Kasus Keracunan Capai Ribuan Orang, Prabowo Tetap Klaim Program MBG Berhasil

- Prabowo klaim program Makan Bergizi Gratis (MBG) berhasil dengan 36,2 juta penerima manfaat dari 12.500 dapur SPPG yang tersebar di seluruh provinsi.
- Program MBG turut menyerap lapangan pekerjaan dengan masing-masing dapur mempekerjakan 50 orang dan menimbulkan 15 supplier makanan di desa.
- Meski ada keracunan, Prabowo mengklaim program ini berhasil dengan hanya 8.000 kasus keracunan dari 1,4 miliar porsi makanan yang dibagikan, atau sekitar 0,0007%.
Bandung, IDN Times - Presiden Prabowo Subianto mengklaim program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah berhasil terlaksana dengan baik. Berdasarkan data yang ia miliki, kasus keracunan yang terjadi beberapa waktu lalu tidak sebanding dengan angka penerima manfaat program ini.
Hal ini disampaikan Prabowo dalam orasi ilmiahnya di Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI), Trans Convention Centre, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Sabtu (18/10/2025). Dia mengatakan, jumlah penerima MBG ini sudah mencapai tujuh kali penduduk warga negara Singapura.
"Hari ini MBG sudah mencapai 36,2 juta penerima manfaat. Pemerintahmu dan sekarang mampu memberi makan tujuh Singapura. Tiap hari 36,2 juta porsi," ujar Prabowo.
1. Klaim program MBG Indonesia banyak dibicarakan di luar negeri

Sebanyak 36,2 juta penerima ini mendapatkan program MBG dari 12.500 dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang sudah tersebar di seluruh provinsi. Keberadaan dapur MBG itu, menurut dia, telah menyerap lapangan pekerjaan.
"Masing-masing dapur mempekerjakan 50 orang. Masing-masing dapur menimbulkan 15 supplier makanan di desa itu. Masing-masing supplier mempekerjakan lima sampai sepuluh pekerja, petani dan sebagainya. Ini prestasi yang tidak kecil dan ini dibicarakan di dunia internasional," katanya.
Bahkan, beberapa hari yang lalu, Prabowo bertemu dengan salah satu rombongan Organisasi Non-Pemerintah (NGO) yang bergerak dalam bidang pangan dan penanganan kelaparan, di mana turut memuji program MBG.
"Sepekan yang lalu saya menerima rombongan dari Rockefeller Institute. Rockefeller Institute yang sudah bekerja seratus tahun di bidang pangan, di bidang program antikelaparan dan antikemiskinan dan dia mengatakan program yang sedang dijalankan oleh Indonesia ini menjadi perhatian seluruh dunia," ujarnya.
2. Banyak yang menyindir program MBG

Di hadapan wisudawan UKRI, Prabowo juga mengatakan, program MBG ini mulanya hanya dijalankan 77 negara, dan Indonesia saat itu merupakan ke 78/79 yang menggelar makan bergizi gratis untuk warganya. Saat ini jumlah negara yang memiliki program serupa terus bertambah banyak.
Meski begitu, Prabowo merasa banyak orang yang masih menyindir program ini. Padahal, dia mengklaim sudah banyak negara lain juga menggelar program serupa.
"Sekarang sudah ada 112 negara dan sebagian besar ikut contoh kami. Kami berani melakukan dan ada beberapa orang pintar, beberapa saja, orang pintar atau orang yang menganggap dirinya pintar ya kan atau mengangkat dirinya orang paling pintar di Indonesia yang selalu nyinyir," kata Prabowo.
3. Jumlah keracunan tidak sebanding dengan penerima MBG

Beberapa orang yang nyinyir dengan program MBG ini, kata Prabowo, selalu mengangkat dari sisi keracunan yang terjadi di beberapa daerah. Sehingga, ada anggapan program tersebut harus dihentikan karena banyak penerima yang mengalami keracunan.
"Nyinyir selalu mengejek program ini dan selalu mengangkat-angkat kesulitan atau kesalahan. Memang program ini tidak sempurna. Dalam pelaksanaan sampai sekarang ada beberapa ribu anak yang sakit perut, keracunan makan, tapi yang dibesarkan adalah keracunan. Seolah-olah program ini harus dihentikan," tuturnya.
Padahal, dengan jumlah 1,4 miliar porsi makanan yang diberikan kepada para penerima, angka kasus keracunan ini tidak mencapai setengahnya. Sehingga, Prabowo mengklaim program ini berhasil.
"Dari 1,4 miliar porsi yang sudah dibagikan. Yang keracunan makan 8.000 kurang lebih. Jadi kalau diambil statistik adalah 0,0007 atau 0,0008. Artinya program ini 99,99 persen berhasil," ucap Prabowo.
"Jadi di mana ada usaha manusia yang 99,99 persen berhasil dibilang gagal? Tapi kami tidak mau ada satu pun, tidak boleh ada satu pun anak yang sakit mungkin karena makanan kurang bagus, kurang bersih dan sebagainya," ujarnya.
Prabowo menganggap, angka keracunan ini dalam sains masuk dalam koridor 'of error'. Namun, pemerintah tetap menginginkan nol kasus keracunan.
"Tapi kami mau zero error, kami mau zero defect walaupun sangat sulit tapi kita harus," ujarnya.