Cerita Newhun Recycle, Keresahan akan Sampah yang Jadi Produk Bernilai

- Newhun Recycle, UMKM yang mengolah limbah plastik di Bandung, muncul sebagai respons terhadap masalah sampah yang meningkat di kota tersebut.
- Proses pengolahan limbah plastik dilakukan melalui tiga skema pengumpulan sampah: NewHum Family, NewHun Kolektor, dan kerja sama dengan instansi pemerintahan, perusahaan, atau pelaku UMKM.
- Produk daur ulang dari Newhun semakin diminati baik di dalam maupun luar negeri, dengan permintaan terus berdatangan dan rencana untuk memperluas jangkauan produk.
Cengkraman jari jemari Fattan Rizkie tampak erat pada mesin untuk melelehkan butir-butir plastik yang sudah menjadi potongan kecil. Menggunakan sarung tangan hitam anti panas, pemuda 18 tahun ini sedang menyiapkan hiasan untuk penutup botol minum alumunium (tumbler) yang telah dipesan sebuah perusahaan.
Kamis (26/6/2025), siang yang terik, Fattan sendirian mengerjakan permintaan tersebut di lokakarya Newhun Recycle, Jalan Kawaluyaan, Kelurahan Jatisari, Kota Bandung, tepatnya berada di bagian belakang Kawa Space yang merupakan sebuah tempat bersantai anak muda. Lokakarya ini tidak terlalu besar, dikelilingi potongan bambu yang dibuat menempel dan dihiasi oleh tanaman telang merambat membuat tempat ini cukup teduh.
"Biasanya bukan saya aja yang olah limbah di sini, ada beberapa juga cuman lagi keluar. Jadi saya sendiri ngeberesinnya (menyelesaikan orderan)," kata Fattan sambil menempelkan hiasan tutup botol tumblr.
Sesekali Fattan mengecek kembali cetakan yang sudah dibuat oleh mesin. Dia menyesuaikan warna agar bisa selaras satu dengan lainnya. Wajar saja tidak semua pesanan bisa mirip desainnya 100 persen karena memang ini dibuat secara semi-manual pencetakannya, sehingga bulir-bulir plastik yang dimasukkan ke alat untuk melelehkan tak selalu mirip hasilnya.

Newhun Recycle merupakan salah satu UMKM yang bergerak dalam mengolah limbah plastik. Berdiri sejak 2021, Newhun muncul di tengah keresahan pemberitaan sampah yang terus menumpuk di Kota Bandung, dengan sedikit aksi untuk meminimalisirnya. Padahal sampah sejatinya masih banyak yang dapat diolah sehingga mempunyai nilai lebih, dan ini yang coba dilakukan di Newhun.
Yahya Rijalul Jihad, salah satu pendiri Newhun menuturkan, keberadaan usaha ini berawal dari rasa miris mendengar Kota Bandung acap disebut 'darurat sampah'. Limbah dari rumah tangga menumpuk di pinggiran jalan hingga di sekolah menjadi pemandangan lumrah oleh masyarakat.
Bersama beberapa teman dekatnya, Yahya kemudian mengambil langkah membuat gerakan untuk mengolah sampah plastik. Awalnya gerakan ini mendapat dukungan masyarakat di sekitar Cihapit hingga akhirnya diberi tempat dengan bekerjasama kelurahan sekitar. Di sana, Newhun membuat tiga skema untuk mendapatkan sampah yang nantinya didaur ulang.
Pertama, ada NewHum Familiy. Mereka yang masuk kategori ini berasal dari teman, keluarga, atau siapapun yang menjadi mitra dan terdaftar untuk memberikan sampah plastiknya. Barang yang mereka bawa akan dihimpun untuk kemudian para pemberi ini bisa mendapat penghargaan, di antaranya barang hasil pengolahan limbah.
Kedua, ada NewHun Kolektor. Yang masuk dalam kategori ini yaitu pada pengepul yang menjual barangnya ke NewHun. Barang tersebut harus sesuai dengan kriteria yang diinginkan agar bisa dihargai lebih mahal ketimbang menjualnya ke pengepul.
"Terakhir ini kita kerja sama dengan instansi pemerintahan, perusahaan, atau pelaku UMKM yang berkomitmen memilah sampah plastik dan mengirimkannya ke kita. Jadi di NewHun ini memang ada beberapa jalur pengumpulan sampah plastik," ungkap Yahya.
