49 Persen Lulusan SMA/SMK di Kota Bandung Menganggur

- Angka pengangguran di Kota Bandung mencapai 7,4 persen atau 100.300 orang, dengan 49 persen merupakan lulusan SMA/SMK yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
- Banyak lulusan SMA/SMK di Kota Bandung bekerja di bidang yang tidak linier dengan keahlian yang dipelajari, seperti lulusan teknik/rekayasa otomotif bekerja di bidang lain.
- Kota Bandung mengandalkan sektor jasa yang berkembang, seperti pariwisata, ekonomi kreatif, kuliner, dan perkopian untuk menyerap tenaga kerja dan membuka lapangan kerja baru.
Bandung, IDN Times -Angka pengangguran terbuka di Kota Bandung masih tinggi. Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bandung menyatakan junlah pengangguran mencapai 7,4 persen atau 100.300 orang. Dari jumlah tersebut, 49 persen merupakan lulusan SMK/SMA.
"Dari data terakhir, angka pengangguran di Bandung memang cukup tinggi. Sekitar 7,4 persen, dan dari angka itu, 49 persen di antaranya merupakan lulusan SMA dan SMK yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi," ujar Kepala Disnaker Kota Bandung, Andri Darusman, dikutip Sabtu (25/10/2025).
1. Penyerapan tenaga kerja tidak match dengan ilmu di SMK

Selain itu, beberapa lulusan SMA/SMK di Kota Bandung yang sudah bekerja, banyak yang tidak linier dengan bidang yang dipelajari selama di SMK. Misalnya, ada lulusan teknik/rekayasa otomotif saat ini bekerja di bidang lain. Andri menyampaikan, hal ini turut menjadi perhatian.
"Perlu pendekatan tematik, misalnya, jika ada SMK pariwisata, seharusnya mereka bisa terserap di sektor pariwisata yang memang tumbuh di Bandung. Namun, kenyataannya, kadang tidak match antara keahlian lulusan dan kebutuhan pasar kerja," tuturnya.
"Contohnya, banyak lulusan otomotif atau mesin, sedangkan peluang kerja di bidang itu di Bandung relatif sedikit," ucap Andri.
2. Bandung hanya mengandalkan jasa

Di sisi lain, Kota Bandung sendiri merupakan daerah yang mengandalkan sektor jasa. Andri mengatakan, sektor tersebut cukup berkembang dibandingkan dengan lainnya, seperti pertanian, hingga perkebunan yang memang membutuhkan lahan yang luas.
"Karena lahan di Bandung sudah terbatas, sektor pertanian atau perkebunan sulit berkembang. Maka, banyak tenaga kerja yang beralih ke sektor jasa. Bandung memiliki potensi besar di sektor ini, seperti pariwisata, ekonomi kreatif, kuliner, dan perkopian," ujarnya.
3. Perlu banyak peran pemerintah

Andri mengakui, penyerapan tenaga kerja saat ini memang belum sebanding dengan pertumbuhan ekonomi, karena hal itu membutuhkan kerja sama dari sektor lainnya termasuk UMKM yang menurutnya bisa membuka lapangan kerja.
"Kami melatih sekitar 15 ribu orang agar bisa menjadi wirausaha baru. Selanjutnya, kami akan berkoordinasi dengan Dinas Koperasi dan UKM serta Dinas Perdagangan agar mereka yang sudah dilatih bisa lanjut berwirausaha," katanya.
Lebih lanjut, Andri menyampaikan, Pemerintah Kota Bandung juga menganggarkan cukup besar untuk padat karya tahun 2025 ini. Disnaker pun memiliki program untuk masyarakat yang pekerjaannya belum tetap atau serabutan.
"Itu tujuannya untuk meningkatkan daya beli masyarakat sekaligus membantu mengendalikan inflasi. Tahun ini, anggaran program padat karya di Kota Bandung sekitar Rp24 miliar," kata Andri.
















