus mengalami lonjakan signifikan menjelang Lebaran 2025. Kenaikan harga ini semakin membebani masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah.
Dari pantauan di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Cirebon, kenaikan harga ini terjadi sejak awal Ramadan dan diprediksi terus berlanjut mendekati Hari Raya Idulfitri.
1. Harga kebutuhan pokok meroket di pasaran

Berdasarkan hasil pemantauan di Pasar Pasalaran dan Pasar Sumber pada pekan kedua Ramadan, sejumlah bahan pangan mengalami kenaikan yang cukup drastis.
Beras medium yang sebelumnya dijual dengan harga Rp13.000 per kilogram kini melonjak menjadi Rp15.000 per kilogram. Minyak goreng curah yang sebelumnya dapat dibeli seharga Rp15.000 per liter kini dijual seharga Rp20.000 per liter.
Daging ayam, yang merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat, mengalami kenaikan dari Rp30.000 per kilogram menjadi Rp34.000 per kilogram.
Kenaikan harga yang cukup tinggi juga terjadi pada cabai merah keriting, yang sebelumnya dijual Rp45.000 per kilogram kini naik menjadi Rp65.000 per kilogram.
Tak hanya itu, harga gula pasir yang semula berada di angka Rp16.000 per kilogram kini naik menjadi Rp19.000 per kilogram.
Lonjakan harga ini membuat banyak pedagang dan konsumen mengeluhkan kondisi yang semakin sulit, terutama karena daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih dari dampak ekonomi beberapa tahun terakhir.
2. Harapan warga terhadap intervensi pemerintah

Di tengah kondisi harga pangan yang semakin mahal, banyak warga berharap pemerintah Kabupaten Cirebon segera mengambil langkah konkret untuk menekan harga di pasaran.
Program seperti operasi pasar murah atau Gerakan Pangan Murah (GPM) diharapkan bisa segera digelar agar masyarakat dapat membeli bahan kebutuhan pokok dengan harga yang lebih terjangkau.
Namun, hingga kini belum ada pengumuman resmi dari pemerintah daerah mengenai rencana pelaksanaan operasi pasar murah atau kebijakan lain yang bertujuan untuk menekan harga pangan.
Seorang pedagang di Pasar Sumber, Yani (50 tahun), mengaku belum mendengar kabar apa pun terkait program pasar murah di tahun ini.
"Tahun lalu ada, meskipun hanya di beberapa titik saja. Tapi sekarang, sampai pertengahan Ramadan, belum ada informasi sama sekali," ujar Yani saat ditemui di pasar, Minggu (16/3/2025).
Tak hanya pedagang, warga juga merasa kecewa dengan minimnya tindakan nyata dari pemerintah untuk mengatasi kenaikan harga pangan.
"Di daerah lain sudah ada program pasar murah, tapi di Cirebon belum ada sama sekali. Padahal, setiap tahun harga pangan selalu naik menjelang Lebaran, tapi seolah-olah dibiarkan begitu saja," kata Iwan Junaedi (36), warga Kecamatan Kedawung.
Ia membandingkan dengan beberapa daerah lain di Jawa Barat, seperti Kota Bandung dan Kabupaten Kuningan, yang sudah menggelar Gerakan Pangan Murah untuk membantu masyarakat mendapatkan bahan pokok dengan harga lebih terjangkau.
3. Kabupaten Kuningan aktif gelar pasar murah

Sebagai perbandingan, Kabupaten Kuningan telah lebih dulu menggelar Gerakan Pangan Murah dalam rangka menekan laju inflasi dan menjaga stabilitas harga pangan selama Ramadan dan menjelang Lebaran.
Bupati Kuningan, Dian Rachmat Yanuar, menyatakan pemerintah daerah berkomitmen untuk memperbanyak titik pasar murah agar masyarakat bisa mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga lebih rendah dibandingkan harga pasaran.
"Kami ingin memastikan masyarakat tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa terbebani kenaikan harga. Oleh karena itu, program Gerakan Pangan Murah ini kami lakukan di 15 desa dan akan terus diperluas agar dampaknya bisa dirasakan lebih banyak orang," ujar Dian.
Dalam program ini, berbagai bahan pangan dijual dengan harga lebih rendah dibandingkan harga di pasar tradisional. Misalnya, beras dijual seharga Rp11.500 per kilogram, jauh lebih murah dibandingkan harga pasaran yang berkisar antara Rp13.000 hingga Rp15.000 per kilogram.
Daging sapi ditawarkan seharga Rp105.000 per kilogram, sementara bawang putih dijual Rp40.000 per kilogram dan bawang merah Rp36.000 per kilogram.
Minyak goreng tersedia dengan harga Rp17.500 per liter, kentang dijual Rp15.000 per kilogram, dan tomat Rp4.000 per 500 gram. Untuk komoditas cabai, harga cabai rawit dipatok Rp10.000 per 200 gram, sedangkan cabai merah Rp13.000 per 100 gram.
Sementara itu, tepung terigu dijual Rp9.000 per kilogram, gula pasir Rp16.000 per kilogram, telur ayam Rp26.000 per kilogram, dan tepung tapioka Rp5.000 per 500 gram.
Harga-harga ini jauh lebih rendah dibandingkan harga pasaran, sehingga diharapkan dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan pokok mereka dengan biaya yang lebih ringan.
Dian menambahkan, program ini tidak lepas dari kerja sama antara pemerintah daerah, Bulog, dan distributor pangan. Dengan memastikan pasokan tetap stabil, diharapkan harga pangan di pasaran tidak melonjak terlalu tinggi.
"Kami memilih lokasi pasar murah berdasarkan kajian terhadap wilayah yang memiliki ketahanan pangan rendah. Fokus utama kami adalah menjangkau masyarakat yang paling membutuhkan," ujarnya.
Program ini disambut baik oleh warga Kabupaten Kuningan yang merasa sangat terbantu dengan adanya pasar murah.
Feny (30), seorang ibu rumah tangga dari Desa Pasawahan, mengungkapkan bahwa selisih harga yang cukup besar di pasar murah membuatnya bisa menghemat pengeluaran rumah tangga.
"Harga beras di sini lebih murah dibandingkan dengan harga di warung. Selisihnya lumayan, jadi uangnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain," katanya.
Dia berharap program serupa bisa dilakukan lebih sering, terutama di saat harga-harga kebutuhan pokok mulai naik menjelang perayaan besar seperti Lebaran.