Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Curhat GenZ Rela Kerja Formal Sambil Jadi Freelancer Demi Penghasilan

Ilustrasi Gen Z burnout. (pexels.com/annashvets)

Bandung, IDN Times - Anak Gen Z saat ini menghadapi tantangan besar dalam dunia kerja. Selain minimnya lapangan pekerjaan, penghasilan yang didapatpun dianggap kurang ideal.

Kondisi ini memaksa mereka untuk mau bekerja lebih keras dalam berbagai bidang mulai dengan bekerja secara formal hingga mencari tambahan baik sebagai freelancer maupun pekerjaan sampingan lainnya.

Dwica Azizah salah satunya. Mahasiswa lulusan kampus swasta di Kota Bandung pada 2022 ini sekarang telah bekerja di sebuah perusahaan dengan penuh waktu. Alasanya, karena dia ingin mencoba memaksimalkan ilmu yang didapat dari perkuliahan.

"Karena ingin menambah pengalaman setelah lulus kuliah dan mengejar karir sesuai dengan jurusan perkuliahan yaitu manajemen pemasaran. Prioritas dalam memilih pekerjaan yaitu lingkungan kantor yang sehat dan bisa self improvement seiring berjalannya waktu," kata Dwica kepada IDN Times, Jumat (2/5/2025).

Meski demikian, dia juga memiliki pekerjaan sampingan untuk tambahan uang bulanan. Selain itu, pekerjaan sampingan pun membuatnya lebih banyak jaringan ke berbagai pekerjaan di luar perusahaan sekarang.

"Sementara ini bekerja fulltime di sebuah perusahaan dan memiliki side job sebagai freelancer di beberapa bidang untuk tetap menambah pengalaman, networking dan income," kata dia.

1. Gaji perusahaan dianggap kurang memenuhi kebutuhan

uang

Dwica mengatakan, teman-temannya sekarang masih ada juga yang belum mendapatkan pekerjaan secara benar. Sebab, lowonga pekerjaan yang ideal dengan baaran sesuai UMR di masing-masing kota juga tidak semua melakukannya.

Bahkan ada lulusan yang rela tidak bekerja dulu di sebuah perusahaan ketika melihat prospek perusahaan tersebut tidak bisa jangka panjang.

"Kita perhatikan juga stabil atau tidaknya perusahaan tersebut, karena itu akan menunjang secara jangka panjang," paparnya.

Sementara itu, Alan (27) lulusan kampus tahun 2021 ini menyebiut bahwa gaji yang sesuai sekarang jadi pilihan prioritas anak muda. Dengan latar pedidikannya, dia memilih bekerja lebih dulu ketimbang membuat usaha sendiri karena enggan mengambil risiko.

"Hal pertama yaitu gajinya besar karena untuk menunjang kehidupan sehari-hari dan untuk menabung masa depan," kata dia.

2. Banyak anak muda acuh tak acuh

Ilustrasi Gen Z belanja online. (pexels.com/cottonbrostudio)

Sementara itu, salah satu perekrut di perusahaan multinasional, Setia, menyebut bahwa anak muda sekarang memang berbeda dalam mencari pekerjaan yang mereka inginkan. Ketika dari tahap awal melamar saja, GenZ tidak sedikit yang acuh tak acuh ketik harus berhubungan dengan tim yang merekrutnya.

Padahal, seharusnya ketika mereka melamar pekerjaan harus mau lebih aktif sehingga perekrut pun tertarik untuk memberikan tawaran pekerjaan yang sesuai.

"Mereka kaya mau ga mau aja kerja gitu. Jadi itu sering dipertimbangkan," kata dia.

Selain itu, ketika sudah bekerja anak muda sekarang banyak yang langsung fokus pada berapa gaji yang didapat, padahal seharusnya mereka fokus juga untuk mencari ilmu di awal kerjanya. Sebab, dunia pendidikan dan pekerjaan yang sebenarnya sering kali berbeda.

"Pas kerja motivasinya ini kurang dan tidak bisa mengikuti alur perusahaannya. Sehingga banyak perusahaan suka protes ketika merekrut anak muda sekarang," kata dia.

3. Makin banyak masyarakat bekerja di sektor informal

ilustrasi pekerjaan informal (pexels.com/Plann)

Jumlah angkatan kerja di Kota Bandung mengalami kenaikan selama 2024. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, jumlah angkatan kerja pada Agustus 2024 sebanyak 1,345 juta orang, naik 36 ribu orang dibanding Agustus 2023. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,96 persen poin dari 66,97 persen menjadi 67,93 persen.

Kepala BPS Kota Bandung Samiran, SSi, MT dalam data yang dipublikasikan menyebut bahwa penduduk yang bekerja sebanyak 1,254 juta orang, naik sebanyak 52,1 ribu orang dari Agustus 2023. Seluruh lapangan usaha mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja. Lapangan usaha yang mengalami peningkatan terbesar adalah lapangan usaha Industri (28,6 ribu orang).

"Sebanyak 709,4 ribu orang (56,55 persen) bekerja pada kegiatan formal, turun sebanyak 26,8 ribu orang jika dibandingkan Agustus 2023. „Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2024 sebesar 7,40 persen, turun sebesar 1,43 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2023 yang sebesar 8,83 persen," ujar Samiran dalam paparan BPS beberapa waktu lalu.

Menurutnya, berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2024, lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah jasa yaitu sebesar 74,88 persen. Diikuti oleh lapangan usaha di sektor Industri sebesar 24,65 persen, dan pertanian sebesar 0,47 persen.
Pola lapangan usaha dalam menyerap tenaga kerja ini masih sama dengan Agustus 2023.

Dibandingkan Agustus 2023, seluruh lapangan usaha mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja. Peningkatan penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi di lapangan usaha sektor industri yaitu sebesar 28,6 ribu orang. Sedangkan peningkatan terkecil dialami sektor pertanian yaitu sebesar 0,6 ribu orang

Dari data yang dihimpun penduduk yang bekerja pada kegiatan formal sebanyak 709,4 ribu orang (56,55 persen), sedangkan yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak 545,1 ribu orang (43,45 persen).

"Dibandingkan Agustus 2023, penduduk yang bekerja pada kegiatan formal mengalami penurunan sebesar 26,8 ribu orang, sedangkan penduduk yang bekerja pada kegiatan informal mengalami kenaikan sebesar 78,9 ribu orang," kata Samiran.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
Debbie sutrisno
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us