Sayang, langkah untuk mengolah limbah ini tidak mudah. Newhun harus berpindah-pindah tempat karena berbagai hal bahkan sampai ke Kota Cimahi. Namun, pada 2024, Newhun akhirnya kembali ke Bandung dengan tetap menjalankan visi utamanya untuk menyulap sampah plastik menjadi beragam produk.
Mengolah limbah plastik gampang-gampang susah

Untuk membuat barang unik dari limbah plastik memang tidak mudah, tapi juga tidak sulit, tinggal bagaimana dan apa yang ingin dibuat dari sampah tersebut. Yahya menuturkan, dalam memproduksi jam meja atau medali di NewHun Recycle harus melalui beberapa tahap.
Dari mulai ketika sampah masuk, harus dibersihkan lebih dulu. Setelah itu kemudian dikeringkan dan dicincang menjadi serpihan kecil. Serpihan ini kembali dicuci dan dikeringkan agar debu yang bisa merusak produk nantinya hilang.
Setelah itu, barulah serpihan plastik bisa dicetak menggunakan alat pemanas atau oven. Proses ini yang gampang-gampang susah. Sebab waktu pemanasan dan temperatur harus tepat. Jika tidak plastik bisa gosong atau tidak tercetak sesuai rencana.
Meski mengolah limbah plastik dan memasarkannya tidak mudah, tapi Yahya dan para pekerja di Newhun mempunyai kepuasan tersendiri. Ini didapat karena setiap bulannya mereka mampu mengumpulkan sampah bekas khususnya dari plastik bekas mencapai 400 kilogram (kg) per bulan.
"Walau belum banyak, tapi ini menjadi cara agar timbunan sampah di Kota Bandung tidak terus bertambah," kata dia.
Yahya mengatakan, tekad Nehwun Recyle untuk bisa berkontribusi dalam pengurangan buangan sampah masuk ke tempat pembuangan sementara (TPS) maupun tempat pembuangan akhir (TPA) akan terus ditanamkan pada tim. Sebab, dari awal target Newhun adalah membuat Kota Bandung bisa bersih dari sampah setidaknya pada 2045.
"Kita ingin mengajak masyarakat semakin berperan untuk memilah sampah dari rumah. Walaupun memang ketika sampah sudah dipilah di rumah belum tentu diangkut ke TPS nya dipisah, sampah plastik yang sekiranya sudah dipilah dan bersih bisa kok dikirim ke tempat daur ulang sampah seperti di kita agar bisa diolah," papar Yahya.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung per 2024, kota ini menghasilkan 1.400-1.500 ton sampah per hari, terutama pada akhir pekan. Namun, pengelolaan sampah oleh vendor masih menghadapi sejumlah kendala. Pengelolaan sampah oleh vendor saat ini mencapai 67,22 ton per hari, antara lain 25,9 ton sampah organik, 8,04 ton material daur ulang, dan 8,18 ton residu.
Produk daur ulang makin diminati

Di tengah perkembangan isu perubahan iklim yang salah satunya akibat penumpukan sampah, saat ini masyarakat makin berminat dengan produk dari duar ulang. Itu pula yang dirasakan Newhun Reycle. Sejak banyak dikenal khususnya lewat media sosial, produk Newhun banyak dijual di dalam dan luar negeri.
Permintaan terus berdatangan di mana paling banyak masih di daerah Bandung Raya dan Jabodetabek. Di luar Jawa, produk ini sudah dipesan pembeli dari Sulawesi hingga Bali. Selain itu, beberapa peminat datang dari luar negeri seperti Jerman yang memesan berbagai produk yang jumlahnya hampir 1.000 buah.
Dia mengatakan, sampai saat ini produk yang bisa dibeli langsung ketika stoknya ada atau yang memang dipesan lebih dulu seperti tatakan gelas di meja seharga Rp35 ribu, dan jam meja Rp148 ribu, hingga tumbler Rp148 ribu per buah. Ke depan NewHun Recycle berencana membuat jam tangan yang bakal dibanderol sekitar Rp500 ribu hingga Rp700 ribu tergantung kesulitan pembuatan dan desainnya.
