Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cacing di Tubuh Raya Tak Terhitung hingga Menyebar ke Otak

ilustrasi cacing gelang (commons.wikimedia.org/SuSanA Secretariat)
ilustrasi cacing gelang (commons.wikimedia.org/SuSanA Secretariat)
Intinya sih...
  • Infeksi cacing bisa menyebar hingga otak, langka dan berat
  • Birokrasi memperlambat penanganan medis Raya
  • Keluarga miskin dengan beban penyakit berlapis
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Kematian Raya (4), bocah asal Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, jadi alarm keras bagi pemerintah dan masyarakat. Tubuhnya dipenuhi cacing gelang (Ascaris lumbricoides) hingga akhirnya meninggal dunia.

Raya sempat dirawat di RSUD R Syamsudin SH, Kota Sukabumi, dalam kondisi sudah tak sadarkan diri. Menurut catatan medis, cacing bahkan keluar melalui hidung dan anusnya, menandakan infeksi menyebar hingga ke otak.

1. Infeksi cacing yang bisa menembus hingga otak

ilustrasi cacing gelang (unsplash.com/Ivan Ivanovic)
ilustrasi cacing gelang (unsplash.com/Ivan Ivanovic)

Dokter Irfanugraha Triputra, Ketua Tim Penanganan Keluhan RSUD R Syamsudin SH, menyebut kasus Raya termasuk langka. Umumnya, infeksi cacing bisa ditangani di puskesmas sebelum parah. Namun kondisi Raya sudah sangat berat ketika tiba di rumah sakit.

"Ascaris hanya bisa hidup di tanah. Penularannya lewat telur yang masuk ke tubuh dari makanan, benda asing, atau tangan kotor. Dalam 20 hari bisa berkembang jadi cacing dewasa. Fasenya dari telur ke larva, dan larva ini bisa menyebar lewat pembuluh darah ke ginjal, hati, bahkan otak," jelas Irfan kepada IDN Times, Rabu (20/8/2025).

Asumsi terburuk, kata Irfan, cacing sudah masuk otak ketika terlihat keluar dari saluran pernapasan. "Jumlahnya tidak bisa dihitung pasti, tapi sangat banyak. Hampir semua organ vital terinfeksi," tambahnya.

2. Bukan hanya masalah medis, birokrasi ikut memperlambat penanganan

Ilustrasi Rumah Sakit Karena Dampak Mikroplastik (pexels.com/plxabay)
Ilustrasi Rumah Sakit Karena Dampak Mikroplastik (pexels.com/plxabay)

Upaya penyelamatan Raya juga terbentur masalah administrasi. Keluarganya tidak memiliki identitas lengkap untuk mengaktifkan BPJS. Rumah sakit memberi tenggat 3x24 jam, namun proses itu mandek.

Akhirnya, biaya perawatan ditanggung lembaga sosial Rumah Teduh. Dari tagihan Rp23 juta, mereka melunasi Rp15 juta setelah mendapat keringanan dari rumah sakit.

"Kami beri keringanan karena memang sulit, identitasnya tidak jelas sejak awal. Rumah Teduh yang akhirnya menalangi," kata Irfan.

3. Keluarga miskin dengan beban penyakit berlapis

Ilustrasi miskin dan kekurangan uang (Pixabay/Frantisek Krejci)
Ilustrasi miskin dan kekurangan uang (Pixabay/Frantisek Krejci)

Raya hidup dalam keluarga yang serba rentan. Rumahnya berupa panggung sederhana dengan lantai tanah, lingkungan ideal bagi cacing untuk berkembang. Ayahnya sedang menjalani pengobatan tuberkulosis, sementara ibunya disebut mengalami gangguan mental.

“Infeksi cacing sering ditemui di faskes tingkat satu. Tapi untuk kasus seberat Raya, jarang sekali. Biasanya anak dibawa sebelum parah. Ini sudah terlalu berat,” kata Irfan.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us