Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bio Farma Segera Edarkan Produk Radiofarmaka untuk Penyakit Kanker

IDN Times/Istimewa
IDN Times/Istimewa

Bandung, IDN Times - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan nomor izin edar (NIE) untuk 18-F Fluorodeoxyglucose (FDG) dengan merk dagang FloDeg dari Bio Farma. Ini merupakan produk radiofarmaka yang penting dalam diagnostik kanker berbasis PET-Scan (Positron Emission Tomography) yang pertama dalam mendapatkan izin edar di Indonesia.

Direktur Pengembangan Usaha Bio Farma, Yuliana Indriati menyebut, NIE ini menandai pencapaian Bio Farma untuk mewujudkan kemandirian nasional di bidang radiofarmasi, serta memperluas akses layanan kesehatan onkologi yang lebih cepat, akurat, dan terjangkau di seluruh Indonesia.

"Penerbitan NIE ini menjadi tonggak penting dalam transformasi Bio Farma sebagai pemain utama industri farmasi berteknologi tinggi. Ini membuka jalan bagi kemandirian teknologi radiofarmasi, yang selama ini sangat bergantung pada impor," kata Yuliana melalui siaran pers diterima IDN Times, Rabu (21/5/2205).

1. Produk ini nantinya bisa diakses banyak orang

ilustrasi pria memegang pita kanker prostat (freepik.com/freepik)
ilustrasi pria memegang pita kanker prostat (freepik.com/freepik)

Melalui penerbitan NIE ini, Bio Farma akan memproduksi dan mendistribusikan FDG secara nasional dari fasilitas produksi berlisensi dengan standar CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), untuk mendukung rumah sakit rujukan nasional dan fasilitas onkologi di berbagai daerah. Untuk mempermudah proses pemesanan produk secara online, Bio Farma pun melakukan pengembangan sistem digital Ordering Management System (OMS).

Lebih lanjut, Yuliana menjelaskan dengan diterbitkannya NIE radiofarmaka FloDeg , Indonesia kini berada di jalur yang lebih kuat untuk memastikan bahwa inovasi dalam deteksi dan penanganan kanker tidak hanya dapat diakses oleh segelintir wilayah, tetapi menjadi bagian dari layanan kesehatan yang merata dan berkelanjutan untuk seluruh rakyat Indonesia.

“Ke depan, kami akan terus berinovasi dan memperkuat ekosistem lini radiofarmasi nasional sebagai bagian dari bioekonomi strategis Indonesia.” ungkap Yuliana.

2. Ekosistem kesehatan dalam negeri harus membaik

pasien cuci darah (instagram.co/bpjskesehatan_ri)
pasien cuci darah (instagram.co/bpjskesehatan_ri)

Menurutnya, fasilitas produksi radiofarmaka Bio Farma di Cikarang saat ini telah sepenuhnya siap beroperasi secara komersial, menyusul diterbitkannya NIE dari BPOM untuk produk FDG. Seluruh infrastruktur dan sistem penunjang telah memenuhi standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk produk radiofarmaka, serta standar keselamatan radiasi yang ditetapkan oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir).

Bio Farma memiliki visi untuk dapat menunjang kebutuhan rumah sakit dalam pelayanan theranostic (therapy dan diagnostic) yang terus berkembang dalam dunia kedokteran. Theranostic menggunakan radiofarmaka untuk diagnostik sekaligus terapi dengan dosis tertentu. Komitmen Bio Farma terhadap penyediaan radiofarmaka untuk theranostic dimulai dari tahap penyediaan produk untuk studi klinis di Rumah Sakit demi memperkenalkan theranostic secara luas.

Penerbitan NIE FloDeg juga sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, dalam meningkatkan produktivitas untuk mencapai masyarakat yang sejahtera.

"Langkah ini mencerminkan kontribusi Bio Farma dalam penguatan ketahanan serta kemandirian kesehatan nasional, hilirisasi hasil riset dan inovasi, serta pengurangan ketergantungan pada produk farmasi impor," tuturnya.

3. Ada tiga masalah utama dalam sistem kesehatan RI

Ilustrasi Obat/medicine (unplash.com/Towfiqu barbhuiya)
Ilustrasi Obat/medicine (unplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Kepala Badan POM, Taruna Ikrar menuturkan saat ini ada tiga tantangan besar dalam sektor kesehatan Indonesia saat ini. Pertama, berkembangnya penyakit baru. Kedua, lebih dari 90 persen bahan baku obat Indonesia masih impor, sehingga sangat tergantung pada negara lain. Ketiga, SDM yang harus berkompetensi dengan perkembangan teknologi yang pesat.

Meski demikian, secara bertahap BPOM mengajak berbagai pihak untuk mengurangi ketergantungan tersebut sampai setidaknya mencapai angka 50 persen.

"Oleh karena itu, peran berbagai stakeholder kesehatan sangat penting dalam menyikapi tantangan ini," kata Taruna.

Taruna menambahkan, BPOM mendorong pengembangan produk yang berhubungan dengan produk inovatif, salah satunya radiofarmaka untuk menghadapi penyakit khususnya kanker. Radiofarmaka merupakan produk inovatif untuk menghadapi tantangan cepatnya perkembangan penyakit dewasa ini.

"Kemarin, kami menghadapi kanker dengan metode kemoterapi dan radioterapi, tapi saat ini radiofarmaka menjadi salah satu metode terbaru dalam menghadapi kanker. Kami meyakini Bio Farma bisa semakin melayani masyarakat dengan menghasilkan produk inovatif salah satunya adalah radiofarmaka," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us