Dalam pengiriman barang ke berbagai daerah, Newhun sudah tidak kesulitan karena semakin banyak layanan ekspedisi, salah satunya adalah JNE. "Kami sering pakai juga ini karena kan ada di banyak daerah jadi tidak susah kalau mau kirim barang dan biaya pengirimannya masih masuk lah," ungkapnya.
Keberadaan UMKM yang fokus pada ekosistem sirkular seperti Newhun Reycle bisa mendapatkan banyak kemudahan dalam bisnis termasuk urusan pengiriman barang. Sebastian Supriadi selaku Head of Regional JNE Jawa Barat mengatakan bahwa JNE juga mendorong
UMKM ramah lingkungan secara terbuka untuk menjalin kerja sama promosi dan pengiriman sebagai bentuk dukungan terhadap produk-produk berkelanjutan.
Hal ini sejalan dengan komitmen kami dalam mendukung pertumbuhan UMKM sekaligus memperhatikan aspek lingkungan. Menurutnya, JNE sangat terbuka terhadap kolaborasi dengan UMKM yang memiliki visi berkelanjutan, termasuk yang mengolah limbah menjadi produk bernilai.
Selain mendukung UMKM berorientasi lingkungan, JNE juga secara konsisten menjalankan berbagai program pemberdayaan UMKM lainnya, seperti JNE Ngajak Online, Pesona Nusantara, dan program
pelatihan kolaboratif bersama platform digital. Melalui program-program ini, JNE menyediakan akses pelatihan, pendampingan, serta jaringan distribusi yang dapat membantu UMKM tumbuh dan menjangkau pasar yang lebih luas.
"Dengan semangat Connecting Happiness, JNE terus berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi lingkungan sekaligus mitra pertumbuhan berkelanjutan bagi UMKM di seluruh Indonesia," kata Sebastian kepada IDN Times.
Dia menuturkan, saat ini sudah semakin banyak pelaku UMKM yang menggunakan berbagai platfom digital dalam berjualan termasuk lewat aplikasi percakapan WhatsApp maupun media sosial. Itu bisa memberi dampak baik karena penjualan produk bisa semakin masif termasuk oleh pelaku usaha yang fokus menghasilkan barang dari sirkular ekonomi.
Secara umum, tren pengiriman di Jawa Barat mengalami peningkatan, terutama didorong oleh pertumbuhan UMKM digital dan belanja online masyarakat. Kota-kota seperti Bandung, Bekasi, dan Bogor menjadi pusat aktivitas logistik yang tinggi. JNE terus menambah titik layanan, memperkuat jaringan distribusi, dan meningkatkan teknologi operasional untuk menjawab kebutuhan pasar yang terus berkembang.
"Harapan kami agar UMKM Indonesia terus menjadi tulang punggung ekonomi bangsa, mandiri secara digital, inklusif terhadap
lingkungan, dan tangguh menghadapi masa depan. Di tengah gejolak ekonomi, semangat gotong royong adalah kunci, JNE berkomitmen untuk terus menjadi mitra logistik terpercaya yang mendukung pertumbuhan UMKM dengan layanan yang handal, cepat, dan menjangkau seluruh pelosok negeri," kata dia.
Kolaboratif tangani sampah

Bekerja sama dalam penanganan sampah plastik di Bandung telah dilakukan Newhun Recycle seperti dengan komunitas River Cleanup Indonesia (RCI) dan penyelenggara konser Sunset di Kebun. Kolaborasi ini dijalin karena sampah yang mereka kumpulkan cukup banyak tapi agak sulit mencari pihak di hilir yang bisa mengolahnya.
Egar Anugerah, salah satu penggiat di RCI mengatakan bahwa komunitas ini aktif mengajak masyarakat ikut serta membersihkan sungai dengan terjun langsung mengambil sampah yang ada. Bersama komunitas lain dia membersihkan sampah bukan hanya di perkotaan, tapi juga di kawasan hulu, yakni Bandung Utara, hingga daerah Bandung Selatan.
Hampir setiap bulan ada kegiatan membersihkan sampah dua hingga tiga kali. Berpindah-pindah tempat, RCI masih sering menemukan tumpukan sampah setelah satu jam terjun ke sungai. "Kita biasanya masuk ke sungai selama satu jam untuk membersihkan sampah plastik. Terakhir di sekitar Sungai Cikapundung saja dalam 60 menit kami bisa mengangkut 1,4 ton sampah plastik," kata Egra beberapa waktu lalu kepada IDN Times.
Menurut Egra, banyaknya sampah masuk ke sungai mayoritas berasal dari rumah tangga. Tidak sedikit warga yang tinggal di bantaran sungai membuang sampahnya ke sungai. Bahkan ada juga warga yang tidak tinggal di dekat sungai membuang sampahnya ke sana.
"Jadi sampahnya itu sangat jauh dari ditemukan oleh kami dan masih utuh barangnya. Itu sangat disayangkan karena ini bisa menjadi mikro plastik ketika tidak diambil," papar Egra.
Pada 2022, lembaga kajian ekologi dan konservasi lahan basah (Ecoton) merilis hasil susur sungainya selama tahun 2022. Ecoton menyusuri 68 sungai di 24 provinsi di Indonesia. Dalam penyusurannya, peneliti Ecoton menguji kandungan mikro plastik.
Berdasarkan data dari Ecoton, provinsi dengan kontaminasi mikro plastik paling parah ialah di Jawa Timur. Ecoton menemukan 6,36 partikel pada tiap liter air. Kemudian tempat kedua diduduki Jawa Barat 5,6, Aceh 5,22, Sulawesi Tengah 5,21 dan Maluku Utara 5,1.
Egra menilai selama ini edukasi sudah mulai dilakukan Pemkot Bandung termasuk dengan hadirnya kawasan bebas sampah (KBS). Namun, jumlahnya masih sedikit termasuk infrastruktur penunjang yang ada. Kondisi masyarakat yang banyak abai untuk memilah sampah harus dibenahi dengan memperbanyak tempat pemilihan. Dengan demikian mereka dimudahkan ketika ingin memilah sampah plastik dan organik.
Menjalin kerja sama dengan Nehwun Recycle kemudian menjadi salah satu cara agar sampah yang dikumpulkan komunitas tidak sekedar masuk kembali ke TPS atau TPA yang memungkinkan ada celah sampah tersebut masuk lagi ke sungai.
"Kita sudah terhubung dari 2021 untuk dulu buat beberapa produk, dan sekarang kita masih jalin kerja sama yang rencananya akan membuat wadah sabun dari plastik yang sudah masuk ke sungai dan berhasil kita bersihkan," kata Egar saat dihubungi.
Menurutnya, kolaborasi seperti ini penting agar ekosistem yang sudah terbangun seperti pembersihan plastik dari sungai kemudian bisa dimanfaatkan jadi produk yang lebih bernilai. Harapannya, setiap plastik yang dikumpulkan RCI tidak kembali masuk ke TPS tapi bisa menjadi barang yang bisa digunakan masyarakat kembali.
Di Kota Bandung, penanganan sampah atau limbah saat ini menjadi salah satu program utama Wali Kota, Muhammad Farhan, dan Wakil Wali Kota, Erwin. Keduanya ingin agar sampah yang dihasilkan bisa diolah dengan berbagai cara agar tidak sekedar masuk ke TPS untuk kemudian dibuang kembali ke TPA.
“Masalah sampah adalah masalah berat. Dengan penduduk sebanyak 2,6 juta jiwa dan wilayah yang terbatas, Kota Bandung menghasilkan sekitar 1.500 ton sampah setiap harinya,” kata Farhan.
Farhan mengakui, selama ini belum ada upaya penanganan sampah yang bersifat komprehensif di wilayah Bandung Raya. Seluruh pihak cenderung menunggu operasional penuh dari fasilitas pengolahan sampah Legok Nangka. Sedangkan mayoritas sampah di Kota Bandung merupakan sampah rumah tangga dan organik. Maka, solusi tidak bisa bersifat teknis semata melainkan perlu aspek pemberdayaan masyarakat dalam penanganan sampah.
“Kita harus memperhatikan banyak hal, termasuk membangun kesadaran warga. Masyarakat harus menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar objek kebijakan,” ujarnya.
Mantan penyiar radio ini menyebut bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dalam menghadapi tantangan kompleks ini. Oleh karena itu, kolaborasi dengan pihak swasta dan lembaga lain sangat dibutuhkan.
#JNE #ConnectingHappiness #JNE34SatSet #JNE34Tahun #JNEContentCompetition2025 #JNEInspirasiTanpaBatas